Friday, 5 April 2019

STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN GAMETOGENESIS DAN FERTILISASI


STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN
GAMETOGENESIS DAN FERTILISASI









Disusun Oleh:
Kelompok 1
1.      Lia Rozalina                          (1512220010)
2.      Monica Afriani                      (1512220013)
3.      Novia Putri Anjarwati          (1512220016)
4.      Imron Saputra                       (1522220032)



Dosen Pembimbing:
Nur Fadhilah, M.Pd



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Makhluk hidup mulai dari tingkat uniseluler sampai tingkat multiselular memiliki kemampuan untuk mempertahankan jenisnya. Hal itu dimaksudkan agar tetap dapat mempertahankan kelangsungan spesiesnya di muka bumi. Proses mempertahankan jenis itu dapat dikategorikan ke dalam proses reproduksi atau perkembangbiakan. Tiap jenis hewan memiliki cara reproduksi yang berbeda satu sama lain. Pada hewan avertebrata proses reproduksi masih sederhana, sedangkan pada hewan vertebrata prosesnya kompleks dan melibatkan banyak organ reproduksi (Campbell, 2008)
Proses pembentukan gamet atau sel kelamin disebut gametogenesis, ada dua jenis pembelahan sel yaitu mitosis dan meiosis. Bila ada sel tubuh kita yang rusak maka akan terjadi proses penggantian dengan sel baru melalui proses pembelahan mitosis, sedangkan sel kelamin atau gamet sebagai agen utama dalam proses reproduksi manusia menggunakan proses pembelahan meiosis.
Seperti yang sudah diketahui bersama bahwa mitosis menghasilkan sel baru yang jumlah kromosomnya sama persis dengan sel induk yang bersifat diploid (2n) yaitu 23 pasang / 46 kromosom, sedagkan pada meiosis jumlah kromosom pada sel baru hanya bersifat haploid (n) yaitu 23 kromosom. Gametogenesis ada dua yaitu spermatogenesis dan oogenesis. Di dalam ovarium janin sudah terkandung sel-sel primordial atau oogonium. Oogonium akan berkembang menjadi oosit promer. Saat bayi dilahirkan oosit primer dalam fase profase pada pembelahan meiosis. Oosit primer kemudian mengalami masa istirahat hingga masa pubertas. Pada masa pubertas terjadilah oogenesis.
Peristiwa fertilisasi merupakan peleburan antara inti sel telur dengan inti sel sperma. Peleburan tersebut merupakan percampuran karakteristik-karakteristik genetika berupa sifat-sifat parental dan maternal sehingga dapat berkembang menjadi individu baru.
B.  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah gametogenesis dan fertilisasi yaitu:
1.      Apa pengertian gametogenesis?
2.      Bagaimana proses pembentukan sel kelamin jantan dan alat reproduksi jantan?
3.      Bagaimana proses pembentukan sel kelamin betina dan alat reproduksi betina?
4.      Apa pengertian fertilisasi?
5.      Bagaimana tahapan pada proses fertilisasi?
6.      Bagaimana siklus menstrusi?

C.  Tujuan
Adapun tujuan gametogenesis dan fertilisasi yaitu:
1.      Untuk mengetahui dan memahami pengertian gametogenesis
2.      Untuk mempelajari proses pembentukan sel kelamin jantan dan alat reproduksi jantan
3.      Untuk mempelajari proses pembentukan sel kelamin betina dan alat reproduksi betina
4.      Untuk mengetahui dan memahami pengertian fertilisasi
5.      Untuk mengetahui tahapan pada proses fertilisasi
6.      Untuk mengetahui siklus menstruasi











BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Gametogenesis
Gametogenesis dihasilkan dalam gonad. Gamet jantan: spermatozoon (jamak: spermatozoa), disingkat : sperma dihasilkan dalam gonad jantan, disebut testis. Gamet betina yaitu ovum dihasilkan dalam gonad betina yang disebut ovarium. Hewan hermaphrodit atau monocios memiliki sebuah gonad gabungan yang disebut ovo-testis yang menghasilkan kedua jenis gamet. Proses menghasilkan gamet matang sehingga mampu membuahi disebut gametogenesis yang dibagi atas 2 macam yaitu spermatogenesis (pembentukan sperma) dan oogenesis (pembentukan ovum). Gametogenesis terdiri dari 4 tahap yaitu: perbanyakan, pertumbuhan, permatangan dan perubahan bentuk.
Gametogenesis merupakan proses pembentukan gamet yang terjadi di dalam gonade. Proses tersebut pada hewan jantan disebut spermatogenesis yang terjadi di dalam testis, sedang pada hewan betina disebut oogenesis yang terjadi di dalam ovarium. Gametogenesis merupakan pembelahan pemasakan yaitu dengan pembelahan meiosis sehingga sel kelamin yang dibentuk bersifat haploid  (Yatim, 1994).
Tahap perbanyakan (proliferasi) berlangsung secara mitosis berulang-ulang. Gametogonium (sel induk gamet) membelah menjadi 2, 2 jadi 4, 4 jadi 8 dan seterusnya. Gametogonium II akan tumbuh membesar menjadi gametosit I. gametosit I mengalami tahap pematangan, berlangsung secara meosis. Akhir meiosis I terbentuk gametosit II dan akhir meiosis II terbentuk gametid. Gametid mengalami tahap perubahan bentuk (transformasi) menjadi gamet. Gametogonium pada jantan disebut spermatogonium pada betina oogonium. Gametosit pada jantan disebut spermatosit, pada betina oosit. Gametid pada jantan disebut spermatid pada betina ootid (Muchtaromah, 2007).
1.    Alat Reproduksi Jantan
Alat reproduksi jantan terbagi menjadi 3 bagian yaitu alat kelamin, saluran kelamin dan sel kelamin

 








a.    Kelenjar Kelamin
1)   Testis
Testis berbentuk bulat telur, berjumlah sepasang dan terbungkus oleh skrotum (kantong pelir). Testis berfungsi menghasilkan sel kelamin sehingga bersifat sitogenik dan berfungsi menghasilkan hormone kelamin sehingga bersifat endokrinik. Hormon kelamin yang dimaksud adalah testosteron yang berfungsi menumbuhkan dan mempertahankan cirri-ciri seks sekunder jantan.
Di dalam testis terdapat pembuluh-pembuluh halus (tubulus seminiferus). Di dalam tubulus itulah sperma dibentuk. Diantara tubulus-tubulus terdapat sel interstitial Leydig yang mensekresi hormon testosteron. Sedangkan nutrisi untuk sperma disuplai dari sel sertoli yang berada di sekitar sperma di dalam tubulus seminiferus.
2)   Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat menghasilkan cairan sperma berwarna putih dan bersifat alkalis untuk menyeimbangkan keasaman vagina.
3)   Kelenjar Bulbouretral/Cowper
Kelenjar bulbouretal/cowper bentuknya lebih kecil dari kelenjar prostat, berjumlah sepasang dan terletak di sepasang uretra.


4)   Vesica Seminalis (Kantung Sperma)
Vesika seminalis berjumlah sepasang, terletak dibawah kandung kemih.
b.    Saluran Kelamin
1)   Epididimis
Epididimis merupakan slauran pematangan dan penyimpanan sementara sperma.
2)   Vas Deferens
Vas Deferens merupakan saluran pengangkut sperma yang merupakan lanjutan dari epididimis.
3)   Vesica Seminalis
Vesika Seminalis berupa kantung penyimpan sperma sementara sebelum diejakulasikan.
4)   Uretra
Saluran uretra sering disebut saluran urogenital sebab berfungsi sebagai saluran pengeluaran urin dan genital/sel kelamin.
5)   Penis
c.    Sel Kelamin
Satu-satunya sel kelamin jantan adalah sel sperma yang diproduksi di dalam tubulus seminiferus di dalam testis.
2.    Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses pmebentukan sel spermatozoa (tunggal: spermatozoon) yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan yaitu testis tepatnya di tubulus seminiferus. Sel spermatozoa, di singkat sperma yang bersifat haploid (n) dibentuk di dalam testis melewati sebuah proses kompleks. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan dalam epididimis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel germinal yang disebut  spermatogonia. Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapis luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma. Spermatogenesis berlangsung dengan 2 tahap yaitu spermatositogenesis dan spermiogenesis (metarnofosis). Spermasitogenesis diawali dari spermatogonium (diploid) kemudian memasuki pembelahan meiosis I sebagai spermatosit primer akan membentuk 2 spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder mengalami pembelahan meiosis II masing-masing membentuk dua spermatid. Diferensiasi spermatid menjadi spermatozoon disebut dengan spermatogenesis. Spermatogenesis terjadi pada dinding tubulus seminiferus testis sehingga pada dinding tersebut dapat diamati berbagai stadium perkembangan mulai dan bagian penifer sampai ke lumen. Selain terdapat sel spermatogenik juga dapat ditemukan sel sertoli yang berfungsi untuk member nutrisi bagi sperma yang terbentuk.
Selama proses spermatogenesis, spermatogonia akan berkembang biak dengan cara membelah, menghasilkan spermatosit primer, spermatosit sekunder, dan akhirnya spermatid. Spermatid akan mengalami proses diferensiasi dan pemasakan (maturasi) sehingga akhirnya terbentuk sperma atau spermatozoon haploid (memiliki jumlah kromosom setengah dari jumlah kromosom spermatogonia).  Jika telah masak, spermatozoon akan dilepaskan ke lumen tubulus seminiferus.
Bentuk sel sperma pada berbagai hewan bervariasi, tetapi pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi bagian kepala, bagian tengah dan ekor. Pada kepala sperma bagian paling depan terdapat akrosoma, yang mengandung enzim untuk melisiskan bungkus telur (pada sperma manusia enzim tersebut dinamakan hialuronidase). Di pusat kepal sperma terdapat inti sperma, yang menyimpan sejumlah kode/informasi genetik yang akan diwariskan kepada keturunannya. Di belakang kepala sperma terdapat bagian tengah sperma (sering disebut leher) yang banyak menyimpan mitokondria. Mitokondria sangat penting dalam pembentukan ATP yang merupakan sumber energi bagi sperma. Sementara, bagian ekor sangat diperlukan untuk membantu pergerakan sperma.
Proses pembentukan sperma (spermatogenesis) dikendalikan oleh hormon. Diferensiasi spermatid menjadi spermatozoon (spermiogenesis) berlangsung di dalam sel sertoli. Sel sertoli merupakan sel berukuran besar yang berperan sangat penting, antara lain dalam menyediakan makanan bagi calon sperma yang sedang berkembang dan menyingkirkan sel sperma yang mati. Oleh karena itu, sel ini juga sering disebut sel perawat atau nurse cells. Kerja sel sertoli dirangsang oleh FSH (Follicle Stimulating Hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar pituitary bagian depan.
Pengeluaran FSH dirangsang oleh GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon), yaitu hormon pelepas gonadotropin dari hipotalamus. Gonadotropin pada manusia meliputi FSH  dan LH. Pada mulanya, FSH merangsang sel spermatogonia untuk membelah secara mitosis beberapa kali dan diakahiri dengan pembelahan meiosis sehingga dihasilkan spermatid yang bersifat haploid. Diduga, FSH juga merangsang sel sertoli untuk melepaskan zat tertentu yang dapat merangsang dimulainya spermiogenesis (diferensiasi spermatid menjadi sperma).
Selain oleh FSH, sel sertoli juga merangsang oleh testeron atau androgen (hormon yang dikeluarkan oleh sel Leydig). Testosteron merupakan hormon yang juga penting untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi serta ciri seks sekunder pada hewan jantan.pelepasan testosterone dikendalikan oleh hormon pituitary anterior yang lain, yaitu LH (Luteinizing Hormon) yang pengeluarannya juga dikendalikan oleh GnRH.
Spermatogenesis yang terjadi pada vertebarata yang lebih indah pada dasarnya sama dengan proses yang terjadi pada manusia. Menurut Muchtaromah (2007), Struktural sel spermatogenik pada dinding tubulus seminiferus berturut-turut dan luar ke dalam sebagai berikut:
a.    Spermatogonium: inti sel berbentuk oval sampai bulat dan terpulas kuat-lemah.
b.    Spermatosit primer: inti sel paling besar, warna inti terang, letak agak menjauh dari mmebran basalis.
c.    Spermatosit sekunder: inti sel lebih kecil dan terletak di dekat lumen (meiosis I)
d.   Spermatid: inti sel memanjang dan melekat dekat sel sertoli (meiosis II)
e.    Spermatozoa: sel berekor yang menjulur ke lumen

















Struktur spermatozoa, terdiri dari bagian-bagian yang terbagi atas 3 bagian utama yaitu:
1)   Kepala, pada bagian kepala spermatozoon ini terdapat inti tebal dengan sedikit sitoplasma yang diselubungi oleh selubung tebal dan terdapat 23 kromosom dari sel ayah. Selubung tebal yang dimaksud adalah akrosom, fungsinya adalah sebagai pelindung dan menghasilkan enzim.
2)   Badan, terdapat mitokondria yang berbentuk spiral dan berukuran besar, berfungsi sebagai penyedia ATP atau energy untuk pergerakan ekor.
3)   Ekor, pada bagian ekor sperma yang cukup panjang terdapat Axial Filament pada bagian dalam dan membran plasma dibagian luar yang berfungsi untuk pergerakan sperma.

3.    Alat Reproduksi Betina
Bagian alat reproduksi wanita terbagi menjadi 3 bagian yaitu Kelenjar kelamin, Saluran kelamin dan Sel kelamin.









a.    Kelenjar Kelamin
1)      Ovarium
Ovarium berfungsi sebagai penghasil ovum sehingga bersifat sitogenik dan sebagai penghasil hormon kelamin yaitu estrogen dan progesteron sehingga bersifat endokrinik.
2)      Kelenjar Bartholin
Kelenjar Bartholin terletak pada dinding vagina dan menghasilkan lendir untuk memberikan kelembaban di dalam vagina.
b.    Saluran Kelamin
1)      Oviduk (Tuba Fallopi)
Oviduk merupakan saluran penghubung antara ovarium dengan uterus.
2)      Rahim (Uterus)
Rahim merupakan tempat pertumbuhan janin. Terdapat 3 lapisan rahim dari dalam ke luar yaitu perimetrium, miometrium dan endometrium.
3)      Vagina
Antara rahim dengan vagina terdapat lekukan yang berupa leher rahim (cervix).
4.    Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Proses ini ditandai dengan adanya perubahn oogonium menjadi oosit (calon ovum), yang akan mengalami pemasakan sehingga menjadi ovum yang siap dibuahi. Selama perkembangan oosit, terjadi proses pembentukan kuning telur atau vitelus melaluinproses vitelogenesis. Vitelus yang disintesis akan ditimbun di ooplasma sebagai cadangan makanan bagi embrio yang akan berkembang kelak. Adanya timbunan vitelus dalam ovum (pada ooplasma) menyebabkan oosit bertambah besar. Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal: oogonium).
Pada akhir oogenesis, oosit mengalami pembelahan meiosis atau sering disebut pembelahan pemasakan, yang akan menghasilkan ovum haploid, yaitu ovum yang memiliki kromosom setengah dari jumlah kromosom sel induk (n kromosom). Akan tetapi, proses meiosis tersebut pada umumnya tidak berlangsung hingga tuntas dan berhenti pada meiosis tahap pertama. Oleh karena itu,pada saat di ovulasikan, ovum (oosit) masih mengandung dua perangkat kromosom dan belum bersifat haploid.
Proses penyelesaian pembelahan meiosis pada ovum akan terjadi jika ada rangsang berupa pemasukan sperma ke ovum. Jadi, meiosis tahap dua baru terselesaikan pada saat sperma masuk ke dalam ovum, tepatnya ketika inti sperma baru sampai disitoplasma, sebelum terjadi pertemuan antara inti sperma dan inti ovum. Pada saat inti sperma bertemu dengan inti ovum, pembelahan meiosis tahap dua sudah berlangsung, sehingga ovum benar-benar telah menjadi ovum haploid dan telah siap dibuahi. Pada vertebrata rendah, misalnya ikan, pertubuhan oosit, vitelogenesis dan ovulasi juga dipacu oleh hormon gonadotropin.
Proses pemasakan telur (ovum) yang terjadi pada mamalia telah dipahami dengan lebih baik daripada pemasakan telur yang terjadi pada hewan lain. Proses pemasakan telur pada hakikatnya merupakan peristiwa yang membentuk siklus. Siklus pemasakan telur pada kebanyakan mamalia disebut siklus estrus, sedangkan pada primate disebut siklus menstrual.
Pembentukan sel telur dimulai sejak didalam kandungan. Semua oogonia yang bersifat diploid telah selesai dibentuk dan siap memasuki tahap pembelahan. Semua oogonia membelah secara mitosis menghasilkan oosit primer. Pada perkembangan fetus selanjutnya semua oosit primer membelah secara meiosis tetapi hanya sampai fase profase.
Oogenesis secara sederhana terdiri dari beberapa tahapan yang diawali oogonium yang merupakan precursor dari ovum tertutup dalam folikel di ovarium. Oogonium berubah menjadi oosit primer yang memiliki 46 kromosom. Oosit primer melakukan meiosis yang menghasilkan dua sel anak yang ukurannya tidak sama. Sel anak yang lebih besar adalah oosit sekunder yang bersifat haploid. Ukurannya dapat mencapai ribuan kali lebih besar dari yang lain karena berisi banyak sitoplasma dari oosit primer. Sel anak yang lebih kecil disebut badan polar pertama yang kemudian membelah lagi. setelah itu oosit sekunder meninggalkan folikel ovarium menuju tuba fallopi. Apabila oosit sekunder di fertilisasi maka akan mengalami pembelahan meiosis yang kedua. Begitu pula dengan badan polar pertama membelah menjadi dua badan polar kedua yang akhirnya mengalami degenerasi. Namun apabila tidak terjadi fertilisasi, menstruasi dengan cepat akan terjadi siklus oogenesis diulang kembali.
Selama pembelahan meiosis kedua, oosit sekunder menjadi haploid dengan 23 kromosom dan selanjutnya disebut dengan ootid. Ketika inti nukleus sperma dan ovum siap melebur menjadi satu, saat itu juga ootid kemudian mencapai perkembngan akhir atau finalnya menjadi ovum yang matang. Peristiwa pengeluaran ovum (sel telur) dikenal dengan istilah ovulasi. Pada setiap ovulasi hanya satu telur yang matang dan dapat hidup 24 jam.



 









Ovum memiliki beberapa lapisan pelindung, antara lain membran vitellin yaitu lapisan transparan dibagian dalam ovum, zona pellusida yaitu lapisan pelindung ovum yang tebal dan terletak dibagian tengah yang terdiri dari protein dan mengandung reseptor untuk spermatozoa dan korona radiate yaitu sel-sel granulose yang melekat disisi luar oosit dan merupakan mantel terluar ovum yang paling tebal.
Proses oogenesis dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu FSH (Follicle Stimulating Hormone) berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel sekitar sel ovum, LH (Luteinizing Hormone) berfungsi terjadinya ovulasi (proses pematangan sel ovum), Estrogen dihasilkan oleh folikel graff dan dirangsang oleh FSH di dalam ovarium berfungsi menimbulkan sifat kelamin sekunder dan progesterone yang dihasilkan juga oleh korpus luteum yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH dan LH. Hormon progesterone berfungsi juga untuk menebalkan dinding endometrium.

B.  Pengertian Fertilisasi
Fertilisasi (pembuahan) merupakan proses peleburan (penggabungan) inti sel telur dan inti sperma. Fertilisasi dapat terjadi secara interna yaitu yang terjadi di dalam oviduct (dalam tubuh induk) atau secar externa yaitu yang terjadi di air (di luar tubuh induk). Selam dalam perjalanannya di dalam saluran reproduksi maka sel kelamin akan mengalami pemasakan.
Fertilisasi ada dua jenis yaitu fertilisasi eksternal (di luar tubuh) dan fertilisasi internal (di dalam tubuh). Fertilisasi eksternal adalah proses pembuahan ovum oleh sperma yang terjadi diluar tubuh organisme betinannya, seperti yang dialami oleh golongan ikan dan katak. Organisme ini selalu mengeluarkan telur-telurnya dalam jumlah banyak untuk mengatasi gangguan disekelilingnya dari faktor alam maupun binatang pemangsa. Sedangkan fertilisasi internal adalah proses pembuahan ovum oleh sperma terjadi di dalam tubuh organism betinanya. Hanya saja perkembangan ovum yang telah dibuahinya dapat bermacam-macam misalnya ada yang mengalami ovovipar (telur menetas menjadi bayi di luar tubuh betinya, seperti terjadi pada serangga dana burung), ovovivipar (telur menetas menjadi bayi sewaktu akan ke luar dari tubuh betinya, seperti terjadi pada golongan kadal) dan vivipar (melahirkan bayi atau anak seperti pada mamalia).
1.    Proses Fertilisasi
Fertilisasi umumnya bersifat monospermi (satu inti sperma yang membuahi) agar individu yang terbentuk diploid dan selalu dihindari agar tidak bersifat polispermi (lebih dari satu inti sperma yang membuahi). Hal tersebut disebabkan oleh karena pada saat fertilisasi terjadi aktivasi granula cortex di dalam sel telur sehingga permeabilitas membran telur berubah. Perbedaan permeabilitas membran tersebut menyebabkan sperma lain tidak dapat menembus telur. Pada vertebrata setelah terjadi fertilisasi, ada yang kemudian meletakkan teluar di luar tubuh sehingga telur-telur tersebut akan diinkubasikan, hewan demikian dikatakan bersifat ovipar. Sedangkan pada vertebrata lain yang telur difertilisasi akan berkembang di dalam tubuh induk (selama masa kehamilan) dan kemudian akan melahirkan, kelompok hewan demikian dikatakan vivipar. Perkembangan di dalam uterus diawali dengan adanya implantasi (penempelan pada dinding uterus) sehingga terjadi kehamilan. Setelah terjadi implantasi, jaringan embrio dan jaringan induk akan membentuk plasenta. Fertilisasi merupakan proses yang bertahap yaitu:
a.    Tahap persiapan yaitu proses pemasakan sel kelamin
b.    Tahap penempelan yaitu saat menyentuh selaput telur
c.    Tahap penetrasi yaitu proses penyusupan sperma kedalam sel telur. Penetrasi terjadi setelah membran telur larut karena pengaruh enzim hialuronidase yang dikeluarkan oleh akrosom.
d.   Tahap peleburan/penggabungan inti sperma dan inti telur sehingga terbentukny zygot yang diploid (sesuai dengan individu yang mewariskan)
e.    Tahap awal perkembangan yang merupakan rangsangan (trigger) agar terjadi perkembangan.
Prinsip fertilisasi adalah penggabungan genom jantan dan betina. Proses fertilisasi meliputi beberapa tahap : pendekatan sel kelamin, penempelan, penetrasi spermatozoon ke dalam ooplasma, penggabungan inti dan inisiasi pembelahan zygot.
a.    Pendekatan spermatozoon ke ovum
Tahap pertama yang terjadi di dalam proses fertilisasi adalah adanya spermatozoon terhadap ovum. Dimana dalam proses mendekatnya spermatozoon ke sel telur tidak lepas dari peran aktif spermatozoon. Gerak aktif disaluran telur dari spermatozoon dipicu karena stimulasi dari cairan oviduk. Selain itu ovum bergerak pasif, ovum sendiri tidak memiliki alat gerak dan hanya mampu berada di tuba fallopi karena dibantu dengan adanya gerakan cilia dibagian infundibulum dan ampula tuba fallopi dan juga tidak terlepas dengan adanya rangsang khemotaksis. Rngsang khemotaksis, dengan rangsang inilah spermatozoon menemukan arah menuju ovum dengan tepat. Rangsnag ini diberikan oosit sekunder dengan mengeluarkan senyawa fertilizin untuk menarik sperma agar mendekatinya dan dengan adanya reaksi fertilizin inilah spermatozoon dapat menempel pada selaput telur bagian luar yaitu lapisan corona radiata, spermatozoon dilengkapi dengan struktur yang menghasilkan beberapa enzim, dimana enzim-enzim tersebut digunakan oleh spermatozoon untuk menempel pada selaput telur dan sekaligus menembus lapisan-lapisan yang mengelilingi oosit sekunder.


b.    Penempelan spermatozoon pada selaput telur
Pada tahap ini, enzim-enzim pada spermatozoon sangat berpengaruh terhadap penempelan spermatozoon pada selaput telur. Spermatozoon memiliki pelindung yang disebut akrosom. Akrosom inilah juga yang menghasilkan enzim yang dieprlukan untuk menembus lapisan-lapisan yang mengelilingi sel telur dengan cara mengeluarkan enzim hialuronidase untuk melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata, ini terjadi karena spermatozoon menembus sel folikel maka akrosom putus dan hialuronidase keluar, fungsi dari ezim hialuronidase sendiri adalah untuk melarutkan senyawa hialuronid pada lapisan corana radiate. Kemudian spermatozoon mengeluarkan akrosin untuk melakukn lisis (menghancurkan glikoprotein pada zona pellusida) dan anti fertilizin agar dapat melekat pada sel telur. Proses pengeluaran kedua enzim tersebut disebut dengan reaksi akrosom.
Spermatozoon dapat menempel juga disebabkan oleh adanya reaksi fertilizin dari selaput telur denagna antifertilizin dari spermatozoon. Pada tempat penempelan antara membrane telur dengan akrosom spermatozoon akan terbentuk semacam saluran membrane. Inti spermatozoon akan masuk ke dalam telur melalui saluran ini. Fertilizin merupakan glikoprotein yang khusus dan unik untuk setiap spesies. Oleh karena itu tidak akan terjadi fertilisasi silang antar spesies, meskipun hidup di dalam satu tempat yang sama.
c.    Penetrasi spermatozoon ke dalam ovum
Saat spermatozoon melakukan penetrasi, maka sel telur akan mengeluarkan senyawa tertentu agar zona pellusida tidak dapat ditembus oleh spermatozoon lain,  mengakibatkan membrane telur menjadi elastic dan liat (reaksi membrane) agar tidak terjadi polispermi. Di dalam korteks terjadi kenaikan kadar ion calcium (ca++) sebagai activator metabolisme. Sintesis protein khusus pada proses ini dimaksudkan untuk membantu inisiasi pembelahan dan membentuk enzim metabolik.
Fertilisasi yang dilakukan oleh suatu spermatozoon saja disebut monospermi. Reaksi fisiologis penting yang terjadi ada permukaan telur apabila fertilisasi berlngsung ialah tidak responsifnya telur terhadap spermatozoon yang datang berikutnya, sehingga dapat mencegah masuknya spermatozoon yang kedua.
Mekanisme yang terjadi disebut sebagai proses penolakan (blocking system), dimana tidak memungkinkan terjadinya polispermi atau setidaknya dapat mencegah masuknya sperma yang kedua. Pada permukaan telur terdapat anti fertilizin, salah satu fungsinya adalah bahwa pada waktu fertilisasi, reaksi fertilizin-anti fertilizin dapat mencegah spermatozoon lain agar tidak lagi menempel pada telur.
Penetrasi spermatozoon juga akan merangsang sle telur untuk menyelesaikan proses meiosis II yang menghasilkan 3 badan polar dan satu pronukleus betina. Masuknya spermatozoon dalam ooplasma menyebabkan reorganisais penyebaran protein di dalam ooplasma. Pigmen (protein berwarna) mengalir ketempat masuknya spermatozoon. Perubahan letak protein dalam ooplasma mencerminkan pola bentuk dan struktur tubuh embrio yang akan terbentuk nantinya.
d.   Pembatasan terhadap spermatozoon lain pascafertilisasi
Terangkatnya membrane vitelin dari permukaan ovum merupakan suatu reaksi pertahanan yang mencegah terjadinya penetrasi spermatozoon lainnya. Secara normal hanya satu spermatozoon saja yang mampu melakukan penetrasi ke dlaam ovum. Hal tersebut disebut monospermi.
e.    Penggabungan pronukleus jantan dan betina
Tahap ini merupakan penggabungan inti antara genom jantan dengan betina, setelah terbentuk pronukleus betina pada proses sebelumnya. Selanjutnya pronukleus jantan bergerak untuk bergabung dengan pronukleus betina membentuk inti baru. Spermatozoon yang masuk ke dalam sel telur dengan meninggalkan ekornya di dalam rongga perivitellin. Bagian leher berbalik di depan, inti atau nukleus kemudian membesar membentuk pronukleus jantan. Pronukleus jantan bergerak menuju ke pronukleus betina. DNA dan RNA dari spermatozoon bercampur dalam ooplasma, kemudian membentuk inti baru.
Penggabungan ini merupakan penyatuan genom jantan dengan betina, kromosom bersatu membentuk sinkarion. Maka apabila kromosom berasal dari sperma dan telur lain spesies tidak akan dapat terjadi penggabungan, sebab jumlah pasangan dan ukurannnya tidak saling bersesuaian. Dalam peristiwa ini, terjadi penggabungan inti sel telur dan inti sel spermatozoon yang masing-masing mengandung 23 kromosom (haploid) sehingga dihasilkan zigot yang memiliki 46 kromosom (diploid).
f.     Inisiasi pembelahan zigot.
Zigot merupakan hasil dari penggabungan inti sperma yang mengandung 23 kromosom (haploid) dengan inti ovum yang mengandung 23 kromosom (haploid).
Menurut Yatim (1994), Fase pada fertilisasi pada hewan adalah sebagai berikut:
a.    Fase 1: penembusan korona radiata
Dari 200-300 juta spermatozoa yang dicurahkan kedalam saluran kelamin betina, hanya 300-500 yang mencapai tempat pembuahan. Hanya satu diantaranya yang diperlukan untuk pembuahan dan diduga bahwa sperma-sperma lainnya membantu sperma yang akan membuahi untuk menembus sawar-sawar yang melindungi gamet betina. Sperma yang mengalami kapasitasi dengan bebas menembus sel korona.
b.    Fase 2 : penembusan zona pelusida
Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein disekeliling telur yang mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom. Pelepasan enzim-enzim akrosom memungkinkan sperma menembus zona pelusida, sehingga akan bertemu dengan membran plasma oosit. Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala sperma menyentuh permukaan oosit. Hal ini mengakibatkan pembebasan enzim-enzim lisosom dari granul-granul korteks yang melapisi membran plasma oosit. Pada gilirannya, enzim-enzim ini menyebabkan perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk menghambat penetrasi sperma dan membuat tak aktif tempat-tempat reseptor bagi spermatozoa pada permukaan zona yang spesifik spesies. Spermatozoa lain ternyata bisa menempel di zona pelusida tetapi hanya satu yang menembus oosit.
c.    Fase 3 : penyatuan oosit dan membran sel sperma
Segera setelah spermatozoa menyentuh membran sel oosit, kedua selaput plasma sel tersebut menyatu. Karena selaput plasma yang membungkus kepala akrosom telah hilang pada saat reaksi akrosom, penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah antara selaput oosit dan selaput yang meliputi bagian belakang kepala sperma. Baik kepala dan ekor spermatozoa memasuki sitoplasma oosit, tetapi selaput plasma tertinggal di permukaan oosit. Setelah spermatozoa memasuki oosit, sel telur menanggapinya dengan 3 cara yang berbeda yaitu:
1)   Reaksi kortikal sebagai akibat terlepasnya butir-butir kortikal oosit.
a)    Selaput oosit tidak dapat ditembus lagi oleh spermatozoa lain.
b)   Zona pelusida mengubah struktur dan komposisinya untuk mencegah penambatan dan penetrasi sperma.
2)   Melanjutkan pembelahan meiosis kedua. Oosit menyelesaikan pembelahan meiosis keduanya segera setelah spermatozoa masuk. Salah satu dari sel anaknya hampir tidak mendapatkan sitoplasma dan dikenal sebagai badan kutub kedua, sel anak lainnya adalah oosit definite. Kromosomnya (22+X) tersusun di dalam sebuah inti vesikuler yang dikenal sebagai pronukleus.
3)   Penggiatan metabolik sel telur. Faktor penggiat diperkirakan dibawa oleh spermatozoa.

C.  Menstruasi
Menstruasi merupakan perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus yang disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Haid adalah pendarahan haid merupakan hasil interaksi kompleks yang melibatkan sistem hormon dengan organ tubuh, yaitu hipotalamus, hipofise, ovarium, dan uterus serta faktor lain di luar organ reproduksi.

 












1.    Siklus Menstruasi
Panjang siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Umumnya, jarak siklus menstruasi berkisar dari 15-45 hari dengan rata-rata 28 hari. Lamanya berbeda-beda antara 2-8 hari, dengan rata-rata 4-6 hari. Panjang daur menstruasi dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut. Darah menstruasi biasanya tidak membeku. Jumlah kehilangan darah tiap siklus berkisar 60-80 ml. Kira-kira tiga per empat darah ini hilang dalam dua hari pertama. Wanita berusia 9 10 <35 tahun cenderung kehilangan lebih banyak darah dibanding mereka yang berusia >35 tahun.
Siklus menstruasi menjadi dua yaitu siklus ovarium dan endometrium dimana kedua siklus tersebut saling mempengaruhi.
a. Siklus Ovarium
1) Fase Folikular Siklus diawali hari pertama menstruasi, atau terlepasnya endometrium. FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial dalam ovarium. Umumnya hanya satu terus berkembang dan menjadi folikel deGraaf dan yang lainnya berdegenerasi. Folikel terdiri dari sebuah ovum dan dua lapisan sel yang mengelilinginya. Lapisan dalam yaitu sel-sel granulosa mensintesis progesteron yang disekresi ke dalam cairan folikular selama paruh pertama siklus menstruasi, dan bekerja sebagai prekusor dalam sintesis estrogen oleh lapisan sel teka interna yang mengelilinginya. Estrogen disintesis dalam sel-sel lutein pada teka interna. Jalur biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron dan pregnenolon melalui 17-hidroksilasi turunan dari androstenedion, testosteron dan estradiol. Kandungan enzim aromatisasi yang tinggi pada sel-sel ini mempercepat perubahan androgen menjadi estrogen. Folikel, oosit primer mulai menjalani proses pematangannya. Pada waktu yang sama, folikel yang sedang berkembang menyekresi estrogen lebih banyak ke dalam sistem ini. Kadar 11 estrogen yang meningkat menyebabkan pelepasan LHRH melalui mekanisme umpan balik positif.
2) Fase Luteal LH merangsang ovulasi dari oosit yang matang. Tepat sebelum ovulasi, oosit primer selesai menjalani pembelahan meiosis pertamanya. Kadar estrogen yang tinggi kini menghambat produksi FSH. Kemudian kadar estrogen mulai menurun. Setelah oosit terlepas dari folikel deGraaf, lapisan granulosa menjadi banyak mengandung pembuluh darah dan sangat terluteinisasi, berubah menjadi korpus luteum yang berwarna kuning pada ovarium. Korpus luteum terus mensekresi sejumlah kecil estrogen dan progesteron yang semakin lama semakin meningkat.
b. Siklus Endometrium
1) Fase Proliferasi Segera setelah menstruasi, endometrium dalam keadaan tipis dan dalam stadium istirahat. Stadium ini berlangsung kira-kira selama 5 hari. Kadar estrogen yang meningkat dari folikel yang berkembang akan merangsang stroma endometrium untuk mulai tumbuh dan menebal, kelenjar-kelenjar menjadi hipertropi dan berproliferasi, dan pembuluh darah menjadi banyak sekali. Kelenjar-kelenjar dan stroma berkembang sama cepatnya. Kelenjar makin bertambah panjang tetapi tetap lurus dan berbentuk tubulus. Epitel kelenjar berbentuk toraks dengan sitoplasma eosinofilik yang seragam dengan inti di tengah. Stroma cukup padat pada lapisan basal tetapi makin ke permukaan semakin longgar. Pembuluh darah akan mulai berbentuk spiral dan 12 lebih kecil. Lamanya fase proliferasi sangat berbeda-beda pada setiap orang dan berakhir pada saat terjadinya ovulasi.
2) Fase Sekresi Setelah ovulasi, dibawah pengaruh progesteron yang meningkat dan terus diproduksinya estrogen oleh korpus luteum, endometrium menebal dan menjadi seperti beludru. Kelenjar menjadi lebih besar dan berkelok-kelok, dan epitel kelenjar menjadi berlipat-lipat, sehingga memberikan seperti gambaran “gigi gergaji”. Inti sel bergerak ke bawah, dan permukaan epitel tampak kusut. Stroma menjadi edematosa. Terjadi pula infiltrasi leukosit yang banyak dan pembuluh darah menjadi makin berbentuk spiral dan melebar. Lamanya fase sekresi pada setiap perempuan 14±2 hari.
3) Fase Menstruasi Korpus luteum berfungsi sampai kira-kira hari ke-23 atau 24 pada siklus 28 hari dan kemudian mulai beregresi. Akibatnya terjadi penurunan progesteron dan estrogen yang tajam sehingga menghilangkan perangsangan pada endometrium. Perubahan iskemik terjadi pada arteriola dan diikuti dengan menstruasi.











BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Alat reproduksi menghasilkan sel kelamin. Proses menghasilkan gamet matang hingga mampu membuahi disebut gametogenesis. Gametogenesis merangkumi spermatogenesis yang berlaku di dalam testis dan oogenesis yang berlaku di dalam ovarium. Proses pembentukan sel kelamin jantan disebut spermatogenesis, sedangkan proses pembentukan sel kelamin betina disebut oogenesis. Fertilisasi adalah suatu proses penyatuan antara sel mani/sperma denagn sel telur di tuba fallopi. Sperma tersebut bergerak masuk ke dalam kavum uteri dan tuba sampai akhirnya bertemu dengan ovum di ampula/infundibulum tuba. Prinsip fertilisasi adalah penggabungan genom jantan dan betina. Proses fertilisasi meliputi beberapa tahap : pendekatan sel kelamin, penempelan, penetrasi spermatozoon ke dalam ooplasma, penggabungan inti dan inisiasi pembelahan zygot.
















DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 2008. Biologi Edisi kelima jilid 3. Jakarta : Erlangga.

Isnaeni, Wiwi.2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius.

Lucia, Evie Azhfizar. 2007.  Mengenal Makhluk Hidup. Jakarta: Group Grafiti.

Muchtaromah. 2007. Siapakah Penentu Jenis Kelamin Bayi. Malang : UIN Malang Press.

Suryo. 2013. Genetika. Yogyakarta: UGM.

Yatim, Wildan. 1994. Embriologi. Bandung : Tarsito


No comments:

Post a Comment

LAPORAN PRAKTIKUM II PENGAMATAN KOLENKIM PADA BATANG DAN APERTURA PADA BIJI

LAPORAN PRAKTIKUM II PENGAMATAN KOLENKIM PADA BATANG DAN   APERTURA PADA BIJI Oleh : Dimas Lukito Agung   (1522220029) ...