Friday, 5 April 2019

MAKALAH STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN JARINGAN OTOT DAN JARINGAN SARAF


MAKALAH STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN
JARINGAN OTOT DAN JARINGAN SARAF
 











Di Susun Oleh:
Kelompok 5
1.      Megawati                              (1522220039)
2.      Julia Afifah                          (1522220035)
3.      Halifah Ariyati                     (1512220006)
4.      Abil Qosim Al-Qusyairi       (1522220026)

Dosen Pembimbing:
Nur Fadhilah, M.Pd






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH PALEMBANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Semua makhluk hidup terdiri atas unit yang disebut sel. Sel merupakan unit struktural terkecil yang melaksanakan proses yang berkaitan dengan kehidupan, misalnya mampu mengambil nutrisi, tumbuh dan berkembang biak, bereaksi terhadap rangsangan, dan sebagainya. Awal kehidupan mamalia bertitik tolak pada embrio berbentuk sel telur yang dibuahi oleh spermatozoa yang disebut zigot. Zigot segera berkembang melalui serangkaian pembelahan pola mitosis sesuai dengan tahap perkembangan embrio yang disebut embriogenesis.
Selanjutnya embrio menumbuhkan kelompok sel khusus yang berbeda satu dengan lain. Kelompok sel khusus embrio, dalam proses membentuk jaringan terlepas satu dari yang lain dengan terbentuknya bahan antar sel. Proses pembentukan jaringan dalam embriologi disebut histogenesis yang mendasari pembentukan organ-organ tubuh (organogenesis). Jadi, jaringan adalah kumpulan dari sel-sel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu. Meskipun sangat kompleks tubuh mamalia hanya tersusun atas 4 jenis jaringan yaitu jaringan epitel, jaringan pengikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.
Dalam kehidupan, ada beberapa bagian yang dapat membantu antara organ satu dengan organ lainnya contohnya jaringan otot. Otot dapat melekat di tulang yang berfungsi untuk bergerak aktif. Selain itu otot merupakan jaringan pada tubuh hewan yang bercirikan mampu berkontraksi, aktivitas biasanya dipengaruhi oleh stimulus dari sistem saraf. Jaringan otot menyusun 40% hingg 50% berat total tubuh manusia dan tersusun atas serabut-serabut. Jaringan otot memiliki ciri-ciri antara lain yaitu iritabilitas (peka terhadap rangsangan), kontraktil (mampu memendek dan menebal), relaksasi (mampu memanjang), dan elastisitas (mampu kembali ke bentuk semula).
Seluruh aktivitas di dalam tubuh manusia diatur oleh jaringan saraf beserta sistemnya. Dengan kata lain jaringan saraf berperan dalam pengontrolan tubuh manusia. Setiap rangsangan-rangsangan yang kita terima melalui indra kita, akan diolah di otak. Kemudian otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan. Penyampaian rangsangan tersebut menggunakan sistem dari jaringan saraf.

B.     Rumusan masalah
1.      Apa fungsi dari jaringan otot dan jaringan saraf?
2.      Bagaimana struktur jaringan otot dan jaringan saraf?
3.      Apa saja jenis dari jaringan otot dan jaringan saraf beserta ciri-cirinya?

C.    Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Struktur Perkembangan Hewan, selain itu agar mahasiswa mengetahui fungsi dan struktur dari jaringan otot dan jaringan saraf, serta mengetahui jenis dari jaringan tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Jaringan
Jaringan (tissue) adalah kumpulan sel-sel dengan struktur dan fungsi yang sama. Jenis jaringan yang berbeda memiliki struktur yang berbeda sesuai dengan fungsinya. Suatu jaringan disatukan oleh suatu matriks ekstraseluler lengket yang melapisi sel-sel atau menenun bersama-sama menjadi suatu anyaman serat. Sesungguhnya, istilah jaringan (tissue) berasal dari bahasa Latin yang berati tenunan.[1]

B.     Jaringan Otot
Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melaksanakan kerja mekanik dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Otot sebagai jaringan dibina atas sel-sel otot yang berfungsi untuk pergerakan suatu alat atau bagian tubuh. Dengan kemampuan otot dalam berkontraksi, ia mengemban 3 fungsi utama yaitu melaksanakan gerakan, memelihara postur dan memproduksi panas. [2]
Jaringan otot (muscle tissue) terdiri atas sel-sel panjang disebut serabut otot yang mampu berkontraksi ketika dirangsang oleh implus saraf. Tersusun dalam susunan paralel di dalam sitoplasma, serabut otot adalah sejumlah besar mikrofilamen yang terbuat dari protein kontraktil aktin dan miosin. Otot adalah jaringan yang paling banyak terdapat pada sebagian besar hewan, dan kontraksi otot merupakan bagian besar dari kerja seluler yang memerlukan energi dalam suatu hewan yang aktif.[3]
Adapun jenis jaringan otot, yaitu:
1.      Otot Polos
Jaringan otot polos merupakan otot yang terletak pada saluran alat-alat di dalam tubuhseperti yang terdapat pada saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, dinding rahim, saluran pernapasan, dan saluran kelamin. Otot polos dapat disebut juga sebagai otot tak sadar karena cara bekerjanya diluar kesadaran, tanpa harus diperintah otak.[4]
Otot polos menyusun bagian kontraktil dari dinding saluran cerna dari pertengahan esofagus sampai sfingter ani internum. Ia yang menghasilkan kekuatan untuk mencampurkan makanan yang masuk dengan getah pencernaan dan mendorongnya sepanjang saluran cerna. Otot polos juga ditemukan dalam dinding saluran keluar kelenjar yang berhubungan dengan saluran cerna dan dalam dinding saluran napas dari trakea sampai duktus alveolar. Pembuluh darah juga memiliki otot polos dalam dindingnya yang mengendalikan kalibernya.[5]
Cara kerja otot polos dipengaruhi oleh saraf autonom, yaitu saraf simpatetik dan saraf parasimpatetik. Pada bagian permukaan otot polos memiliki serabut-serabut (fibril) yang bersifat sama sehingga apabila diamati melalui mikroskop bentuknya akan terlihat polos dan tidak memiliki garis seperti otot lain.[6]
Adapun ciri-ciri otot polos adalah:
a.       Bentuk bergelondong dengan kedua ujungnya meruncing.
b.      Mempunyai satu inti sel di tengah.
c.       Bekerja di luar kesadaran, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah.[7]
Otot polos memiliki bagian-bagian sebagai berikut:
a.       Membran plasma
Membran plasma pada otot sering disebut sarkolemma (sarcolemma), memiliki selaput ganda (double membrane), yaitu:
a)      Selaput luar, tebalnya berkisar antara 25-30 Angstrom
b)      Selaput dalam, tebalnya 25-30 Angstrom.
b.      Sitoplasma
Sering disebut sarkoplasma (sarcoplasma), bersifat eosinofilik, yang mengandung:
a)      Organoid, antara lain: mitrokondria yang mengitari inti, retikulum endoplasma, apparatus golgi, miofibril, dan sentriol.
b)      Paraplasma, seperti glikogen, lipofusin.
c.       Inti
Berbentuk lonjong memanjang dengan ujung tumpul, bergelombang pada saat terjadi kontraksi.[8]
Adapun struktur otot polos yaitu:
a.       Serat otot polos
Serat otot polos adalah fusiform atau bentuk kumparan dengan inti memanjang di bagian pusat yang lebih lebar. Panjangnya sangat bervariasi dalam organ berbeda. Pada tempat otot polos disusun dalam berkas, atau lapis tebal, masing-masing serat disusun demikian rupa sehingga bagian lebar sel bersebelahan dengan bagian tipis yang meruncing sel sebelah. Karena pada potngan melintang, otot polos tampak sebagai mozaik potongan-potongan bulat dan poligonal, dengan diameter yang bervariasi dari satu sampai beberapa mikron, dan inti hanya tampak pada potongan yang lebih besar. Intinya mengandung satu atau dua nukleolus dan kromatinnya tersebar dalam kelompk-kelompok kecil pada aspek selaput inti. Organel sel utama terkumpul di sitoplasma daerah kerucut pada kedua ujung inti yang memanjang.[9]
b.      Aneka ragam susunan
Serat otot polos disusun dalam pola berbeda untuk memenuhi kebutuhan setempat. Mereka terdapat satu-satu dalam jaringan ikat longgar, atau bergabung membentuk fasikel langsing, seperti dalam otot arrektor pili, atau berupa pita melingkar seperti pada otot konstriktor pupillae iris. Pada arteriol prekapiler, serat terorientasi melingkar satu-satu dengan interval sepanjang pembuluh. Kontraksinya menyempitkan lumen, mengurangi aliran darah melalui dasar kapiler. Pada dinding arteri lebih besar, aliran dikendalikan oleh lapis otot polos utuh melingkar. Pada dinding usus, serat otot polos membentuk dua lapis konsentris, serat-serat lapis dalam tersusun melingkar dan yang luar memanjang. Pada organ berongga lain, seperti kandung kemih, otot polos tidak tersusun dalam lapis jelas namun berupa anyaman berkas kasar yang terorientasi ke berbagai arah. [10]
c.       Variasi dalam bentuk
Meskipun otot polos pada umumnya dibentuk oleh sel-sel fusiform dengan panjang bervariasi, mikroskopi skening dengan metode mencernakan jaringan ikat disekitarnya, menampakkan aneka ragam contoh morfologi yang sebelumnya tidak diperkirakan. Serat-serat pada kandung kemih dan duktus deferens sering bercabang. Pada organ lain, serat-serat mungkin menjulurkan serat-serat pendek ke lateral yang berkontak dengan sel sebelah. Tempat serat otot berhubungan dengan tendo pusat dalam lambung burung, mereka memiliki banyak cabang mirip jari pada ujungnya meyerupai yang terdapat pada serat otot rangka pada taut miotendinosa.[11]
d.      Struktur ultra otot polos
Satu ciri struktur ultra serat otot polos adalah banyaknya invaginasi vesikular dari plasmalema (caveola), pada semua daerah membran antara plak padat di bawah permukaan. Mereka menyerupai vesikel pada pinositosis pada jenis sel lain, namun pada otot polos, tidak ada bukti bahwa mereka melepaskan diri dan memasuki sitoplasma.[12]
e.       Fisiologi otot polos
Otot polos sangat berbeda fisiologinya dari otot rangka. Kontraksinya lambat namun tahan lama. Mekanisme kontraksinya tidak begitu dipahami seperti otot rangka karena, untuk sebagian, sulit menetapkan unit kontraktil seperti halnya sarkomer. Tetapi secara umum diasumsi bahwa pemendekan terjadi dengan menggesernya filamen aktin terhadap filamen miosin seperti pada otot rangka. Kecepatan yang relatif lambat dan pemendekannya dapat disebabkan oleh kenyataan bahwa filamen aktin lebih panjang dari yang otot rangka. Kekuatan yang dihasilkan diteruskan ke permukaan sel melalui perlekatan unit kontraktil pada padat sitoplasma di titik-titik nodus sitoskelet.[13]
Otot polos dalam berbagai jaringan dan organ berbeda cara aktivitasnya. Otot polos viseral, juga disebut otot polos unitari, bersifat autoritmis. Rangsanng yang timbul intrinsik diteruskan melalui taut rekah, dari sel ke sel di daerah luas otot yang berkontraksi serentak. Jenis otot polos demikian berfungsi untuk gelombang peristaltik usus untuk mendorong isinya. Gelombang kontraksi spontan serupa terdapat pada ureter dan duktus biliaris. Mekanisme eksitasi intrinsik dari otot polos unitari dalam visera masih belum jelas. Tetapi kemampuannya menghasilkan kontraksi lambat, dan sinkron disebabkan ikatan listrik serat-serat berdekatan oleh taut rekah yang memungkinkan penyebaran eksitasi dari serat ke serat. Serat otot rangka, sebaliknya, secara listrik terisolasi satu dari lainnya, dan masing-masing memerlukan rangsangan oleh taut neuromuskularnya sendiri.[14]
2.      Otot Rangka (Otot Lurik)
Otot rangka tersusun atas sel-sel panjang tidak bercabang, disebut serabut otot (muscle fiber). Serabut-serabut ini merupakan sel-sel berinti banyak (multiseluler) yang terletak pada bagian pinggir (perifer) sel. Sel-sel otot terbentuk sejak perkembangan embrionik melalui fusi dari banyak sel-sel kecil yang membentuk sinsitium. Apabila dilihat dengan mikroskop cahaya, serabut otot nampak bergaris-garis melintang.[15]
Seperti halnya sel saraf, sel otot mampu merespon terhadap rangsangan. Bila membran sel otot dikenai neurotransmitter yang dihasilkan oleh ujung saraf motor yang mensarafinya, maka pada membran sel otot ini akan timbul suatu impuls bioelektrik. Impuls ini akan merambat sepanjang membran serabut otot.[16]
Setiap serabut otot rangka dibungkus oleh lapisan jaringan ikat lembut yang disebut endomisium. Beberapa serabut tunggal akan bergabung menjadi satu berkas yang disebut fasikulus. Fasikulus ini dibungkus oleh jaringan ikat yang disebut perimisium. Seluruh fasikulus tersebut dibungkus bersama-sama oleh epimisium.[17]
Pada kebanyakan otot, epimisium bersatu pada kedua ujung otot dan membentuk tendon yang biasanya melekat pada suatu tulang. Karena tendon bersambung dengan episium, dan karena perimisium dan endomisium melekat padanya, maka kontraksi otot dapat menimbulkan suatu tarikan yang kuat pada titik lekatnya.[18]
Adapun bagian-bagian otot rangka yaitu:
a.       Sarkolemma
Memiliki selaput ganda (double membrane), yakni selaput luar setebal 40 Angstrom, ruang antara setebal 20 Angstrom, dan selaput dalam setebal 40 Angstrom. Selaput luar mirip membran basal epitel yang dibalut serabut retikuler. Selaput dalam (plasmalemma) terdiri dari dua lapis protein ang di tengahnya diisi lemak (lipid). Secara umum sarkolemma bersifat transparan, kenyal dan resisten terhadap asam dan alkali. Serabut-serabut otot kerangka yang bergabung membentuk berkas serabut otot primer yang disebut fasikulus yang dibalut oleh jaringan ikat kolagen pekat (endomisium). Ada 5 sel utama yang dijumpai dalam fasikulus yaitu serabut otot, sel endotel, perisit, fibroblast, dan miosatelit.[19]
b.      Sarkoplasma
Sarkoplasma mengandung:
a)      Organoida, antara lain: mitokondria yang terdapat berbatasan dengan sarkolemma dan dekat inti diantara miofibril, ribosom pada otot rangka terdapat bebas di matriks, apparatus golgi, miofibril, dan endoplasmik. Pada satu serabut otot rangka terdapat ribuan miofibril, sedangkan tiap miofibril memiliki ratusan miofilamen yang bersifat submikroskopis. Mikrofilamen terdiri dari dua macam yaitu:
1)      Filamen miosin
Sering disebut filamen kasar (coarse filaments), berdiameter 100 Angstrom dan panjangnya 1,5 µ. Filamen ini membentuk daerah A atau cakram A. filamen ini tersusun paralel dan berenang bebas matriks. Bagian tengah agak tebal dari bagian tepi. Fungsi dari miosin adalah sebagai enzim katalisator yang berperan memecah ATP menjadi ADP + energi, dan energi ini digunakan untuk kontraksi.[20]
2)      Filamen aktin
Filamen tipis terutama tersusun atas aktin, tropomiosin, dan troponin. Setiap filamen tipis terdiri dari dua filamen aktin yang saling berpilin, dalam suatu bentukan spiral ganda. Tropomiosin pada suatu filamen tipis merupakan suatu benang panjang yang tersusun atas dua rantai polipeptida yang membentuk suatu spiral. Fungsi tropomiosin adalah menutup tempat perlekatan miosin pada molekul-molekul aktif pada saat otot istirahat. Lalu yang terakhir adalah troponin, suatu kompleks troponin melekat pada satu tempat khusus pada tropomiosin.[21]
Satuan miofibril yang terkecil disebut sarkomer. Sarkomer adalah unit fungsional dasar dari otot lurik, atau dengan kata lain, sarkomer adalah bahan bangunan dasar dari sebagian besar sel-sel otot. Dalam tubuh manusia, setiap otot terdiri dari beberapa bundel serat otot. Serat otot ini, pada gilirannya, terdiri dari banyak helai halus yang disebut miofibril. Miofibril biasanya tidak nampak jelas kecuali dilihat di bawah mikroskop elektron, tetapi masing-masing miofibril terutama terdiri dari dua jenis filamen, disebut tebal dan tipis, dan masing-masing diatur dalam pengulangan sub unit teratur. Setiap sub unit secara individual dikenal sebagai sarkomer, itu adalah pengaturan mereka berpola yang memberikan penampilan karakteristik otot lurik berpita.[22]
Sarkomer sendiri relatif sederhana. Pusat biasanya hanya memiliki bagian halus misalnya tengah filamen tebal. Wilayah ini disebut zona H. Demikian pula, dalam banyak kasus tepi luar terbuat hanya dari filamen, setidaknya ketika otot sedang beristirahat ini membentuk daerah sempit disekitar garis Z. Tujuan utama dari pengaturan ini adalah untuk memungkinkan kontraksi sarkomer, miofibril, dan seluruh otot yang membantu membuat gerakan yang lebih efisien.[23]
b)      Paraplasma, antara lain: lipid, glikogen, dan mioglobin
Melihat pada warna seratnya, otot lurik dibedakan menjadi tiga macam:
a.       Serat merah
Merah karena banyak mengandung sitokrom dan mioglobin, pigmen pernapasan dalam otot yang berguna untuk mengikat oksigen dari dalam darah. Sarkoplasma lebih banyak mengandung mitokondria dan granula, tetapi lebih sedikit mikrofilamen daripada serat putih. Serat merah lebih banyak dalam gumpalan otot.
b.      Serat putih
Putih karena sedikit sitokrom, mioglobin, dan mitokondria. Terdapat di sebelah luar gumpalan otot.
c.       Serat perantara
Perantara kedua macam serat di atas.
3.      Otot Jantung
Miokardium jantung vertebrata tingkat tinggi terdiri dari serabut otot jantung yang berhubungan satu dengan lain membentuk jalinan. Semula otot jantung dianggap sebagai peralihan antara otot polos dan otot kerangka. Yang jelas bahwa otot jantung tergolong otot bergaris melintang yang satuannya disebut serabut. Hubungan otot jantung melalui diskus interkalatus cukup kuat sehingga sulit dilakukan tepsing untuk memperoleh serabut secara terpisah. Pada otot polos maupun otot kerangka hal ini masih mungkin dilakukan.[24]
Seratnya rata-rata lebih kecil daripada serat otot lurik. Setiap serat otot jantung memiliki tonjolan-tonjolan dan ke samping membentuk percabangan, bertemu dengan percabangan sel otot tetangga. Tonjolan-tonjolan antara sel bertetangga setangkup rapat. Inti berada di tengah sel. Satu serat hanya memiliki 1-2 inti. Inti lebih tumpul ujungnya daripada inti serat otot lurik.[25]
Seperti halnya otot polos dan otot kerangka, otot jantung memiliki bagian-bagian sebagai berikut:
a.       Sarkolemma
Keadaannya hampir mirip dengan sarkolemma otot kerangka, dinding luarnya mirip membran basal dengan fibril retikuler yang dapat terus berhubungan dengan tendon atau katup jantung. Di bagian lain berhubungan langsung dengan endomisium. Sel-sel yang dijumpai pada otot jantung: serabut otot (miosit), sel endotel, perisit, dan fibroblas.[26]
b.      Sarkoplasma
Pada garis besar hampir mirip dengan otot kerangka, hanya saja otot jantung relatif memiliki sarkoplasma lebih banyak, terutama di sekitar inti yang terletak di tengah. Mitokondria, lipid, lipofuksin dan glikogen banyak terdapat pada sarkoplasma di sekitar inti. Garis-garis melintang hampir mirip dengan otot kerangka, meskipun susunan miofilamen tersusun secara acak. Sistem T cukup jelas pada otot jantung berbentuk invaginasi tubuler dari plasmalema dan lamina basalis di daerah cakram Z. Sistem T berperan dalam pertukaran metabolik dan transmisi impuls. Sarkoplasmik retikulum tidak sesubur pada otot kerangka, beberapa diantaranya berhubungan dengan sistem T.[27]
c.       Inti
Berbeda dengan otot kerangka, pada otot jantung inti terletak di tengah.
Pada otot jantung selain terdapat otot untuk berkontraksi terdapat pula bentuk modifikasi yang berfungsi sebagai pengatur rangsangan (stimulus) ke seluruh penjuru jantung, yang dikenal sebagai serabut purkinje. Secara histologi dapat dibedakan dengan otot jantung biasa yaitu sebagai berikut:
a.       Diameter serabut purkinje lebih besar dari otot jantung biasa.
b.      Miofibril jauh lebih sedikit tersusun di bagian tepi sejajar dan agak mengulir. Pada batas serabut tampak lebih jelas. Bentuk garis melintang tidak jelas pada serabut purkinje.
c.       Inti lebih besar dan pucat. Dalam satu serabut sering terdapat 2 inti berdampingan   
Berikut Tabel Perbedaan Ciri Otot Polos, Otot Lurik, dan Otot Jantung:
Ciri-ciri
Otot Polos
Otot Lurik
Otot Jantung
Bentuk sel
Seperti gelendong bagian tengah besar, dan ujungnya meruncing
Silindris atau serabut panjang
Silindris atau serabut panjang
Inti sel
Satu, di tengah
Banyak, di tepi
Satu atau dua, di tengah
Aktivitas
Di luar kehendak (otot tidak sadar)
Di bawah kehendak (otot sadar)
Di luar kehendak (otot tidak sadar)
Kontraksi
Lambat dan lama, tidak mudah lelah
Cepat, tidak teratur, dan mudah lelah
Otomatis, teratur, tidak pernah lelah, dan bereaksi lambat
Letak
Alat-alat tubuh bagian dalam
Melekat pada rangka
Jantung
Diskus Interkalaris
Tidak ada
Tidak ada
Ada
(Sumber: Omegawati, 2013)
C.    Jaringan Saraf
1.      Pengertian Jaringan Saraf
Jaringan saraf merupakan jaringan yang tersusun atas sel-sel neuron (saraf) yang terbentuk dari lapisan ektoderm pada saat perkembangan embrio hewan. Jaringan saraf merupakan salah satu penyusun sistem koordinasi tubuh yakni sistem yang mengatur sistem kerja semua alat-alat tubuh berdasarkan stimulus (rangsang) yang datang. Sistem koordinasi melibatkan sistem saraf, hormon, dan indera. Ketiga sistem tersebut memiliki fungsi dan karakter yang beragam. Jaringan saraf memiliki karakter fast respon dibanding sistem hormon. Hewan tingkat tinggi memiliki saraf yang lebih kompleks dibanding dengan hewan tingkat rendah. Manusia memiliki sistem saraf yang paling sempurna dibanding kelompok hewan lainnya.[28]
2.      Ciri-ciri Jaringan Saraf
Jaringan saraf memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Jaringan saraf terdiri atas sel-sel saraf (neuron) yang mempunyai ciri khusus, yaitu memiliki juluran sitoplasma yang panjang.
b.      Sel saraf juga disusun oleh sel neuroglia yang terdapat di sistem saraf pusat.
c.       Sel saraf terletak menyebar di seluruh tubuh hewan.
d.      Di dalam satu sel neuron, sitoplasmanya mengandung ribosom, badan golgi, retikulum endoplasma, dan mitokondria.
e.       Neuron mendapatkan suplai makanan melalui sel neuroglia yang menyelubunginya.
f.       Neuron tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.[29]
3.      Fungsi Jaringan Saraf
Jaringan saraf berfungsi menerima, mengolah, dan merespon rangsang yang datang baik dari dalam tubuh maupun dari lingkungan dimana hewan berada. Saraf memiliki fungsi yang amat penting yaitu:
a.       Menerima rangsang
Rangsang dapat berasal dari luar atau dari dalaam tubuh. Contoh rangsang yang datang dari luar ialah cahaya, suhu, sentuhan, dan lainnya. Sementara rangsang yang berasal dari dalam tubuh yaitu rasa lapar, mengantuk, dan lainnya. Semua perubahan tersebut akan diterima oleh saraf dan akan diteruskan ke bagian pusat saraf saraf untuk ditanggapi. Kelompok sel saraf yang menerima rangsang dan meneruskannya ke pusat saraf disebut saraf sensorik.[30]
b.      Mengolah rangsang
Bagian ini merupakan fungsi dari kelompok sel saraf yang menyusun pusat saraf (otak dan sumsum tulang belakang) disebut sebagai saraf konektor (interneuron). Berfungsi menerima rangsang  dari saraf sensorik dan mengolah atau menentukan jawaban dari rangsang yang masuk tersebut.[31]
c.       Memberi tanggapan
Setiap rangsang yang datang akan diterima oleh saraf, kemudian saraf tersebut akan diolah untuk ditentukan tanggapan yang tepat akan rangsang yang masuk. Tanggapan yang diberikan akan beragam, ditentukan pada jenis rangsang yang datang dan bervariasi pada tiap hewan. Tanggapan yang merupakan hasil pengolahan rangsang yang masuk akan diteruskan atau disampaikan oleh sel saraf motorik (efektor: otot dan kelenjar).[32]
4.      Struktur Jaringan Saraf (Neuron)
Merupakan kesatuan struktural dan fungsional sistem saraf. Kelompok sel hewan memiliki sel yang dibatasi oleh membran sel, dengan demikian, sel hewan memiliki beragam bentuk pada tiap selnya yang disesuaikan dengan fungsi yang dimiliki. Jaringan saraf yang tersusun atas sel saraf memiliki bentuk yang khas yang membedakan dengan sel penyusun jaringan lainnya. Sel saraf memiliki penjuluran-penjuluran yang keluar dari membran selnya. Bagian-bagian sel saraf antara lain:
a.       Badan sel, merupakan bagian yang berisi organel-organel sel seperti inti sel, mitokondria, dan lainnya. Bagian ini berfungsi meneruskan impuls saraf dari dendrit ke bagian akson. Badan sel adalah pusat aktivitas fisiologis sel saraf. Mengandung inti sel yang besar di dalamnya terdapat RNA (Asam Ribo Nukleat) dan sitoplasma yang sering disebut neuroplasma.[33]
b.      Dendrit, merupakan penjulur pendek dari sel saraf. Berfungsi untuk menerima rangsang dan meneruskannya ke badan sel. Dendrit memiliki struktur bercabang-cabang yang keluar dari badan sel dengan ukuran yang pendek.[34]
c.       Akson (neurit), merupakan bagian penjuluran yang panjang pada sel saraf. Berbeda dengan dendrit yang bercabang-cabang, akson hanya satu filamen panjang yang terbungkus selaput mielin. Akson berfungsi meneruskan rangsang dari badan sel ke sel berikutnya. Bagian akson terlindungi struktur lemak yang disebut dengan selaput mielin yang dihasilkan oleh schwann. Selaput lemak ini berfungsi membantu akson dalam meneruskan rangsang, selain itu memberikan nutrisi bagi akson.[35]
d.      Nodus ranvier adalah celah pada akson yang tidak diselubungi mielin. Bagian ini menjadi titik perjalanan impuls saraf di sepanjang akson dengan gerakan salto. Dengan demikian respon rangsang sangat cepat dengan gerakan ini.[36]
e.       Terminal akson disebut juga sinapsis merupakan hubungan antara sel saraf satu dengan sel saraf lainnya atau dengan sel lainnya. Di bagian ini akan terjadi pemindahan impuls saraf.[37]
5.      Penggolongan Neuron
Berdasarkan pada cara neuron memindahkan rangsangan dan posisi yang ditempatinya, neuron dibedakan menjadi 3 yaitu:
a.       Neuron Aferen (Neuron Sensori)
Bertugas menghantarkan rangsang dari organ penerima rangsang (reseptor) kepada sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Kumpulan badan sel saraf neuron membentuk ganglion berlanjut ke sumsum tulang belakang atau tali spinal. Struktur neuron sensorik yakni memiliki dendrit panjang dan neurit atau akson pendek.[38]
b.      Neuron Intermedier
Merupakan penghubung antara neuron aferen dan neuron eferen. Neuron intermedier terdapat di saraf pusat. Berfungsi untuk meneruskan rangsang dari eferen atau ke neuron intermedier lainnya. Memiliki struktur dendrit yang panjang dan neurit atau akson pendek atau panjang.[39]
c.       Neuron Eferen (Neuron Motorik)
Berfungsi untuk mengirimkan impuls atau tanggapan dari saraf pusat ke otot atau kelenjar yang akan melakukan respons tubuh. Umumnya neuron ini menerima rangsang dari neuron intermedier, akan tetapi ada  kalanya impuls ditransmisikan langsung dari neuron aferen ke neuron eferen. Strukturnya berupa dendrit pendek dan neurit atau akson panjang.[40]
6.      Cara Kerja Penghantar Rangsangan
Cara penghantaran rangsangan ada dua macam, yaitu:
a.       Lewat Sel Saraf
Impuls berjalan sepanjang akson, setelah itu membran neuron memulihkan keadaannya seperti semula. Selama masa pemulihan ini, impuls tidak bisa melewati neuron tersebut, waktu ini disebutkan dengan periode refaktori.[41]
b.      Lewat Sinapsis
Impuls yang tiba pada tombol sinapsis akan menyebabkan meningkatnya permeabilitas pada membran pra sinapsis terhadap ion Ca, kemudian ion Ca masuk dan gelombang sinapsis sambil mengeluarkan neutransmiter kecelah sinapsis. Setelah menyampaikan impuls, neutransmiter dihidrolisir oleh enzim yang dikeluarkan oleh membran post sinapsis.[42]
Secara skematis jalannya rangsang adalah: rangsang à reseptor à konduktor à respon (baik berupa gerakan pada otot maupun pengeluaran pada kelenjar).  Jalannya rangsang untuk gerak biasa dengan gerak refleks berbeda, jika pada gerak biasa rangsang dibawa ke otak sebagai pusat kesadaran, maka pada gerak refleks rangsang dibawa ke sumsum tulang belakang, ini disebabkan karena gerak refleks terjadi di luar kesadaran, untuk itu otak tidak sempat merespon rangsangan, dan hanya sampai pada sumsum tulang belakang.[43]
7.      Sistem Saraf Sadar
a.       Sistem Saraf Pusat
1)      Otak
a)      Otak belakang (hindbrain)
-          Medula oblongata merupakan otak belakang yang langsung berhubungan denga spinal cord (saraf tulang belakang). Yang bertugas untuk mengontrol pernapasan dan kerja jantung, tekanan darah, suhu tubuh, dan kegiatan yang bersifat otonom.
-          Cerebulum, berfungsi mengatur keseimbangan tubuh dan koordinasi kerja otot ketika bergerak.
-          Pons, menghubungkan otak belakang dengan bagian-bagian otak yang lain (relay station), yakni merelay pesan sensoris dari spinal cord ke bagian lain dari otak maupun dari otak ke spinal cord.[44]
b)      Otak tengah (midbrain)
Berperan sebagai koordinator antara otak depan dengan otak belakang. Sebagai reticular formation, mempunyai formasi yang kompleks dari saraf-saraf yang mencapai dalam semua bagian dari otak.[45]
c)      Otak depan (forebrain)
-          Otak besar, berfungsi sebagai pusat pengaturan semua kegiatan tubuh, tempat kesadaran, tempat emosi, dan tempat menerjemahkan semua rangsang yang diterima.
-          Hipothalamus, bertugas utuk mengontrol saraf otonom, mengkoordinasikan aktivitas yang kritis untuk survival seperti makan.
-          Thalamus, yang merupakan pusat relay pesan ke dan dari bagian otak lainnya.
-          Sistem limbik, berfungsi mengatur emosi dan memori.[46]
2)      Medula spinalis
Sumsum tulang belakang merupakan kelanjutan dari medula oblongata yang memiliki sejumlah saraf yang saling berpasangan. Terdiri dari material abu-abu di bagian tengah serta mengandung serabut motorik dan sensorik. Fungsi medula spinalis adalah mengadakan komunikasi antara semua bagian tubuh dengan otak, rangsangan koordinasi dari otot dan sendi pada otak, dan sebagai pusat gerak refleks.[47]
b.      Sistem Saraf Perifer
Merupakan penghubung antara indra (penerima rangsang) dan saraf pusat, dan penghubung antara saraf pusat dengan organ tubuh (otot dan kelenjar). Terdiri dari 12 pasang saraf otak dan 31 pasang saraf sumsum tulang belakang.[48]
8.      Sistem Saraf Otonom
Merupakan penghubung antara pusat saraf dengan otot jantung, pembuluh darah, usus dan kelenjar. Dibedakan menjadi dua yaitu sistem saraf simpatik dan parasimpatik.[49]
Berikut Tabel Fungsi Saraf Simpatik dan Saraf Parasimpatik:
No.
Saraf Simpatik
Saraf Parasimpatik
1.
Memacu denyut jantung
Menghambat denyut jantung
2.
Menyempitkan arteri
Melebarkan arteri
3.
Melebarkan bronkiolus
Menyempitkan bronkiolus
4.
Melebarkan iris atau pupil
menyempitkan iris atau pupil
5.
Memperlambat gerakan otot perut
Mempercepat gerakan otot perut
6.
Meningkatkan sekresi keringat
Mengurangi sekresi keringat
7.
Kontraksi kantong kencing atau otot anus
Relaksasi kantong kencing atau otot anus
8.
Menghambat kelenjar air mata
Merangsang kelenjar air mata
9.
Menghambat aliran saliva
Merangsang aliran saliva
(Sumber: Omegawati, 2013)

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melaksanakan kerja mekanik dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Otot sebagai jaringan dibina atas sel-sel otot yang berfungsi untuk pergerakan suatu alat atau bagian tubuh. Dengan kemampuan otot dalam berkontraksi, ia mengemban 3 fungsi utama yaitu melaksanakan gerakan, memelihara postur dan memproduksi panas. Adapun jenis jaringan otot yaitu otot polos, otot kerangka (lurik), dan otot jantung. Masing-masing dari otot tersebut memiliki fungsi yang berbeda.
Jaringan saraf merupakan jaringan yang tersusun atas sel-sel neuron (saraf) yang terbentuk dari lapisan ektoderm pada saat perkembangan embrio hewan. Jaringan saraf berfungsi menerima, mengolah, dan merespon rangsang yang datang baik dari dalam tubuh maupun dari lingkungan dimana hewan berada. Adapun jenis jaringan saraf yaitu neuron sensorik, neuron penghubung, dan neuron motorik yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda.



DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. dan Jane B. Reece. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Genneser, F. 1994. Buku Teks Histologi Jilid 1. Jakarta: Binapura Aksara.

Omegawati, Wigati Hadi. 2013. Biologi. Klaten: PT Intan Pariwara.

Soewolo. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.

Subowo. 2002. Histologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara.

Tambayong, Jan. 2002. Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC.

Yatim, Wildan. 1990. Biologi Modern Histologi. Bandung: Tarsito.






[1] Neil A. Campbell dan Jane B. Reece, Biologi Edisi Kelima Jilid 3 (Jakarta: Erlangga, 2004), hal.5
[2] Wildan Yatim, Biologi Modern Histologi  (Bandung: Tarsito, 1990), hal.97
[3] Neil A. Campbell dan Jane B. Reece, ... hal.8-9
[4] Subowo, Histologi Umum (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hal.57
[5] Jan Tambayong, Buku Ajar Histologi (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2002), hal.233
[6] Subowo, ... hal.58
[7] Subowo, ... hal.60
[8] Wildan Yatim, Biologi Modern Histologi  (Bandung: Tarsito, 1990), hal.97-98
[9] Jan Tambayong, Buku Ajar Histologi (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2002), hal.233-234
[10] Jan Tambayong, Buku Ajar Histologi (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2002), hal.234
[11] Jan Tambayong, ... hal.234
[12] Jan Tambayong, ... hal.236
[13] Jan Tambayong, Buku Ajar Histologi (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2002), hal.236-237
[14] Jan Tambayong, ... hal.237
[15] Soewolo, Fisiologi Manusia (Malang: Universitas Negeri Malang, 2003), hal.108
[16] Soewolo, Fisiologi Manusia (Malang: Universitas Negeri Malang, 2003), hal.108
[17] Soewolo, ... hal.109
[18] Soewolo, ... hal.109
[19] F. Genneser, Buku Teks Histologi Jilid 1 (Jakarta: Binapura Aksara, 1994), hal.88
[20] Soewolo, Fisiologi Manusia (Malang: Universitas Negeri Malang, 2003), hal.110
[21] Soewolo, ... hal.110
[22] F. Genneser, Buku Teks Histologi Jilid 1 (Jakarta: Binapura Aksara, 1994), hal.89
[23] F. Genneser, ... hal.89
[24] F. Genneser, Buku Teks Histologi Jilid 1 (Jakarta: Binapura Aksara, 1994), hal.89
[25] Wildan Yatim, Biologi Modern Histologi  (Bandung: Tarsito, 1990), hal.100
[26] Wildan Yatim, ... hal.100-101
[27] Wildan Yatim, Biologi Modern Histologi  (Bandung: Tarsito, 1990), hal.101
[28] Wildan Yatim, Biologi Modern Histologi  (Bandung: Tarsito, 1990), hal.103
[29] Wildan Yatim, Biologi Modern Histologi  (Bandung: Tarsito, 1990), hal.103
[30] Wildan Yatim, ... hal.103-104
[31] Wildan Yatim, ... hal.104
[32] Wildan Yatim, ... hal.104
[33] Wildan Yatim, Biologi Modern Histologi  (Bandung: Tarsito, 1990), hal.104
[34] Wildan Yatim, ... hal.105
[35] Wildan Yatim, ... hal.105
[36] Wildan Yatim, Biologi Modern Histologi  (Bandung: Tarsito, 1990), hal.105-106
[37] Wildan Yatim, ... hal.106
[38] F. Genneser, Buku Teks Histologi Jilid 1 (Jakarta: Binapura Aksara, 1994), hal.100
[39] F. Genneser, ... hal.100
[40] F. Genneser, ... hal.101
[41] F. Genneser, Buku Teks Histologi Jilid 1 (Jakarta: Binapura Aksara, 1994), hal.101
[42] F. Genneser, ... hal.101
[43] F. Genneser, ... hal.102
[44] F. Genneser, Buku Teks Histologi Jilid 1 (Jakarta: Binapura Aksara, 1994), hal.105
[45] F. Genneser, ... hal.106
[46] F. Genneser, ... hal.106
[47] Wildan Yatim, Biologi Modern Histologi  (Bandung: Tarsito, 1990), hal.108
[48] Wildan Yatim, Biologi Modern Histologi  (Bandung: Tarsito, 1990), hal.108
[49]Wildan Yatim, ... hal.109

No comments:

Post a Comment

LAPORAN PRAKTIKUM II PENGAMATAN KOLENKIM PADA BATANG DAN APERTURA PADA BIJI

LAPORAN PRAKTIKUM II PENGAMATAN KOLENKIM PADA BATANG DAN   APERTURA PADA BIJI Oleh : Dimas Lukito Agung   (1522220029) ...