LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
GOLONGGAN DARAH

Disusun Oleh :
Nama
: Syahirul Alim
Nim
: 2017411019.P
Dosen : Yunita Panca Putri, S.Si., M.Si
PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Darah adalah komponen yang sangat penting bagi
makhluk hidup, karena mempunyai peran yang sangat banyak terutama dalam
pengangkutan zat-zat yang penting bagi proses metabolisme tubuh. Jika darah
mengalami gangguan, maka segala proses metabolisme tubuh akan terganggu pula
(Subowo, 1992).
Darah adalah cairan yang berwarna merah yang
terdapat dalam pembuluh darah. Volume darah manusia ± 7 % dari berat badan atau
± 5 liter untuk laki-laki dan 4,5 liter untuk perempuan. Golongan darah manusia
terbagi menjadi 4 golongan, yaitu A, B, AB dan O. Dalam hal ini di dalam
eritrosit terdapat antigen dan aglutinogen, sedangkan dalam serumnya terkandung
zat anti yang disebut sebagai antibody dan agglutinin. Golongan darah manusia
bersifat herediter yang ditentukan oleh alel ganda. Sistem penggolongan darah
yang umum dikenal dalam system ABO (Subowo, 1992).
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dilakukanlah
praktikum ini untuk mengetahui cara menentukan penentuan golongan darah
seseorang dan untuk mengetahui system pewarisan golongan darah dari tetuanya
dengan menggunakan blood lanset dengan bahan serum anti A (biru) dan serum anti
B (kuning).
1.2
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah memenuhi tugas
biologi, untuk mengetahui teknik uji golongan darah, untuk mengetahui teknik
mengukur tekanan darah, mengukur tekanan darah manusia, untuk menentukan
golongan darah, dan Dapat membedakan golongan darah A, B, AB, dan O.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.2
Darah
Darah merupakan suspense sel dan fragmen sitoplasma
di dalam cairan yang disebut dengan plasma. Secara keseluruhan darah dapat
dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas karena pada dasarnya terdiri
atas unsur-unsur sel dan subtansi
interselular yang berbentuk plasma. Secara fungsional darah merupakan jaringan
yang dalam artiannya menghubungkan seluruh bagian-bagian dalam tubuh sehingga
merupakan integritas. Darah yang merupakan suspense tersebut terdapat gen
dimana gen merupakan cirri-ciri yang dapat diamati secara kolektif atau
fenotifnya dari suatui organism. Pada organisme diploid, setiap sifat fenotif
dikendalikan oleh setidak-tidaknya satu pasang gen dimana satu pasang anggota
tersebut diwariskan dari setiap tetua. Jika anggota pasangan tadi berlainan
dalam efeknya yang tepat terhadap fenotifnya, maka disebut alelik. Alel adalah
bentuk alternatif suatu gen tunggal, misalnya gen yang mengendalikan sifat
keturunannya (Subowo,1992).
Darah mempunyai fungsi antara lain: mengangkut
oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, mengangkut karbondioksida dari jaringan
tubuh ke paru-paru, mengangkut sari-sari makanan ke seluruh tubuh, mengangkut
sisa-sisa sari makanan dari seluruh jaringan tubuh ke alat-alat
eksresi,mengangkut hormone dari kelenjar endokrin ke bagian tubuh tertentu,
mengangkut air untuk diedarkan ke seluruh tubuh, menjaga stabilitas tubuh
dengan memindahkan panas yang dihasilkan oleh alat-alat tubuh yang aktif ke
alat-alat tubuh yang tidak aktif, menjaga tubuh dari infeksi kuman dengan
membentuk antibodi (Abbas, 1997).
2.3
Penentuan Golongan Darah
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis
antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya. Individu dengan golongan
darah A, memiliki sel darah merah dengan antigen A dipermukaan membran sel dan
menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Individu dengan
golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan
menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Individu dengan
golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak
menghasilkan antibodi terhadap antigen A atau B. Sedangkan individu dengan
golongan darah O (nol) memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi
antibod terhadap antigen A dan B (Samsuri, 2004).
Penggumpalan darah terjadi karena fibrinogen (protein
yang larut dalam plasma) diubah menjadi fibrin yang berupa jaring-jaring.
Perubahan tersebut disebabkan oleh thrombin yang terdapat dalam darah sebagai
pritrombin. Pembentukan thrombin dari protrombin tergantung pada adanya
tromboplastin dan ion Ca2+ (Poejadi, 1994).
Menurut (Poejadi, 1994), penentuan golongan darah
bagi manusia penting untuk berbagai tujuan, diantaranya :
1.
Tranfusi darah jika ia anemia atau
kurang darah ketika sakit keras ,kecelakaan, tentu mereka kurang darah dan
harus segera didonor darahnya.
2.
Untuk menentukan genetisnya ia
bergolongan darah apa, jika ia kawin dapat ditentukan anaknya, jika tidak
sesuai silsilahnya maka harus
dipertanyakan keturunannya ditahun terakhir ini golongan darah bisa
digunakan untuk pola pola psikologis seseorang , biasanya jika wawancara
pekerjaan/melihat tingkah laku /performance.
3.
Dari data golongan darah ternyata orang
eropa umumnya bergolongan darah A atau
AB sedang Australia bergolongan darah A dan O.
Bila darah yang tidak cocok dicampur sehingga
aglutinin plasma anti A atau anti B dicampur dengan sel darah merah yang
mengandung aglutinogen A atau B, terjadilah aglutinasi sel darah merah berikut
ini aglutinin melekatkan diri pada sel darah merah. Karena aglutinin mempunyai
dua tempat pengikatan ( tipe IgG ) atau
( tipe IgM ), maka satu aglutinin dapat melekat pada dua atau lebih sel
darah merah yang berbeda pada waktu yang sama dengan demikian menyebabkan sel
saling melekat satu sama lain. Keadaan ini menyebabkan sel- sel menggumpal
bersama-sama yang merupakan proses aglutinasi. Kemudian, gumpalan ini menyumbat
pembuluh darah kecil diseluruh system sirkulasi. (Poejadi, 1994).
Pemberian darah sebagai terapi bagi orang sakit
sebelumnya akan diuji kecocokannya antara darah donor dan darah penderita. Uji
ini dimaksudkan agar tidak terjadi reaksi transfusi yang bisa membahayakan jiwa
si penerima darah. Karena transfusi darah yang tidak cocok dengan resipien
dapat berbahaya, maka darah yang disumbangkan, secara rutin digolongkan
berdasarkan jenisnya; apakah golongan A, B, AB atau O dan Rh-positif atau
Rh-negatif. Sebagai tindakan pencegahan berikutnya, sebelum memulai transfusi,
pemeriksa mencampurkan setetes darah donor dengan darah resipien untuk
memastikan keduanya cocok : teknik ini disebut cross-matching. Penggolongan darah dilakukan dengan cara
berikut ini mula-mula sel darah merah diencerkan dengan saline. Kemudian satu
bagian dicampur dengan aglutinin anti A sedangkan bagian yang lain dicampur
dengan aglutinin anti B. Setelah beberapa menit, campuran tadi diperiksa di
bawah mikroskop. Bila sel darah merah menggumpal artinya “teraglutinasi “. Sel darah merah golongan O
tidak mempunyai aglutinogen dan oleh karena itu tidak bereaksi dengan serum
anti A atau anti B. Golongan darah A mempunyai aglutinogen A dan karena itu
beraglutinasi dengan aglutinin anti A. Golongan darah B mempunyai aglutinogen B
dan beraglutinasi dengan serum anti B. Golongan darah AB mempunyai aglutinogen
A dan B serta beraglutinasi dengan kedua jenis serum (Samsuri, 2004).
Seperti antibodi
yang lain, aglutinin adalah gamma globulin,
dihasilkan oleh sel-sel yang menghasilkan antibodi terhadap setiap
antigen yang lain. Kebanyakan adalah molekul imunoglobin IgM dan IgG. Aglutinin
ini dihasilkan oleh orang-orang yang tidak mempunyai aglutinogen dalam sel
darah merahnya, karena sejumlah kecil antigen golongan A dan B memasuki tubuh
melalui makanan, bakteri, atau dengan cara lain, dan zat-zat ini memprakarsai
perkembangan agglutinin Anti-A atau Anti-B. Sebagai contoh, infuse antigen
golongan A ke dalam resipien yang memiliki golongan darah non-A akan
menyebabkan reaksi imuns yang khas dengan pembentukan agglutinin dalam jumlah
yang lebih besar daripada sebelumnya. Bayi yang baru lahir juga mempunyai
aglutinin dalam jumlah sedikit, berarti pembentukan aglutinin hampir seluruhnya
terjadi setelah lahir (Subowo, 1992).
Orang dengan genotip O tidak menghasilkan
aglutinogen dan karena itu golongan darahnya adalah O. Orang dengan genotip OA
atau AA menghasilkan aglutinogen tipe A dan karena itu mempunyai golongan darah
A. Genotip OB dan BB menghasilkan golongan darah B. Dan tipe genotip AB
menghasilkan golongan darah AB (Abbas, 1997).
Bila tidak terdapat aglutinogen tipe A dalam sel
darah merah seseorang maka dalam plasmanya akan terbentuk antibodi yang dikenal
sebagai aglutinin anti A. Demikian pula, bila tidak terdapat aglutinogen tipe B
di dalam sel darah merah, maka dalam plasmanya terbentuk antibody yang dikenal
sebagai aglutinin anti B. Golongan darah O meskipun tidak mengandung
aglutinogen tetapi mengandung aglutinin anti A dan anti B; golongan darah A
mengandung aglutinogen tipe A dan aglutinin tipe B; dan golongan darah B
mengandung aglutinogen tipe B dan aglutinin anti A. Akhirnya golongan darah AB
mengandung kedua aglutinogen A dan B tetapi tidak mengandung aglutinin sama
sekali.
2.4
Hemoglobin Darah
Melepaskan hemoglobin ke dalam plasma, yaitu suatu
keadaan yang disebut “ Hemolisis “ sel darah merah. Kadang-kadang bila darah
resipien dan darah donor tidak cocok, segera terjadi hemolisis sel darah merah
dalam darah sirkulasi. Dalam hal ini antibodi menyebabkan lisis sel darah merah
dengan mengaktifkan sistem komplemen yang selanjutnya melepaskan enzim-enzim
proteolitik (kompleks litik) yang merobek membran sel.
Fungsi utama dari sel-sel darah merah yang juga
dikenal sebagai eritrosit adalah mengangkut hemoglobin dan seterusnya
mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan. Selain mengangkat hemoglobin,
sel-sel darah merah juga mempunyai fungsi lain. Contohnya, ia mengandung banyak
sekali karbonik anhidrase yang mengkatalisis reaksi antara karbondioksida dan
air, sehingga meningkatkan kecepatan reaksi bolak-balik ini beberapa ribu kali
lipat. Cepatnya reaksi ini membuat air dalam darah dapat bereaksi dengan banyak
sekali karbondioksida, dan dengan demikian mengangkutnya dari jaringan menuju
paru-paru dalam bentuk ion bikarbonat (HCO3⁻).
Hemoglobin yang terdapat dalam sel juga merupakan dapar asam-basa (seperti juga pada kebanyakan protein),
sehingga sel darah merah bertanggungjawab untuk sebagian besar daya pendaparan
seluruh darah. Kandungan hemoglobin normal rata-rata dalam darah adalah 16 g/dL
pada pria dan 14 g/dL pada wanita dan semuanya berada di dalam sel darah merah.
Pada tubuh seorang pria 70 kg, ada sekitar 900 g hemoglobin; 0,3 g hemoglobin
dihancurkan dan 0,3 g disintesis setiap jam ( Abbas, 1997).
Sintesis hemoglobin dimulai dalam proeritroblas dan
kemudian dilanjutkan sedikit dalam stadium retikulosit, karena ketika
retikulosit meninggalkan sumsum tulang, dan masuk ke dalam aliran darah, maka
retikulosit tetap membentuk sedikit hemoglobin selama beberapa hari berikutnya.
Tahap dasar pembentukan hemoglobin. Pertama, suksinil-Ko.A, yang dibentuk dalam
siklus kreb, berikatan dengan glisin untuk membentuk molekul pirol. Kemudian,
empat pirol bergabung untuk membentuk protoporfirin IX, yang kemudian bergabung
dengan besi untuk membentuk molekul heme. Akhirnya, setiap molekul heme
bergabung dengan rantai polipeptida panjang, yang disebut globin, yang
disintesis oleh ribosom, membentuk suatu subunit hemoglobin yang disebut rantai
hemoglobin. Tiap-tiap rantai ini mempunyai berat molekul kira-kira 16.000;
empat dari molekul ini selanjutnya akan berikatan satu sama lain secara longgar
untuk membentuk molekul hemoglobin yang lengkap.
BAB
III
METEDOLOGI
PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
dilaksanakan pada hari jum’at, tanggal 5 Maret
2018 pukul 14:40-16:20 WIB. Bertempat di laboratorium Terpadu
Universitas PGRI Palembang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
. Adapun alat-alat
yang dibutuhkan dalam praktikum ini yaitu Blood lanset, tusuk gigi yang bersih
dan kering dan mikroskop.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan bahan yang
digunakan dalam praktikum ini yaitu Alcohol 70%, darah praktikan kelompok 3,
kapas, serum anti A dan anti B.
3.3
Prosedur
Kerja
Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah:
1.
Menyiapkan objek
glass dan memberi tanda untuk serum anti A dan serum anti B berdampingan.
2.
Membersihkan
bagian jari tangan yang akan ditusuk (diambil darahnya) dengan kapas beralkohol
70%. Kemudian menusuk dengan blood lanset dan meneteskan pada masing-masing
bagian objek glass tadi.
3.
Menambahkan 2
tetesserum pada masing-masing tetes darah, yang satu dengan anti A dan yang
lain dengan anti B. kemudian mencampurkan/ meratakan dengan baik hingga
membentuk gambaran oval.
4.
Mengamati dan
menentukan golongan darahnya.
5.
Mengamati
pewarisan golongan darah antara tetua dan saudara.
4.2 Pembahasan
Golongan darah adalah
ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat
dan protein pada permukaan membrane sel darah merah. Dua jenis penggolongan
darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus ( factor Rh).
Golongan darah manusia
ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam
darahnya. Individu dengan golongan darah A, memiliki sel darah merah dengan
antigen A dipermukaan membrane sel dan menghasilkan antibody terhadap antigen B
dalam serum darahnya. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada
permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibody terhadap antigen A dalam
serum darahnya. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah
dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibody terhadap antigen A
atau B. Sedangkan individu dengan golongan darah O (nol) memiliki sel darah
tanpa antigen, tapi memproduksi antibody terhadap antigen A dan B.
Berdasarkan hasil
pengamatan yang diperoleh dengan 3 golongan darah dari 3 orang praktikan dari
kelompok . Praktikan syahirual alim golongan darahnya diketahui darah A+ dimana
pada saat pemberian anti A berwarna biru dan anti B berwarna kuning yang
diketahui menggumpal darahnya adalah darah yang di beri anti A yang menggumpal
dan anti B tidak menggumpal darahnya. golongan darahya darah AB karena darah
yang di beri pada anti A dan anti A+ menggumpal semua darahya. Untuk golongan darah
dari bergolong darah A+ karena pada saat pemberian anti A dan Anti B, hanya darah
yang menggumpal pada anti A. Hal ini sesuai pendapat Arief (2010) bahwa
Percobaan sederhana dapat dilakukan dengan mereaksikan sel darah merah dengan
serum dari para donor. Hasilnya adalah dua macam reaksi (menjadi dasar antigen
A dan B, dikenal dengan golongan darah A dan B) dan satu macam tanpa reaksi
(tidak memiliki antigen, dikenal dengan golongan darah O). Kesimpulannya ada
dua macam antigen A dan B di sel darah merah yang disebut golongan A dan B,
atau sama sekali tidak ada reaksi yang disebut golongan O.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Untuk
menentukan golongan darah seseorang maka masing-masing darah di beri anti A berwarna biru dan anti B berwarna kuning. Darah yang
menggumpal pada anti A berarti golongan darah A dan darah yang menggumpal pada
anti B maka golongan darah B. Jika darah yang menggumpal pada anti A dan anti B
berarti golongan darah AB tetapi jika tidak ada sama sekali darah yang
menggumpal baik pada anti A maupun anti B berarti golongan darah O.
2. Sistem
pewarisan golongan darah dari tetuanya dapat diketahui dari orang tua yang
sudah mengetahui golongan darahnya dan dilakukan penentuan golongan darah pada
anak untuk mengetahui golongan darah yang sama dari salah satu pada tetuanya
(orang tua) baik dari ayah atau ibu.
5.2
Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan pada praktikum
ini yaitu sampel darah yang diteliti dilakukan dengan baik dan benar pada
preparat agar memperjelas hasil pengamatan untuk menentukan golongan darah.
DAFTAR
PUSTAKA
Abbas, Muhammad. 1997. Golongan Darah Manusia.
Jakarta:Erlangga.
Poejadi. 1994. Golongan Darah. Jakarta:
Erlangga.
Samsuri.
2004. Hemoglobin Darah.: Yogyakarta.
Graha Ilmu
Subowo. 1992. Macam-macam Golongan Darah.:
Jakarta. Penebar Swadaya
No comments:
Post a Comment