MAKALAH
STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN
JARINGAN
OTOT DAN JARINGAN SARAF
![]() |
Di
Susun Oleh:
Kelompok
5
1.
Megawati (1522220039)
2.
Julia
Afifah (1522220035)
3.
Halifah
Ariyati (1512220006)
4.
Abil
Qosim Al-Qusyairi (1522220026)
Dosen Pembimbing:
Nur Fadhilah, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
RADEN FATAH PALEMBANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Semua
makhluk hidup terdiri atas unit yang disebut sel. Sel merupakan unit struktural
terkecil yang melaksanakan proses yang berkaitan dengan kehidupan, misalnya
mampu mengambil nutrisi, tumbuh dan berkembang biak, bereaksi terhadap
rangsangan, dan sebagainya. Awal kehidupan mamalia bertitik tolak pada embrio
berbentuk sel telur yang dibuahi oleh spermatozoa yang disebut zigot. Zigot
segera berkembang melalui serangkaian pembelahan pola mitosis sesuai dengan
tahap perkembangan embrio yang disebut embriogenesis.
Selanjutnya
embrio menumbuhkan kelompok sel khusus yang berbeda satu dengan lain. Kelompok
sel khusus embrio, dalam proses membentuk jaringan terlepas satu dari yang lain
dengan terbentuknya bahan antar sel. Proses pembentukan jaringan dalam
embriologi disebut histogenesis yang mendasari pembentukan organ-organ tubuh
(organogenesis). Jadi, jaringan adalah kumpulan dari sel-sel sejenis atau
berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau
sistem tertentu. Meskipun sangat kompleks tubuh mamalia hanya tersusun atas 4
jenis jaringan yaitu jaringan epitel, jaringan pengikat, jaringan otot, dan
jaringan saraf.
Dalam
kehidupan, ada beberapa bagian yang dapat membantu antara organ satu dengan
organ lainnya contohnya jaringan otot. Otot dapat melekat di tulang yang
berfungsi untuk bergerak aktif. Selain itu otot merupakan jaringan pada tubuh
hewan yang bercirikan mampu berkontraksi, aktivitas biasanya dipengaruhi oleh
stimulus dari sistem saraf. Jaringan otot menyusun 40% hingg 50% berat total
tubuh manusia dan tersusun atas serabut-serabut. Jaringan otot memiliki
ciri-ciri antara lain yaitu iritabilitas (peka terhadap rangsangan), kontraktil
(mampu memendek dan menebal), relaksasi (mampu memanjang), dan elastisitas
(mampu kembali ke bentuk semula).
Seluruh
aktivitas di dalam tubuh manusia diatur oleh jaringan saraf beserta sistemnya.
Dengan kata lain jaringan saraf berperan dalam pengontrolan tubuh manusia.
Setiap rangsangan-rangsangan yang kita terima melalui indra kita, akan diolah
di otak. Kemudian otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan.
Penyampaian rangsangan tersebut menggunakan sistem dari jaringan saraf.
B.
Rumusan
masalah
1. Apa
fungsi dari jaringan otot dan jaringan saraf?
2. Bagaimana
struktur jaringan otot dan jaringan saraf?
3. Apa
saja jenis dari jaringan otot dan jaringan saraf beserta ciri-cirinya?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
Struktur Perkembangan Hewan, selain itu agar mahasiswa mengetahui fungsi dan
struktur dari jaringan otot dan jaringan saraf, serta mengetahui jenis dari
jaringan tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Jaringan
Jaringan (tissue) adalah kumpulan sel-sel dengan
struktur dan fungsi yang sama. Jenis jaringan yang berbeda memiliki struktur
yang berbeda sesuai dengan fungsinya. Suatu jaringan disatukan oleh suatu
matriks ekstraseluler lengket yang melapisi sel-sel atau menenun bersama-sama
menjadi suatu anyaman serat. Sesungguhnya, istilah jaringan (tissue) berasal dari bahasa Latin yang
berati tenunan.[1]
B.
Jaringan
Otot
Jaringan otot
merupakan jaringan yang mampu melaksanakan kerja mekanik dengan jalan kontraksi
dan relaksasi sel atau serabutnya. Otot sebagai jaringan dibina atas sel-sel
otot yang berfungsi untuk pergerakan suatu alat atau bagian tubuh. Dengan
kemampuan otot dalam berkontraksi, ia mengemban 3 fungsi utama yaitu
melaksanakan gerakan, memelihara postur dan memproduksi panas. [2]
Jaringan otot (muscle tissue) terdiri atas sel-sel
panjang disebut serabut otot yang mampu berkontraksi ketika dirangsang oleh
implus saraf. Tersusun dalam susunan paralel di dalam sitoplasma, serabut otot
adalah sejumlah besar mikrofilamen yang terbuat dari protein kontraktil aktin
dan miosin. Otot adalah jaringan yang paling banyak terdapat pada sebagian
besar hewan, dan kontraksi otot merupakan bagian besar dari kerja seluler yang
memerlukan energi dalam suatu hewan yang aktif.[3]
Adapun jenis
jaringan otot, yaitu:
1. Otot
Polos
Jaringan
otot polos merupakan otot yang terletak pada saluran alat-alat di dalam
tubuhseperti yang terdapat pada saluran pencernaan, dinding pembuluh darah,
dinding rahim, saluran pernapasan, dan saluran kelamin. Otot polos dapat
disebut juga sebagai otot tak sadar karena cara bekerjanya diluar kesadaran,
tanpa harus diperintah otak.[4]
Otot
polos menyusun bagian kontraktil dari dinding saluran cerna dari pertengahan
esofagus sampai sfingter ani internum.
Ia yang menghasilkan kekuatan untuk mencampurkan makanan yang masuk dengan
getah pencernaan dan mendorongnya sepanjang saluran cerna. Otot polos juga
ditemukan dalam dinding saluran keluar kelenjar yang berhubungan dengan saluran
cerna dan dalam dinding saluran napas dari trakea sampai duktus alveolar.
Pembuluh darah juga memiliki otot polos dalam dindingnya yang mengendalikan
kalibernya.[5]
Cara
kerja otot polos dipengaruhi oleh saraf autonom, yaitu saraf simpatetik dan
saraf parasimpatetik. Pada bagian permukaan otot polos memiliki serabut-serabut
(fibril) yang bersifat sama sehingga apabila diamati melalui mikroskop
bentuknya akan terlihat polos dan tidak memiliki garis seperti otot lain.[6]
Adapun
ciri-ciri otot polos adalah:
a. Bentuk
bergelondong dengan kedua ujungnya meruncing.
b. Mempunyai
satu inti sel di tengah.
c. Bekerja
di luar kesadaran, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah.[7]
Otot polos memiliki bagian-bagian
sebagai berikut:
a. Membran
plasma
Membran plasma pada otot sering
disebut sarkolemma (sarcolemma),
memiliki selaput ganda (double membrane),
yaitu:
a) Selaput
luar, tebalnya berkisar antara 25-30 Angstrom
b) Selaput
dalam, tebalnya 25-30 Angstrom.
b. Sitoplasma
Sering disebut sarkoplasma (sarcoplasma), bersifat eosinofilik, yang
mengandung:
a) Organoid,
antara lain: mitrokondria yang mengitari inti, retikulum endoplasma, apparatus
golgi, miofibril, dan sentriol.
b) Paraplasma,
seperti glikogen, lipofusin.
c. Inti
Berbentuk lonjong memanjang dengan
ujung tumpul, bergelombang pada saat terjadi kontraksi.[8]
Adapun
struktur otot polos yaitu:
a. Serat
otot polos
Serat otot polos adalah fusiform
atau bentuk kumparan dengan inti memanjang di bagian pusat yang lebih lebar.
Panjangnya sangat bervariasi dalam organ berbeda. Pada tempat otot polos
disusun dalam berkas, atau lapis tebal, masing-masing serat disusun demikian
rupa sehingga bagian lebar sel bersebelahan dengan bagian tipis yang meruncing
sel sebelah. Karena pada potngan melintang, otot polos tampak sebagai mozaik
potongan-potongan bulat dan poligonal, dengan diameter yang bervariasi dari
satu sampai beberapa mikron, dan inti hanya tampak pada potongan yang lebih
besar. Intinya mengandung satu atau dua nukleolus dan kromatinnya tersebar
dalam kelompk-kelompok kecil pada aspek selaput inti. Organel sel utama
terkumpul di sitoplasma daerah kerucut pada kedua ujung inti yang memanjang.[9]
b. Aneka
ragam susunan
Serat otot polos disusun dalam pola
berbeda untuk memenuhi kebutuhan setempat. Mereka terdapat satu-satu dalam
jaringan ikat longgar, atau bergabung membentuk fasikel langsing, seperti dalam
otot arrektor pili, atau berupa pita melingkar seperti pada otot konstriktor
pupillae iris. Pada arteriol prekapiler, serat terorientasi melingkar satu-satu
dengan interval sepanjang pembuluh. Kontraksinya menyempitkan lumen, mengurangi
aliran darah melalui dasar kapiler. Pada dinding arteri lebih besar, aliran
dikendalikan oleh lapis otot polos utuh melingkar. Pada dinding usus, serat
otot polos membentuk dua lapis konsentris, serat-serat lapis dalam tersusun
melingkar dan yang luar memanjang. Pada organ berongga lain, seperti kandung
kemih, otot polos tidak tersusun dalam lapis jelas namun berupa anyaman berkas
kasar yang terorientasi ke berbagai arah. [10]
c. Variasi
dalam bentuk
Meskipun otot polos pada umumnya
dibentuk oleh sel-sel fusiform dengan panjang bervariasi, mikroskopi skening
dengan metode mencernakan jaringan ikat disekitarnya, menampakkan aneka ragam
contoh morfologi yang sebelumnya tidak diperkirakan. Serat-serat pada kandung
kemih dan duktus deferens sering bercabang. Pada organ lain, serat-serat
mungkin menjulurkan serat-serat pendek ke lateral yang berkontak dengan sel
sebelah. Tempat serat otot berhubungan dengan tendo pusat dalam lambung burung,
mereka memiliki banyak cabang mirip jari pada ujungnya meyerupai yang terdapat
pada serat otot rangka pada taut miotendinosa.[11]
d. Struktur
ultra otot polos
Satu ciri struktur ultra serat otot
polos adalah banyaknya invaginasi vesikular dari plasmalema (caveola), pada
semua daerah membran antara plak padat di bawah permukaan. Mereka menyerupai
vesikel pada pinositosis pada jenis sel lain, namun pada otot polos, tidak ada
bukti bahwa mereka melepaskan diri dan memasuki sitoplasma.[12]
e. Fisiologi
otot polos
Otot polos sangat berbeda
fisiologinya dari otot rangka. Kontraksinya lambat namun tahan lama. Mekanisme
kontraksinya tidak begitu dipahami seperti otot rangka karena, untuk sebagian,
sulit menetapkan unit kontraktil seperti halnya sarkomer. Tetapi secara umum
diasumsi bahwa pemendekan terjadi dengan menggesernya filamen aktin terhadap
filamen miosin seperti pada otot rangka. Kecepatan yang relatif lambat dan
pemendekannya dapat disebabkan oleh kenyataan bahwa filamen aktin lebih panjang
dari yang otot rangka. Kekuatan yang dihasilkan diteruskan ke permukaan sel
melalui perlekatan unit kontraktil pada padat sitoplasma di titik-titik nodus
sitoskelet.[13]
Otot polos dalam berbagai jaringan
dan organ berbeda cara aktivitasnya. Otot polos viseral, juga disebut otot
polos unitari, bersifat autoritmis. Rangsanng yang timbul intrinsik diteruskan
melalui taut rekah, dari sel ke sel di daerah luas otot yang berkontraksi
serentak. Jenis otot polos demikian berfungsi untuk gelombang peristaltik usus
untuk mendorong isinya. Gelombang kontraksi spontan serupa terdapat pada ureter
dan duktus biliaris. Mekanisme eksitasi intrinsik dari otot polos unitari dalam
visera masih belum jelas. Tetapi kemampuannya menghasilkan kontraksi lambat,
dan sinkron disebabkan ikatan listrik serat-serat berdekatan oleh taut rekah yang
memungkinkan penyebaran eksitasi dari serat ke serat. Serat otot rangka,
sebaliknya, secara listrik terisolasi satu dari lainnya, dan masing-masing
memerlukan rangsangan oleh taut neuromuskularnya sendiri.[14]
2. Otot
Rangka (Otot Lurik)
Otot
rangka tersusun atas sel-sel panjang tidak bercabang, disebut serabut otot (muscle fiber). Serabut-serabut ini
merupakan sel-sel berinti banyak (multiseluler) yang terletak pada bagian
pinggir (perifer) sel. Sel-sel otot terbentuk sejak perkembangan embrionik melalui
fusi dari banyak sel-sel kecil yang membentuk sinsitium. Apabila dilihat dengan
mikroskop cahaya, serabut otot nampak bergaris-garis melintang.[15]
Seperti
halnya sel saraf, sel otot mampu merespon terhadap rangsangan. Bila membran sel
otot dikenai neurotransmitter yang
dihasilkan oleh ujung saraf motor yang mensarafinya, maka pada membran sel otot
ini akan timbul suatu impuls bioelektrik. Impuls ini akan merambat sepanjang
membran serabut otot.[16]
Setiap
serabut otot rangka dibungkus oleh lapisan jaringan ikat lembut yang disebut endomisium. Beberapa serabut tunggal
akan bergabung menjadi satu berkas yang disebut fasikulus. Fasikulus ini dibungkus oleh jaringan ikat yang disebut perimisium. Seluruh fasikulus tersebut
dibungkus bersama-sama oleh epimisium.[17]
Pada
kebanyakan otot, epimisium bersatu pada kedua ujung otot dan membentuk tendon yang
biasanya melekat pada suatu tulang. Karena tendon bersambung dengan episium,
dan karena perimisium dan endomisium melekat padanya, maka kontraksi otot dapat
menimbulkan suatu tarikan yang kuat pada titik lekatnya.[18]
Adapun
bagian-bagian otot rangka yaitu:
a. Sarkolemma
Memiliki selaput ganda (double membrane), yakni selaput luar
setebal 40 Angstrom, ruang antara setebal 20 Angstrom, dan selaput dalam
setebal 40 Angstrom. Selaput luar mirip membran basal epitel yang dibalut
serabut retikuler. Selaput dalam (plasmalemma)
terdiri dari dua lapis protein ang di tengahnya diisi lemak (lipid). Secara
umum sarkolemma bersifat transparan, kenyal dan resisten terhadap asam dan
alkali. Serabut-serabut otot kerangka yang bergabung membentuk berkas serabut
otot primer yang disebut fasikulus yang dibalut oleh jaringan ikat kolagen
pekat (endomisium). Ada 5 sel utama
yang dijumpai dalam fasikulus yaitu serabut otot, sel endotel, perisit, fibroblast,
dan miosatelit.[19]
b. Sarkoplasma
Sarkoplasma mengandung:
a) Organoida,
antara lain: mitokondria yang terdapat berbatasan dengan sarkolemma dan dekat
inti diantara miofibril, ribosom pada otot rangka terdapat bebas di matriks,
apparatus golgi, miofibril, dan endoplasmik. Pada satu serabut otot rangka
terdapat ribuan miofibril, sedangkan tiap miofibril memiliki ratusan miofilamen
yang bersifat submikroskopis. Mikrofilamen terdiri dari dua macam yaitu:
Sering disebut filamen kasar (coarse filaments), berdiameter 100
Angstrom dan panjangnya 1,5 µ. Filamen ini membentuk daerah A atau cakram A.
filamen ini tersusun paralel dan berenang bebas matriks. Bagian tengah agak
tebal dari bagian tepi. Fungsi dari miosin adalah sebagai enzim katalisator
yang berperan memecah ATP menjadi ADP + energi, dan energi ini digunakan untuk
kontraksi.[20]
2) Filamen
aktin
Filamen tipis terutama tersusun
atas aktin, tropomiosin, dan troponin. Setiap filamen tipis terdiri dari dua
filamen aktin yang saling berpilin, dalam suatu bentukan spiral ganda.
Tropomiosin pada suatu filamen tipis merupakan suatu benang panjang yang
tersusun atas dua rantai polipeptida yang membentuk suatu spiral. Fungsi
tropomiosin adalah menutup tempat perlekatan miosin pada molekul-molekul aktif
pada saat otot istirahat. Lalu yang terakhir adalah troponin, suatu kompleks
troponin melekat pada satu tempat khusus pada tropomiosin.[21]
Satuan miofibril
yang terkecil disebut sarkomer. Sarkomer adalah unit fungsional dasar dari otot
lurik, atau dengan kata lain, sarkomer adalah bahan bangunan dasar dari
sebagian besar sel-sel otot. Dalam tubuh manusia, setiap otot terdiri dari
beberapa bundel serat otot. Serat otot ini, pada gilirannya, terdiri dari
banyak helai halus yang disebut miofibril. Miofibril biasanya tidak nampak
jelas kecuali dilihat di bawah mikroskop elektron, tetapi masing-masing
miofibril terutama terdiri dari dua jenis filamen, disebut tebal dan tipis, dan
masing-masing diatur dalam pengulangan sub unit teratur. Setiap sub unit secara
individual dikenal sebagai sarkomer, itu adalah pengaturan mereka berpola yang
memberikan penampilan karakteristik otot lurik berpita.[22]
Sarkomer sendiri
relatif sederhana. Pusat biasanya hanya memiliki bagian halus misalnya tengah
filamen tebal. Wilayah ini disebut zona H. Demikian pula, dalam banyak kasus
tepi luar terbuat hanya dari filamen, setidaknya ketika otot sedang
beristirahat ini membentuk daerah sempit disekitar garis Z. Tujuan utama dari
pengaturan ini adalah untuk memungkinkan kontraksi sarkomer, miofibril, dan
seluruh otot yang membantu membuat gerakan yang lebih efisien.[23]
b) Paraplasma,
antara lain: lipid, glikogen, dan mioglobin
Melihat pada warna seratnya, otot
lurik dibedakan menjadi tiga macam:
a. Serat
merah
Merah karena banyak mengandung
sitokrom dan mioglobin, pigmen pernapasan dalam otot yang berguna untuk
mengikat oksigen dari dalam darah. Sarkoplasma lebih banyak mengandung
mitokondria dan granula, tetapi lebih sedikit mikrofilamen daripada serat
putih. Serat merah lebih banyak dalam gumpalan otot.
b. Serat
putih
Putih karena sedikit sitokrom,
mioglobin, dan mitokondria. Terdapat di sebelah luar gumpalan otot.
c. Serat
perantara
Perantara kedua macam serat di
atas.
3. Otot
Jantung
Miokardium
jantung vertebrata tingkat tinggi terdiri dari serabut otot jantung yang
berhubungan satu dengan lain membentuk jalinan. Semula otot jantung dianggap
sebagai peralihan antara otot polos dan otot kerangka. Yang jelas bahwa otot
jantung tergolong otot bergaris melintang yang satuannya disebut serabut.
Hubungan otot jantung melalui diskus interkalatus cukup kuat sehingga sulit
dilakukan tepsing untuk memperoleh serabut secara terpisah. Pada otot polos
maupun otot kerangka hal ini masih mungkin dilakukan.[24]
Seratnya
rata-rata lebih kecil daripada serat otot lurik. Setiap serat otot jantung
memiliki tonjolan-tonjolan dan ke samping membentuk percabangan, bertemu dengan
percabangan sel otot tetangga. Tonjolan-tonjolan antara sel bertetangga
setangkup rapat. Inti berada di tengah sel. Satu serat hanya memiliki 1-2 inti.
Inti lebih tumpul ujungnya daripada inti serat otot lurik.[25]
Seperti
halnya otot polos dan otot kerangka, otot jantung memiliki bagian-bagian
sebagai berikut:
a.
Sarkolemma
Keadaannya
hampir mirip dengan sarkolemma otot kerangka, dinding luarnya mirip membran basal
dengan fibril retikuler yang dapat terus berhubungan dengan tendon atau katup
jantung. Di bagian lain berhubungan langsung dengan endomisium. Sel-sel yang
dijumpai pada otot jantung: serabut otot (miosit), sel endotel, perisit, dan
fibroblas.[26]
b.
Sarkoplasma
Pada garis besar
hampir mirip dengan otot kerangka, hanya saja otot jantung relatif memiliki sarkoplasma
lebih banyak, terutama di sekitar inti yang terletak di tengah. Mitokondria,
lipid, lipofuksin dan glikogen banyak terdapat pada sarkoplasma di sekitar
inti. Garis-garis melintang hampir mirip dengan otot kerangka, meskipun susunan
miofilamen tersusun secara acak. Sistem T cukup jelas pada otot jantung
berbentuk invaginasi tubuler dari plasmalema dan lamina basalis di daerah
cakram Z. Sistem T berperan dalam pertukaran metabolik dan transmisi impuls.
Sarkoplasmik retikulum tidak sesubur pada otot kerangka, beberapa diantaranya
berhubungan dengan sistem T.[27]
c.
Inti
Berbeda dengan
otot kerangka, pada otot jantung inti terletak di tengah.
Pada
otot jantung selain terdapat otot untuk berkontraksi terdapat pula bentuk
modifikasi yang berfungsi sebagai pengatur rangsangan (stimulus) ke seluruh
penjuru jantung, yang dikenal sebagai serabut purkinje. Secara histologi dapat dibedakan dengan otot jantung
biasa yaitu sebagai berikut:
a.
Diameter serabut purkinje lebih besar dari otot jantung biasa.
b.
Miofibril jauh lebih sedikit tersusun di
bagian tepi sejajar dan agak mengulir. Pada batas serabut tampak lebih jelas.
Bentuk garis melintang tidak jelas pada serabut purkinje.
c.
Inti lebih besar dan pucat. Dalam satu
serabut sering terdapat 2 inti berdampingan
Berikut
Tabel Perbedaan Ciri Otot Polos, Otot Lurik, dan Otot Jantung:
Ciri-ciri
|
Otot
Polos
|
Otot
Lurik
|
Otot
Jantung
|
Bentuk sel
|
Seperti
gelendong bagian tengah besar, dan ujungnya meruncing
|
Silindris
atau serabut panjang
|
Silindris
atau serabut panjang
|
Inti sel
|
Satu,
di tengah
|
Banyak, di tepi
|
Satu
atau dua, di tengah
|
Aktivitas
|
Di
luar kehendak (otot tidak sadar)
|
Di
bawah kehendak (otot sadar)
|
Di luar kehendak (otot tidak sadar)
|
Kontraksi
|
Lambat
dan lama, tidak mudah lelah
|
Cepat,
tidak teratur, dan mudah lelah
|
Otomatis,
teratur, tidak pernah lelah, dan bereaksi lambat
|
Letak
|
Alat-alat
tubuh bagian dalam
|
Melekat
pada rangka
|
Jantung
|
Diskus Interkalaris
|
Tidak
ada
|
Tidak
ada
|
Ada
|
(Sumber: Omegawati, 2013)
C.
Jaringan
Saraf
1. Pengertian
Jaringan Saraf
Jaringan saraf
merupakan jaringan yang tersusun atas sel-sel neuron (saraf) yang terbentuk
dari lapisan ektoderm pada saat perkembangan embrio hewan. Jaringan saraf
merupakan salah satu penyusun sistem koordinasi tubuh yakni sistem yang
mengatur sistem kerja semua alat-alat tubuh berdasarkan stimulus (rangsang)
yang datang. Sistem koordinasi melibatkan sistem saraf, hormon, dan indera.
Ketiga sistem tersebut memiliki fungsi dan karakter yang beragam. Jaringan
saraf memiliki karakter fast respon
dibanding sistem hormon. Hewan tingkat tinggi memiliki saraf yang lebih
kompleks dibanding dengan hewan tingkat rendah. Manusia memiliki sistem saraf
yang paling sempurna dibanding kelompok hewan lainnya.[28]
2. Ciri-ciri
Jaringan Saraf
Jaringan saraf
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Jaringan
saraf terdiri atas sel-sel saraf (neuron) yang mempunyai ciri khusus, yaitu
memiliki juluran sitoplasma yang panjang.
b. Sel
saraf juga disusun oleh sel neuroglia yang terdapat di sistem saraf pusat.
c. Sel
saraf terletak menyebar di seluruh tubuh hewan.
d. Di
dalam satu sel neuron, sitoplasmanya mengandung ribosom, badan golgi, retikulum
endoplasma, dan mitokondria.
e. Neuron
mendapatkan suplai makanan melalui sel neuroglia yang menyelubunginya.
f. Neuron
tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.[29]
3. Fungsi
Jaringan Saraf
Jaringan saraf
berfungsi menerima, mengolah, dan merespon rangsang yang datang baik dari dalam
tubuh maupun dari lingkungan dimana hewan berada. Saraf memiliki fungsi yang
amat penting yaitu:
a. Menerima
rangsang
Rangsang dapat berasal dari luar
atau dari dalaam tubuh. Contoh rangsang yang datang dari luar ialah cahaya,
suhu, sentuhan, dan lainnya. Sementara rangsang yang berasal dari dalam tubuh
yaitu rasa lapar, mengantuk, dan lainnya. Semua perubahan tersebut akan
diterima oleh saraf dan akan diteruskan ke bagian pusat saraf saraf untuk
ditanggapi. Kelompok sel saraf yang menerima rangsang dan meneruskannya ke
pusat saraf disebut saraf sensorik.[30]
b. Mengolah
rangsang
Bagian ini merupakan fungsi dari
kelompok sel saraf yang menyusun pusat saraf (otak dan sumsum tulang belakang)
disebut sebagai saraf konektor (interneuron). Berfungsi menerima rangsang dari saraf sensorik dan mengolah atau
menentukan jawaban dari rangsang yang masuk tersebut.[31]
c. Memberi
tanggapan
Setiap rangsang yang datang akan
diterima oleh saraf, kemudian saraf tersebut akan diolah untuk ditentukan
tanggapan yang tepat akan rangsang yang masuk. Tanggapan yang diberikan akan
beragam, ditentukan pada jenis rangsang yang datang dan bervariasi pada tiap
hewan. Tanggapan yang merupakan hasil pengolahan rangsang yang masuk akan
diteruskan atau disampaikan oleh sel saraf motorik (efektor: otot dan
kelenjar).[32]
4. Struktur
Jaringan Saraf (Neuron)
Merupakan
kesatuan struktural dan fungsional sistem saraf. Kelompok sel hewan memiliki
sel yang dibatasi oleh membran sel, dengan demikian, sel hewan memiliki beragam
bentuk pada tiap selnya yang disesuaikan dengan fungsi yang dimiliki. Jaringan
saraf yang tersusun atas sel saraf memiliki bentuk yang khas yang membedakan
dengan sel penyusun jaringan lainnya. Sel saraf memiliki penjuluran-penjuluran
yang keluar dari membran selnya. Bagian-bagian sel saraf antara lain:
a. Badan
sel, merupakan bagian yang berisi organel-organel sel seperti inti sel,
mitokondria, dan lainnya. Bagian ini berfungsi meneruskan impuls saraf dari
dendrit ke bagian akson. Badan sel adalah pusat aktivitas fisiologis sel saraf.
Mengandung inti sel yang besar di dalamnya terdapat RNA (Asam Ribo Nukleat) dan
sitoplasma yang sering disebut neuroplasma.[33]
b. Dendrit,
merupakan penjulur pendek dari sel saraf. Berfungsi untuk menerima rangsang dan
meneruskannya ke badan sel. Dendrit memiliki struktur bercabang-cabang yang keluar
dari badan sel dengan ukuran yang pendek.[34]
c. Akson
(neurit), merupakan bagian penjuluran yang panjang pada sel saraf. Berbeda
dengan dendrit yang bercabang-cabang, akson hanya satu filamen panjang yang
terbungkus selaput mielin. Akson berfungsi meneruskan rangsang dari badan sel
ke sel berikutnya. Bagian akson terlindungi struktur lemak yang disebut dengan
selaput mielin yang dihasilkan oleh schwann. Selaput lemak ini berfungsi
membantu akson dalam meneruskan rangsang, selain itu memberikan nutrisi bagi akson.[35]
d. Nodus
ranvier adalah celah pada akson yang tidak diselubungi mielin. Bagian ini
menjadi titik perjalanan impuls saraf di sepanjang akson dengan gerakan salto.
Dengan demikian respon rangsang sangat cepat dengan gerakan ini.[36]
e. Terminal
akson disebut juga sinapsis merupakan hubungan antara sel saraf satu dengan sel
saraf lainnya atau dengan sel lainnya. Di bagian ini akan terjadi pemindahan
impuls saraf.[37]
5. Penggolongan
Neuron
Berdasarkan
pada cara neuron memindahkan rangsangan dan posisi yang ditempatinya, neuron
dibedakan menjadi 3 yaitu:
a. Neuron
Aferen (Neuron Sensori)
Bertugas menghantarkan rangsang
dari organ penerima rangsang (reseptor) kepada sistem saraf pusat (otak dan
sumsum tulang belakang). Kumpulan badan sel saraf neuron membentuk ganglion berlanjut
ke sumsum tulang belakang atau tali spinal. Struktur neuron sensorik yakni
memiliki dendrit panjang dan neurit atau akson pendek.[38]
b. Neuron
Intermedier
Merupakan penghubung antara neuron
aferen dan neuron eferen. Neuron intermedier terdapat di saraf pusat. Berfungsi
untuk meneruskan rangsang dari eferen atau ke neuron intermedier lainnya.
Memiliki struktur dendrit yang panjang dan neurit atau akson pendek atau
panjang.[39]
c. Neuron
Eferen (Neuron Motorik)
Berfungsi untuk mengirimkan impuls
atau tanggapan dari saraf pusat ke otot atau kelenjar yang akan melakukan
respons tubuh. Umumnya neuron ini menerima rangsang dari neuron intermedier,
akan tetapi ada kalanya impuls
ditransmisikan langsung dari neuron aferen ke neuron eferen. Strukturnya berupa
dendrit pendek dan neurit atau akson panjang.[40]
6. Cara
Kerja Penghantar Rangsangan
Cara
penghantaran rangsangan ada dua macam, yaitu:
a. Lewat
Sel Saraf
Impuls berjalan sepanjang akson,
setelah itu membran neuron memulihkan keadaannya seperti semula. Selama masa pemulihan
ini, impuls tidak bisa melewati neuron tersebut, waktu ini disebutkan dengan
periode refaktori.[41]
b. Lewat
Sinapsis
Impuls yang tiba pada tombol
sinapsis akan menyebabkan meningkatnya permeabilitas pada membran pra sinapsis
terhadap ion Ca, kemudian ion Ca masuk dan gelombang sinapsis sambil
mengeluarkan neutransmiter kecelah sinapsis. Setelah menyampaikan impuls,
neutransmiter dihidrolisir oleh enzim yang dikeluarkan oleh membran post
sinapsis.[42]
Secara
skematis jalannya rangsang adalah: rangsang à reseptor à
konduktor à
respon (baik berupa gerakan pada otot maupun pengeluaran pada kelenjar). Jalannya rangsang untuk gerak biasa dengan
gerak refleks berbeda, jika pada gerak biasa rangsang dibawa ke otak sebagai
pusat kesadaran, maka pada gerak refleks rangsang dibawa ke sumsum tulang
belakang, ini disebabkan karena gerak refleks terjadi di luar kesadaran, untuk
itu otak tidak sempat merespon rangsangan, dan hanya sampai pada sumsum tulang
belakang.[43]
7. Sistem
Saraf Sadar
a. Sistem
Saraf Pusat
1) Otak
a) Otak
belakang (hindbrain)
-
Medula oblongata merupakan otak belakang
yang langsung berhubungan denga spinal cord (saraf tulang belakang). Yang
bertugas untuk mengontrol pernapasan dan kerja jantung, tekanan darah, suhu
tubuh, dan kegiatan yang bersifat otonom.
-
Cerebulum, berfungsi mengatur
keseimbangan tubuh dan koordinasi kerja otot ketika bergerak.
-
Pons, menghubungkan otak belakang dengan
bagian-bagian otak yang lain (relay
station), yakni merelay pesan sensoris dari spinal cord ke bagian lain dari
otak maupun dari otak ke spinal cord.[44]
b) Otak
tengah (midbrain)
Berperan sebagai koordinator antara
otak depan dengan otak belakang. Sebagai reticular
formation, mempunyai formasi yang kompleks dari saraf-saraf yang mencapai
dalam semua bagian dari otak.[45]
c) Otak
depan (forebrain)
-
Otak besar, berfungsi sebagai pusat
pengaturan semua kegiatan tubuh, tempat kesadaran, tempat emosi, dan tempat
menerjemahkan semua rangsang yang diterima.
-
Hipothalamus, bertugas utuk mengontrol
saraf otonom, mengkoordinasikan aktivitas yang kritis untuk survival seperti
makan.
-
Thalamus, yang merupakan pusat relay
pesan ke dan dari bagian otak lainnya.
-
Sistem limbik, berfungsi mengatur emosi
dan memori.[46]
2) Medula
spinalis
Sumsum tulang
belakang merupakan kelanjutan dari medula oblongata yang memiliki sejumlah saraf
yang saling berpasangan. Terdiri dari material abu-abu di bagian tengah serta
mengandung serabut motorik dan sensorik. Fungsi medula spinalis adalah
mengadakan komunikasi antara semua bagian tubuh dengan otak, rangsangan
koordinasi dari otot dan sendi pada otak, dan sebagai pusat gerak refleks.[47]
b. Sistem
Saraf Perifer
Merupakan
penghubung antara indra (penerima rangsang) dan saraf pusat, dan penghubung
antara saraf pusat dengan organ tubuh (otot dan kelenjar). Terdiri dari 12
pasang saraf otak dan 31 pasang saraf sumsum tulang belakang.[48]
8. Sistem
Saraf Otonom
Merupakan
penghubung antara pusat saraf dengan otot jantung, pembuluh darah, usus dan
kelenjar. Dibedakan menjadi dua yaitu sistem saraf simpatik dan parasimpatik.[49]
Berikut
Tabel Fungsi Saraf Simpatik dan Saraf Parasimpatik:
No.
|
Saraf Simpatik
|
Saraf Parasimpatik
|
1.
|
Memacu denyut jantung
|
Menghambat denyut
jantung
|
2.
|
Menyempitkan arteri
|
Melebarkan arteri
|
3.
|
Melebarkan bronkiolus
|
Menyempitkan
bronkiolus
|
4.
|
Melebarkan iris atau
pupil
|
menyempitkan iris atau
pupil
|
5.
|
Memperlambat gerakan
otot perut
|
Mempercepat gerakan
otot perut
|
6.
|
Meningkatkan sekresi
keringat
|
Mengurangi sekresi
keringat
|
7.
|
Kontraksi kantong
kencing atau otot anus
|
Relaksasi kantong
kencing atau otot anus
|
8.
|
Menghambat kelenjar
air mata
|
Merangsang kelenjar
air mata
|
9.
|
Menghambat aliran
saliva
|
Merangsang aliran
saliva
|
(Sumber: Omegawati,
2013)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jaringan otot
merupakan jaringan yang mampu melaksanakan kerja mekanik dengan jalan kontraksi
dan relaksasi sel atau serabutnya. Otot sebagai jaringan dibina atas sel-sel
otot yang berfungsi untuk pergerakan suatu alat atau bagian tubuh. Dengan
kemampuan otot dalam berkontraksi, ia mengemban 3 fungsi utama yaitu
melaksanakan gerakan, memelihara postur dan memproduksi panas. Adapun jenis
jaringan otot yaitu otot polos, otot kerangka (lurik), dan otot jantung.
Masing-masing dari otot tersebut memiliki fungsi yang berbeda.
Jaringan saraf
merupakan jaringan yang tersusun atas sel-sel neuron (saraf) yang terbentuk
dari lapisan ektoderm pada saat perkembangan embrio hewan. Jaringan saraf
berfungsi menerima, mengolah, dan merespon rangsang yang datang baik dari dalam
tubuh maupun dari lingkungan dimana hewan berada. Adapun jenis jaringan saraf yaitu
neuron sensorik, neuron penghubung, dan neuron motorik yang masing-masing
memiliki fungsi yang berbeda.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, Neil A. dan Jane B.
Reece. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Genneser,
F. 1994. Buku Teks Histologi Jilid 1.
Jakarta: Binapura Aksara.
Omegawati,
Wigati Hadi. 2013. Biologi. Klaten:
PT Intan Pariwara.
Soewolo.
2003. Fisiologi Manusia. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Subowo.
2002. Histologi Umum. Jakarta: Bumi
Aksara.
Tambayong,
Jan. 2002. Buku Ajar Histologi.
Jakarta: EGC.
Yatim,
Wildan. 1990. Biologi Modern Histologi.
Bandung: Tarsito.
[1] Neil A. Campbell dan Jane B.
Reece, Biologi Edisi Kelima Jilid 3 (Jakarta: Erlangga, 2004), hal.5
[2] Wildan Yatim, Biologi Modern Histologi (Bandung: Tarsito, 1990), hal.97
[3] Neil A. Campbell dan Jane B.
Reece, ... hal.8-9
[4] Subowo, Histologi Umum (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hal.57
[5] Jan Tambayong, Buku Ajar Histologi (Jakarta: Buku
Kedokteran EGC, 2002), hal.233
[6] Subowo, ... hal.58
[7] Subowo, ... hal.60
[8] Wildan Yatim, Biologi Modern Histologi (Bandung: Tarsito, 1990), hal.97-98
[9] Jan Tambayong, Buku Ajar Histologi (Jakarta: Buku
Kedokteran EGC, 2002), hal.233-234
[10] Jan Tambayong, Buku Ajar Histologi (Jakarta: Buku
Kedokteran EGC, 2002), hal.234
[11] Jan Tambayong, ... hal.234
[12] Jan Tambayong, ... hal.236
[13] Jan Tambayong, Buku Ajar Histologi (Jakarta: Buku
Kedokteran EGC, 2002), hal.236-237
[14] Jan Tambayong, ... hal.237
[15] Soewolo, Fisiologi Manusia (Malang: Universitas Negeri Malang, 2003),
hal.108
[16] Soewolo, Fisiologi Manusia (Malang: Universitas Negeri Malang, 2003),
hal.108
[17] Soewolo, ... hal.109
[18] Soewolo, ... hal.109
[19] F. Genneser, Buku Teks Histologi Jilid 1 (Jakarta: Binapura Aksara, 1994),
hal.88
[20] Soewolo, Fisiologi Manusia (Malang: Universitas Negeri Malang, 2003),
hal.110
[21] Soewolo, ... hal.110
[22] F. Genneser, Buku Teks Histologi Jilid 1 (Jakarta: Binapura Aksara, 1994),
hal.89
[23] F. Genneser, ... hal.89
[24] F. Genneser, Buku Teks Histologi Jilid 1 (Jakarta: Binapura Aksara, 1994),
hal.89
[25] Wildan Yatim, Biologi Modern Histologi (Bandung: Tarsito, 1990), hal.100
[26] Wildan Yatim, ... hal.100-101
[27] Wildan Yatim, Biologi Modern Histologi (Bandung: Tarsito, 1990), hal.101
[28] Wildan Yatim, Biologi Modern Histologi (Bandung: Tarsito, 1990), hal.103
[29] Wildan Yatim, Biologi Modern Histologi (Bandung: Tarsito, 1990), hal.103
[30] Wildan Yatim, ... hal.103-104
[31] Wildan Yatim, ... hal.104
[32] Wildan Yatim, ... hal.104
[33] Wildan Yatim, Biologi Modern Histologi (Bandung: Tarsito, 1990), hal.104
[34] Wildan Yatim, ... hal.105
[35] Wildan Yatim, ... hal.105
[36] Wildan Yatim, Biologi Modern Histologi (Bandung: Tarsito, 1990), hal.105-106
[37] Wildan Yatim, ... hal.106
[38] F. Genneser, Buku Teks Histologi Jilid 1 (Jakarta: Binapura Aksara, 1994),
hal.100
[39] F. Genneser, ... hal.100
[40] F. Genneser, ... hal.101
[41] F. Genneser, Buku Teks Histologi Jilid 1 (Jakarta: Binapura Aksara, 1994),
hal.101
[42] F. Genneser, ... hal.101
[43] F. Genneser, ... hal.102
[44] F. Genneser, Buku Teks Histologi Jilid 1 (Jakarta: Binapura Aksara, 1994),
hal.105
[45] F. Genneser, ... hal.106
[46] F. Genneser, ... hal.106
[47] Wildan Yatim, Biologi Modern Histologi (Bandung: Tarsito, 1990), hal.108
[48] Wildan Yatim, Biologi Modern Histologi (Bandung: Tarsito, 1990), hal.108
[49]Wildan Yatim, ... hal.109
No comments:
Post a Comment