Friday, 5 April 2019

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM HEWAN INVERTEBERATA


LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM
HEWAN INVERTEBERATA




Disusun Oleh :
Nama              : Syahirul Alim
Nim                 : 2017411019.P
Dosen                   : Yunita Panca Putri, S.Si., M.Si






PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2017


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Biasanya cacing bersegmen atau beruas-ruas, tubuhnya terdiri dari deretan segmen sama (matameri), artinya tiap segmen tersebut mempunyai organ tubuh seperti alat reprpduksi, otot, pembuluhb darah dan sebagainya  yangtersendiri tetapi segmen tersebut tetap berhubungan satu sama lain tetap terkordinasi. Terdapat selom yang besar dan jelas, beberapa sistem organ seperti peredaran darah, sistem syaraf telah berkembang dengan baik (Rusyana, 2014)
Bagian kepala terdiri atas prostomium dan bersegmen pertama (Periostomium). Pada prostomium terdapat sepasang tentakel kecil dan sepang palp (embelan yang berguna sebagai alat peras dan membatu ketika makan). Peristomium mempunyai 4 pasang tentakel yang panjang. Segmen-segmen berikutnaya memiliki sepang parapodia (semacam kaki berdanging) dengan rambut yang banyak. Alat pencernaan makanan terdiri atas: mulut, faring, esofagus, usus, anus. Antara dinging tubuh dan intestin terdapat salom yang berisi alat ekskresi (nepridium) dan alat kelamin. Sistem peredaran darah terdiri atas pembuluh darah dorsal yang memompa darah kedepan, pembeku darah pentrasl yang mengalirkan darah kebagian belakang. Pembuluh darah lateral adalah yang menghubungan kepala organ-organ yang lainnya. Dinding tubuh disusun oleh kutikula, epidermis, otot melingkr dan otot memanjang (Rusyana, 2014).
Arthropoda (dalam bahasa latin, Arthra = ruas , buku, segmen ; podos = kaki) merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau bersegmen.Segmen tersebut juga terdapat pada tubuhnya.Tubuh Arthropoda merupakan simeri bilateral dan tergolong tripoblastik selomata. Arthropoda adalah hewan dengan kaki beruas-ruas dengan sistem saraf tali dan organ tubuh telah berkembang dengan baik. Tubuh artropoda terbagi atas segmen-segmen yang berbeda dengan sistem peredaran darah terbuka. Contoh : laba-laba, lipan, kalajengking, jangkrik, belalang, caplak, bangsat, kaki seribu, udang, lalat atau laler, kecoa. Ukuran tubuh Arthropoda sangat beragam, beberapa diantaranya memiliki panjang lebih dari 60 cm., namun kebanyakan berukuran kecil.Begitu pula dengan bentuk Arthropoda pun beragam. Hewan arthropoda memiliki bentuk tubuh simetri bilateral, triploblastik selomata, dan tubuhnya bersegmen. Tubuh ditutupi lapisan kutikula yang merupakan rangka luar (eksosketelon). Ketebalan kutikula sangan bervariasi, tergantung dari spesies hewannya. Kutikula dihasilkan oleh epidermis yang terdiri atas protein dan lapisan kitin. Pada waktu serangga mengadakan pertumbuhan, kutikula akan mengalami pengelupasan (Karmana, 2007).
Anggota dari filum antropoda ini merupakan hewan yang kakinya bersegmen-segmen, tubuhnya simetris bilateral  yang juga biasnya darigemn deran segmen. Pada setiap segmen atau segmen terdapat pasangan appedage atau embelan (bagian tubuh yang menonjol dan mempunyai ujung bebas misalnya anggota tubuh). Terdapat rangkaian luar dari kitin yang fleksibel untuk memudahkan pergerakan bagian segmen tubuhnya. Sistem syaraf yang dimiliki annelida. Selain sistem saraf banyak hal-hal lain yang mempuyai sipat-sipat sama dengan annelida misalnya anggota gerak, alat ekskresi dan sebaagianya, sehingga di anggap filum kekerabatan denagan filum Annelida. Umumnya Arthopoda memiliki mata mejemuk, suatu tipe organ penglihatan yang berbeda dengan Iverterberta atau verteberat lainya (Rusyana, 2014).
Mollusca (dalam bahasa latin, molluscus = lunak) merupakan hewan yang bertubuh lunak. Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak bercangkang. Hewan ini tergolong triploblastik selomata. Ukuran dan bentuk mollusca sangat bervariasi. Misalnya siput yang panjangnya hanya beberapa milimeter dengan bentuk bulat telur. Namun ada yang dengan bentuk torpedo bersayap yang panjangnya lebih dari 18 m seperti cum-cumi raksasa. Mollusca hidup secara heterotrof dengan memakan ganggang, udang, ikan ataupun sisa-sisa organisme. Habitatnya di air tawar, di laut dan didarat. Beberapa juga ada yang hidup sebagai parasit (Maskoeri, 1992).
 Mollusca merupakan filum terbesar dari kingdom animalia. Mollusca dibedakan menurut tipe kaki, posisi kaki, dan tipe cangkang, yaitu Gastropoda, Pelecypoda, dan Cephalopoda. Yang pertama yaitu, Gastropoda (dalam bahasa latin, gaster = perut, podos = kaki) adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai alat gerak atau kakinya. Misalnya, siput air (Lymnaea), remis (Corbicula javanica), dan bekicot (Achatiafulica) (Mukayat, 1989).
 Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventrel tubuhnya. Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya. Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau. Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan Gastropoda darat bernapas menggunakan rongga mantel (Mukayat, 1989).
Coelenterata Filum Mollusca merupakan salah satu anggota hewan invetebrata. Anggota filum ini antara lain remis, tiram, cumi-cumi, octopus, dan siput. Berdasarkan kelimpahan spesiesnya Mollusca memiliki kelimpahan spesies terbesar di samping arthropoda.  Ciri umum yang dimiliki Mollusca adalah, tubuhnya bersimetris bilateral, tidak bersegmen, kecuali Monoplacopora, memiliki kepala yang jelas dengan organ reseptor kepala yang bersifat khusus. Pada permukaan ventral dinding tubuh terdapat kaki berotot yang secara umum digunakan untuk begerak, dinding tubuh sebelah dorsal meluas menjadisatu pasang atau sepasang lipatan yaitu mantel atau pallium. Fungsi mantel adalah mensekresikan cangkang dan melingkupi rongga mantel yang di dalamnya berisi insang. Lubang anus dan eksketori umumnya membuka ke dalam rongga mantel. Saluran pencernaan berkembang baik. Sebuah rongga bukal yang umumnya mengandung radula berbentuk seperti proboscis. Esophagus merupakan perkembangan dari stomodeum yang umumnya merupakan daerah khusus untuk menyimpan makanan dan fragmentasi. Pada daerah pertengahan saluran pencernaan terdapat ventrikulus (lambung) dan sepasang kelenjar pencernaan yaitu hati. Sedangkan daerah posterior saluran pencernaan terdiri atas usus panjang yang terakhir dengan anus. Memiliki sistem peredaran darah dan jantung. Jantung dibedakan atas aurikel dan ventrikel. Meskipun memiliki pembuluh darah namun darah biasanya mengalami srkulasi ruang terbuka (Rusyana, 2014).
1.2  Tujuan pratikum
Adapun tujan dari praktikum hewan invverteberata dianataranya yaitu :
a)    Mengetahui marfologi  cacing tanah (Lumbricus terestis)
b)   Mengetahui marfologi cumi-cumi (loligo peali)
c)    Mengetahui marfologi kerang (Anadara sp)
d)   Mengetahui marfologi udang (Penaeus sp)


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Morfologi cacing tanah (Lumbricus terestis)
Bentuk morfologi pada cacing laut sangat beragam.  Umumnya berukuran 5-10 cm dengan diameter 2-10 mm.  Pada tiap sisi lateral ruas tubuhnya kecuali kepala dan bagian ujung posterior,  terdapat sepasang parapodia dengan sejumlah besar setae yang terdiri atas notopodium dan neuropodium, masing-masing disangga oleh sebuah batang khitin yang disebut acicula.  Pada notopodium terdapat cirrus dorsal dan pada neuropodium terdapat cirrus ventral.  Bentuk parapodia dan setae pada setaip jenis tidak sama.  Pada prostomium terdapat mata, antena dan sepasang palp (Suwigny,  2005).
2.1.1 Cacing tanah (L. terestris)
  Pada umumnya jumlah ruas tidak tetap, bervariasi sekitar 25%. Ruas-ruas tubuh cacing dewasa dapat di katakan sama bentuk dan ukurannya, kecuali bagian anterior dan poterior  Setengah dari ruas ujung  paling anterior  merupakan prostomium , yang adakalanya memanjang seperti belali.   Jumlah ruas atau somit pada cacing dewasa antara 115-200 buah, ruas pertama adalah prostomium yang mengandung mulut, dan ruas terakhir terdapat anus.  Pada tiap ruas terdapat 4 rumpun setae, 2 rumpun pada dorso-lateral dan 2 rumpun pada ventro-lateral (Aslan. 2007). 
Sihombing (1999), menyatakan kotoran atau feses cacing tanah yang bertekstur halus dan subur disebut eksmecat  (casting) cacing tanah. Istilah eksmecat pada casting, karena yang dimaksudkan dengan kasting oleh sebagian besarmenahan air sebesar 40-60%. Hal ini karena struktur kasting memiliki ruangan-ruangan yang mampu menyerap dan menyimpan air, sehingga mampu mempertahankan kelembaban (Venter dan Reinecke, 1988) Kualitas kasting ditentukan oleh beberapa parameter fisik, kimiawi dan biologis. Tingkat kematangan kasting secara fisik dapat ditentukan dari bau, warna, tekstur (ukuran partikel), temperatur dan kelembaban.  Kelembaban mempunyai peranan yang sangat penting di dalam memdeteksi keaktifan cacing tanah, karena hal ini sangat berhubungan dengan struktur fisik dan proses kehidupan cacing tanah yang serupa dengan hewan perairan dibandingkan dengan hewan terrestrial.
2.1.2 Habitat dan Penyebaran
Cacing tanah (L. terestris)  kebanyakan terdapat di air tawar, beberapa di air tawar , di laut, air payau dan darat.  Jenis akuatik umumnya terdapat pada daerah dangkal yang kurang dari 1 m, beberapa membuat lubang dalam lumpur, atau sebagai aufwuchus pada tumbuhan air yang tenggelam, adapula yang membuat selubung menetap atau yang dapat dibawa-bawa (Suwignyo, 2005).
2.1.3 Reproduksi dan Daur Hidup
Reproduksi pada Cacing laut (Nereis sp.), terjadi baik secara aseksul maupun seksual.  Reproduksi seksual terjadi dengan cara pertunasan dan pembelahan, namun kebanyakan hanya  melakukan reproduksi secara seksual  saja dan biasanya pada dioecious.  Pada dasarnya hampir semua menghasilkan gamit, namun pada beberapa jenis hanya beberapa ruas saja.  Pada beberapa jenis cacing dengan gamit yang telah matang akan berenang menjadi cacing pelagis, setelah tubuhnya koyok-koyok dan gamit berhamburan di air laut maka cacing tersebut mati, pembuahan terjadi di air laut (Suwignyo, 2005).
Cacing tanah adalah hermafrodit dengan alat kelamin jantan dan betina pada bagian ventral atau ventro lateral.  Cacing dewasa kelamin ditandai dengan adanya klitelium (seperti cincin atau pelana berwarna muda mencolok melingkari tubuh sepanjang segmen tertentu) pada umur 2,5 bulan.  Untuk menghasilkan telur fertil, cacing harus mencari pasangan  dansalng menukar sperma yang akan membuahi sel telur.  Pembuahan akan terjadi dalam masing-masing lubang kelamin betina.  Setelah pembuahan, sepanjang permukaan klitelium akan mengeluarkan lendir yang akan mengeras dan bergerak ke belakang terdorong oleh gerak maju cacing.  Pada saat melewati lubang kelamin betina, telur-telur yang sudh dibuahi akan masuk ke dalam selubung kokon tersebut.  Kokon yang diletakkan pada kondisi lingkungan yang cocok akan menetas dalam 14-21 hari.  Jumlah telur dalam kokon beragam, biasanya lebih dari 10butir.  Tergantung spesies, cacing dewasa  mampu menghasilkan lebih dari 2 kokon setiap 5-10 hari.  Perhitungan kasar menunjukkan setiap 100 cacing dewasa dalam kurun waktu satu tahun dapat menghasilkan 100.000 cacing (Suwignyo, 2005) 
2.1.4 Makanan dan Kebiasaan Makan  
Umumnya Cacing tanah (L. terestris)  mendapat makanan dengan cara menelan substrat, dimana bahan organik yang melalui saluran pencernaan akan dicerna,  kemudian tanah beserta sisa pencernaan dibuang melalui anus.  Adakalanya makanan itu terdiri dari ganggang filamen, detritus atau diatom (Aslan, 2007).
2.1.5 Nilai Ekonomis
Dalam bidang pertanian, cacing menghancurkan bahan organik sehingga memperbaiki aerasi dalam struktur tanah.  Akibatnya lahan menjadi subur dan penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik.  Keberadaan cacing tanah akan menigkatkan populasi mikroba  yang menguntungkan tanaman.  Selan itu juga cacing tanah dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak karena kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi.  Cacing juga merupakan sumber protein yang berpotensi untuk dimasukkan sebagai bahan makanan manusia seperti halnya daging sapi atau ayam, Cacing dapat diolah untuk digunakan sebagai pelembab kulit dan bahan baku pembuat lipstik (Suwignyo, 2005).
2.1.6  Ekologi Cacing Tanah 
Populasi cacing tanah sangat erat hubungannya dengan keadaan lingkungan dimana cacing tanah itu berada. Lingkungan yang dimaksud disini  adalah kondisi-kondisi fisik, kimia, biotik dan makanan yang secara bersamasama dapat mempengaruhi populasi cacing tanah. Faktor-faktor ekologis yang memengaruhicacing tanah meliputi: (a) keasaman (pH), (b) kelengasan, (c) temperatur, (d) aerasi dan CO2, (e) bahan organik, (f) jenis, dan (g) suplai nutrisi (Suwignyo, 2005) .
Cacing tanah umumnya memakan serasah daun dan juga materi tumbuhan lainnya yang telah mati, kemudian dicerna dan dikeluarkan berupa kotoran. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera UtaraKemampuan hewan ini dalam mengonsumsi serasah sebagai makanannya bergantung pada ketersediaan jenis serasah yang disukainya, disamping itu juga ditentukan oleh kandungan karbon dan nitrogen serasah. (Edwards dan Lofty, 1977). 
Cacing tanah yang tersebar di seluruh dunia berjumlah sekitar 1.800 spesies. Cacing tanah yang terdapat di Indonesia tergolong ke dalam famili Enchytraeidae, Glassocolicidae, Lumbricidae, Moniligastridae, Megascolicidae. Genus yang pernah ditemukan ialah Enchytraeus, Fridericia, Drawida, Dichogaster, Eudichaster,Pontoscolex, Pheretima, Megascolex, Perionyx dan Allolobophora. Dari hasil penelitian Sudarmi (1999) diketahui tiga spesies cacing tanah yang karakteristik hidup pada tumpukan sampah organik pasar yaitu spesies Megascolex sp, Peryonix sp dan Drawida sp.  Dari hasil penelitian (Arlen, dkk 1994), telah didapatkan tujuh spesies cacing tanah pada tempat pembuangan akhir (TPA) sampah dan di timbunan sampah rumah tangga pada beberapa kecamatan Kotamadya Medan, yaitu Megascolex sp1, Megascolex sp2, Peryonix sp, Fridericia sp, Drawida sp, Pontoscolex corethrurus dan Pheretima sp (Suwignyo, 2005).
2.2 filum arthopoda
Antropoda ini di bagi menjdai enam kelas yaitu crustacea, onycphora, aracholdea, olilopoda, diplipoda, dan inseta. Tetapi kdang-kadang kelas Chilopoda dan Diplopoda.
a)      Kelas crustacea
Merupakan kelas dari Arthropoda yang hidupnya menepati perairan baik di air tawar dan air laut.bernafas dengan mwnggunakan insang. Tubunya terbagi menjadi: kepala (cephalo), dada (thorax) dan perut (abdomen) atau kadang-kadang kepala dan perut bersatu cephalothorax. Kepala biasanya terdiri dari empat segmen bersatu, pada bagaian kepalah terdapat dua pasang antena, satu pasang mandibula (rahang pertama) dan dua pasang maxila (rahang kedua). Bagian dada mempunyai embelan dengan jumlah yang berbeda yang di antaranya ada yang berfungsi sebagai alat gerak. Segmen baagian perut umumnya sempit dan lebih mudah di gerakan di bandingkan dengan bagian kepala dan dada bagian perut pun mempunyai embelan yang dalam ukuranya mengalami pengurangan. Sistem peredaran darah terbuka, pernafasan ummumnya di lakukan oleh ingsang. Pada gologan udang-udang rendah kdang-kdang pernapsan berlangsung dengan terjadinya tukran gas oleh seluruh tubuh. Sistem syaraf terdapat pengumpulan dan peraturan ganglia yang mana dari sana keluar syaraf-syaraf yang menujukan ke tepi. Karena begitu banta jenis dari crustacea  ini yang  sudah tentu memiliki perbedaaan-perbedaaan di samping beberpa persamaannya, maka crustacea  ini dapat di bedakan beberapa sub  kelas. Umumnya dari kelas crustacea ini yang paling banyak di kenal   adalah jenis yang mempunyai arti ekonomi bagi manusia seperti udang, kepiting dan sebagainya (Rusyana, 2014).
Kelas ini sebagian besar anggotanya hidup di air, bernapas dengan insang. Tubuhnya terdiri dari bagian kepala-dada yang bersatu (sefalotorak) dan perut (abdomen). Crustacea eksoskeleton keras, terdiri dari zat kitin yang berlendir. Pada bagian sefalotorak terdapat lima pasang kaki besar yang berfungsi untuk berjalan (kaki jalan) di mana sepasang kaki pertama berukuran lebih besar disebut keliped. Adapun di bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki berukuran kecil yang berfungsi untuk berenang (kaki renang). Bagian depan sefalotorak terdapat sepasang antena panjang dan sepasang antenule pendek. Crustacea dibedakan menjadi 2, yaitu Entomostraca (mikrocrustacea), misalnya Daphnia sp, Cyclops sp, yang merupakan komponen penting dari zooplankton. Malacostraca (makro-crustacea), misalnya Pinnaeus monodon (udang windu), Cancer sp (kepiting), Panulirus sp (lobster) (Rusyana, 2014).
b)      Kelas onychopora
Kela ini begitu tidak dikenal sehinnga tidak akan di bahasa secara  panjang lebar. Hewan ini meiliki kutikulah yang tipis, tidak bersegmen, dinding tubuh berotot, terdapat sepasang rahang dan sebatris lubang nepridium, panjang tubuh lebih kurang 5 cm. Contohnya peripatus (Rusyana, 2014).
c)      Kelas archnoidea
Archnoidea di ambil dari kata yunani. Yaitu archane= laba-laba.  Beberapa jenis yang termasuk archnoidea ialah kalajenking, laba-laba, caplak dan sebgainya. Tubunya terdiri dari 2 bgaian yaitu cephalothorax dan perut, terdapat 6 pasang embelan pada cephalothorax, anetna tidak ada (Rusyana, 2014).
d)     Kelas  Insecta
Insekta merupakan kelas terbesar dalam Arthropoda, bahkan anggota insekta merupakan bagian terbesar dari filum Animalia. Lebih dari satu juta spesies Insekta hidup di bumi ini. Dari jumlah itu setengahnya telah diuraikan secara tertulis dan diterbitkan (Radiopoetro, 1996).
1)      Ciri-ciri Insecta
Tubuh insekta terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala (caput), dada (toraks), dan perut (abdomen). Di kepala terdapat bermata tunggal (oceli), mata majemuk (faset), alat-alat mulut, mungkin juga antena. Dada terdiri dari tiga ruas, yaitu protoraks, mesotorak dan metatoraks. Kaki dan sayap terdapat di bagian dada (Radiopoetro, 1996).
Insekta memiliki tiga pasang kaki (heksapoda), bersayap sepasang atau dua pasang, meski ada sebagian insekta yang tidak bersayap. Habitat di darat, air tawar (terutama pada stadium muda), dan beberapa jenis hidup di laut. Ukuran tubuhnya mulai dari beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter (insekta terpanjang, Pharmacia serratipes, panjangnya mencapai 26 cm). Tipe mulut insekta bermacam-macam (mengisap, menusuk dan mengisap, menggigit, mengunyah). Bernapas dengan trakea yang bercabang-cabang dan terbuka pada sepasang spirakulum pada sisi-sisi tubuh. Insekta mengalami metamorfosis, baik metamorfosis sempurna maupun tidak sempurna (beberapa golongan serangga tidak mengalami metamorfosis). Mempunyai sistem saraf tangga tali. Peredaran darah terbuka, darah tidak mengandung pigmen darah (hemoglobin) sehingga hanya berfungsi mengedarkan zat makanan saja. Pengangkutan dan peredaran gas pernapasan (O2 dan CO2) pada insekta dilaksanakan oleh sistem trakea. Berdasarkan metamorfosisnya insekta dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: Ametabola: serangga yang tidak mengalami metamorfosis, misalnya Lepisma sp (kutu buku). Hemimetabola: serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna, misalnya capung, belalang. Telur menetas menjadi nimfa (miniatur serangga dewasa) lalu tumbuh menjadi serangga dewasa. Holometabola: serangga yang mengalami metamorfosis sempurna, misalnya nyamuk, lalat, kupu-kupu. Telur menetas menjadi larva, larva berkembang menjadi pupa (kepompong), akhirnya menjadi serangga dewasa (Radiopoetro, 1996).
2)      Klasifikasi Insecta
Insecta terdiri dari dua subkelas, yaitu: Apterygota (serangga tidak bersayap). Pembagian segmen tubuh Apterygota meliputi: kepala, dada, dan perut kurang tegas. Umumnya hewan ini tidak mengalami metamorfosis. Pterygota (serangga bersayap). Pembagian segmen tubuh Pterygota meliputi: kepala, dada, dan perut sudah jelas. Mengalami metamorfosis sempurna atau tidak sempurna. Berikut contoh beberapa ordo dalam kelas Insecta: (Radiopoetro, 1996).
a)  Subkelas Apterygota
1) Ordo Protura
Protura memiliki tubuh sangat kecil (panjang sekitar 1,5 mm), hidup di darat, tidak bersayap, tidak punya mata, tanpa antena, tipe mulut mengisap, kaki pendek. Hewan ini hidup di sampah yang membusuk, di bawah kulit batang membusuk. Contoh: Acerentulus sp. (Radiopoetro, 1996).
2) Ordo Thysanura
Thysanura memiliki tubuh kecil (panjang sekitar 30 mm), hidup di darat, tidak bersayap, antena panjang, kaki 2-3 ruas, bagian belakang abdomen terdapat 3 alat tambahan panjang. Hewan ini merupakan pemakan selulosa pada kertas. Contoh: Lepisma saccharina (kutu buku) (Radiopoetro, 1996).
3) Ordo Collembola
Collembola tubuh kecil (panjang 2 – 5 cm), tidak bersayap, antena sedang (terdiri empat ruas), kaki terdiri atas satu ruas. Pada bagian abdomen terdapat alat tambahan untuk meloncat (furcula). Tipe mulutnya mengunyah, mata majemuk, tidak mengalami metamorfosis. Hewan ini hidup di bawah dedaunan, lumut, kulit kayu, dan batu. Contoh: Entomobrya laguna (ekor loncat), Papirus fuscus (kutu kebun) (Radiopoetro, 1996).
b) Subkelas Pterygota
1) Ordo Orthoptera
Orthoptera merupakan insekta peloncat, femur kaki berukuran besar. Sayapnya dua pasang, sayap depan lurus, kaku dan menyempit, adapun sayap belakang (dalam) tipis seperti membran. Saat tidak terbang terlipat berlapis-lapis. Hewan ini memiliki mata tunggal atau majemuk, antena berukuran sedang atau panjang. Mulut hewan ini berfungsi untuk menggigit. Orthoptera mengalami metamorfosis tidak sempurna. Contoh: Valanga nigricornis (belalang), Gryllus sp (jangkrik), Periplaneta americana sp (kecoa) (Radiopoetro, 1996).
2) Ordo Dermaptera
Ukuran tubuh Dermaptera bervariasi, dari ukuran kecil sampai cukup besar. Antena cukup panjang dan ramping. Hewan ini bersayap dua pasang, sayap depan mengeras (disebut elytra), sayap belakang seperti selaput (disebut tegmina). Saat istirahat sayap belakang tertutup oleh tegmina. Bagian belakang abdomen Dermaptera terdapat penonjolan seperti capit, terutama pada Dermaptera jantan. Tipe mulutnya mengunyah. Hewan ini mengalami metamorfosis tidak sempuna. Hidupnya bersembunyi di celah-celah bebatuan, memakan dedaunan atau insekta lain.Contoh: Forficula auricularia (Radiopoetro, 1996).
3) Ordo Isoptera
Isoptera memiliki tubuh lunak, bagian kepala besar dan berkitin, berukuran kecil sampai sedang. Hewan ini hidup dalam koloni besar, terdapat polimorfisme (koloni dengan beberapa bentuk dan tugas yang berbeda-beda). Rahangnya besar dan menonjol, mempunyai sayap dua pasang berukuran sama panjang. Setelah dewasa, Isopter menanggalkan sayapnya. Hewan ini mengalami metamorfosis tidak sempurna. Contoh: Reticuli termes (rayap kayu dan tanah), Kolotermes sp (rayap kayu kering), Zootermes sp (rayap kayu basah), Amitermes sp (rayap tanah kering), Macrotermes sp (rayap pembentuk rumah tanah/termitarium) (Radiopoetro, 1996).
4) Ordo Anoplura
Anoplura berupa serangga kecil (sekitar 6 mm), tak bersayap, ektoparasit pada mamalia, tubuh agak pipih. Kaki pendek, kuat, tipe mulut mengisap. Antena pendek, tak ada mata, dada bersatu, tarsi pendek (1 ruas), Anoplura metamorfosis sempurna. Contoh: Pediculus humanus capitis (kutu rambut kepala), Pediculus humanus corporis (kutu rambut badan) (Radiopoetro, 1996).
5) Ordo Homoptera
Homoptera serangga kecil atau sedang, sayap dua pasang, dasar sayap tidak pernah mengeras. Tipe mulut mengisap karena makanan berupa cairan tumbuhan. Homoptera mengalami metamorfosis tidak sempurna. Jika dalam keadaan terlipat panjang sayapnya melebihi tubuhnya. Contoh: Aphis medicaginis (kutu daun).
6) Ordo Hemiptera
Hemiptera termasuk serangga kecil sampai sedang, sayap dua pasang atau tanpa sayap. Tipe mulutnya menusuk dan mengisap, makanan berupa cairan tumbuhan atau hewan lain. Bagian depan sayapnya menebal, bagian distal tipis seperti membran. Bagian protoraks hewan ini bebas dan besar. Hemiptera mengalami metamorfosis tidak sempurna. Contoh Nilavarpata lugens (wereng), Laptocarixa acuta (walang sangit), Ranatra sp (kalajengking air), Cimex lectularius (kutu busuk) (Rusyana, 2014).
7) Ordo Odonata
Odonata termasuk insekta besar, tubuh memanjang, kepala dapat digerakkan bebas. Odonata mempunyai mata faset berukuran besar, terdiri dari 30.000 omatidia. Sayapnya dua pasang, memanjang, transparan dengan venasi yang jelas. Ujung abdomen kecil memanjang seperti ekor, hewan ini mengalami metamorfosis tidak sempurna. Fase nimfa hidup di air, setelah dewasa dapat terbang. Contoh: Aeshna sp (capung) (Radiopoetro, 1996).
8) Ordo Neuroptera
Neuroptera merupakan Insekta berukuran kecil sampai besar, tubuh memanjang, antena panjang. Neuroptera adalah predator yang mempunyai tipe mulut untuk mengunyah. Mata besar, Abdomen sempit dan panjang. Sayap besar, dua pasang, bervenasi seperti jala. Neuroptera mengalami metamorfosis sempurna. Contoh: Chrysopa oculata (lalat bermata emas), Myrmeleon frontalis (undur-undur) (Radiopoetro, 1996).
9) Ordo Lepidoptera
Tubuh Lepidopetera berukuran kecil sampai sangat besar (3 – 250 mm). Sayap dua pasang, besar, dilapisi sisik atau semacam serbuk, memiliki pola warna beraneka ragam. Antenanya panjang, tergulung rapi di bawah kepala. Lepidoptera mempunyai tipe mulut pengisap, maksila (rahang atas) bersatu membentuk proboscis untuk mengisap madu. Hewan ini mengalami metamorfosis sempurna, larva berupa ulat dengan kelenjar sutera untuk membentuk kokon. Contoh Bombyx mori (kupu-kupu, kokonnya menghasilkan ulat sutera), Attaus atlas (kupu-kupu ulat sutera), Potoparce sexta (kupu tomat) (Radiopoetro, 1996).
10) Ordo Diptera
Diptera berupa insekta berukuran kecil sampai sedang dan termasuk hewan diurnal (aktif malam hari). Sayap sepasang (2 buah), transparan, berpangkal pada mesotorak. Sayap pada metatoraks mengalami modifikasi menjadi semacam pemukul/halter. Tipe mulut menusuk, mengisap, dan menjilat, berbentuk semacam proboscis. Diptera mengalami metamorfosis sempurna.Contoh Musca domestica (lalat rumah), Drosophyla melanogaster (lalat buah), Tabanus sp (lalat kandang), Anopheles sp (nyamuk Malaria), Aedes aygepti (nyamuk demam berdarah), Culex sp (Radiopoetro, 1996).
11) Ordo Siphonoptera
Siphonoptera termasuk insekta kecil, tidak bersayap, pandai melompat. Abdomennya besar, kepala dan dada kecil. Tipe mulut menusuk dan mengisap. Hewan ini bersifat ektoparasit pada burung, mamalia, reptilia. Siphonopetera mengalami metamorfosis sempurna, pupa dalam kokon. Contoh: Pulex iritans (pinjal manusia), Ctenocephalus canis (pinjal anjing), Ctenocephalus felis (pinjal kucing), Xenopyllacheopsis (pinjal tikus) (Radiopoetro, 1996).
12) Ordo Coleoptera
Coleoptera berupa serangga kecil sampai besar. Tubuhnya keras. Sayap dua pasang, sayap depan keras (elytra), sayap belakang tipis seperti membran. Sayap Coleoptera terlipat ke dalam saat istirahat. Coleoptera mengalami metamorfosis sempurna, larva seperti cacing. Contoh: Necrophorus sp (kumbang sampah), Coccinela sp, Hippodamia sp (kumbang predator hama tumbuhan), Lytta vesicatoria (kumbang Spanyol) (Rusyana, 2014)
13) Ordo Hymenoptera
Hymenoptera berupa serangga berukuran kecil sampai besar, hidup berkoloni meski ada yang soliter. Sayap dua pasang, seperti membran. Tipe mulutnya mengunyah dan menjilat, mata besar. Hymenoptera mengalami metamorfosis sempurna, larva dalam kokon. Contoh: Apis indica, Apis mellifera (lebah madu), Monomorium sp (semut hitam), Vespula maculate (Jawa: tawon endas) (Radiopoetro, 1996).
e)      Myriapoda
Hewan yang tergolong kelas Myriapoda memiliki banyak segmen tubuh, dapat mencapai 100 – 200 ruas. Tubuh terdiri dari kepala yang kecil, berada pada ruas pertama, dan perut yang pada tiap ruasnya memiliki sepasang atau dua pasang kaki. Habitatnya di darat, bernapas dengan paru-paru buku. Pada bagian kepala hewan ini terdapat sepasang mandibula dan dua pasang maksila. Kelas ini terdiri dua, yaitu: (Radiopoetro, 1996).
a) Chilopoda
Tubuh Chilopoda agak pipih (gepeng),tubunya bersegmen-segmen atau beruas,  tiap ruas tubuh terdapat sepasang kaki. Di bagian kepala terdapat sepasang antena panjang dan semacam cakar yang berbisa. Chilopoda merupakan hewan karnivora.Contohnya Scolopendra sp (kelabang) (Rusyana, 2014).
b) Diplopoda
Diplopoda tubuh bulat, tiap ruas tubuh terdapat dua pasang kaki. Hewan ini menyukai tempat yang lembap. Bila menemui bahaya membela diri dengan cara menggulung tubuhnya, Diplopoda merupakan herbivoraContoh: Spirobolus sp (luwing) (Rusyana, 2014).
f)        Arachnida
Arachnida tubuh terdiri dari bagian kepala-dada yang menyatu (sefalotorak) dan perut (abdomen) yang bulat. Kepala kecil, tanpa antena, terdapat beberapa mata tunggal (oceli). Habitatnya di darat, bernapas dengan paru-paru buku. Mempunyai kaki empat pasang yang terdapat pada sefalotorak. Pada sefalotorak terdapat alat tambahan berupa sepasang kelisera yang beracun dan sepasang palpus. Pada ujung posterior abdomen, sebelah ventral anus terdapat sutera dan bermuara pada alat serupa pembuluh yang disebut spinneret. Makanannya berupa cairan tubuh hewan lain dan diisap melalui mulut dan esofagus. Jenis kelamin terpisah, fertilisasinya terjadi secara internal. Telur yang telah dibuahi diletakkan dalam kokon-kokon sutera yang dibawa ke mana-mana oleh hewan betina. Contoh: kalajengking, laba-laba (Rusyana, 2014).

2.3 Filum Mollusca
Berdasarkan bidang simetri, kaki , cangkok, mentel, insang, dan sistem syaraf mollusca terdiri dari liam kelas yaitu : (1.) Ampineura (2)Gastropoda (3) scaphoda ( 4) cephalapoda dan  (5) pelycepoda
a)      Kelas  Ampineura
Contohya chiton. Tubuhnya seperti elips. Dengan bagian kepala tereduksi, bilateral simetri, mempunyai radula bagian dorsal tubuhnya terdiri atas delapan segmen , kaiknya pipih dan terletak di permukaan ventral, sistem syaraf  terdiri atas, cicin syaraf yang mengelilingi syaraf dengan dua pasang jala syaraf yang menuju kebagian ventral jen9s kelamin terpisah, larvsnys yang disebut trochopora. Chiton menyerap perlahan di dasar laut, pada batu-batuan yang lunak. Bagaian dorsal tubuhnya terdiri dari keping-keping kapur. Sandi antar keping-keping kapur dapat di bengkokan sedemikian rupa sehingga tubuhnya dapat dibulatkan seperti bola. Mulut dan anus terletak pada bagian ujung yang berlawanan. Pada bagian kepala terdapat mulut yang belum sempurna . tidak mempunyai tentakel  dan tidak mempunyai mata. Sistem syaraf terdiri atas cincin sirkum esafagus, dan dua cabang syaraf (mensyarafi kaki dan mentel). Sismtem pencernaan makanan melaluidari mulut dan berahir dengan anus. Pencernaan makan terhadap kelenjar ludahdan kelenjar hati. Sistem peredaran darah dibagian posterior terapat jantung, aorta, dan sebuah sinus darah mendapat O2 dari insang. Sistem ekresinya menggunakan sepasang ginjal. Yang salaruan yang bermura kebagian pasterior. Sistem reproduksi kelamin terpisah larvanya di sebut ctrochopora (Rusyana, 2014).
b)      Kelas Gastropoda
Gastropoda merupakan kelas mollusca yang terbesar dan populer. Ada  sekitar 50.000 spesies gastropoda yang amasih hidup dan 15.000 yang telah menjasi fosil. Oleh karena itu banyak jenis gastropoda maka hewan ini baynyak di temukan. Sebagian besar gastropoda  menpunyai cankok (rumah) dan berbentuk kerucut terpilin (spiral). Bentuh tubunya sesuai dengan cangkok. Pada hal waktu larva, bentuk tubunya simetri bilateral. Anamun ada pula gastropoda  yang tidak memiliki cangkok sehingga sering di sebut dengan siput telanjang (vaginula). Hewan ini terdapat di lautdan ada pula yang hidup di darat. Pernapasan gastropoda  yang hidup di darat menggunakan paru-par, ssedangkan yang hidup di laut atau di air bernafas dengan insang. Gastropoda  mempunyai sistem reproduksi jantan dan betina atau gabungan yang di sebut juga ovotestes. Gastropoda adalah hewan yang hemaprodit, tapi tidak mampu melakukan autofetilisasi. Adalt ekresinya berubah sebuah ginjal yang terletak pada jantung. Hasil ekresi di keluarkan dalam rongga metel sistem peredaran darah adalah peredaran darah terbuka. Jatung terdiri dari serabi dan bilik (vetrikel) yang terletak dalam rongga tubuh (Rusyana, 2014).
c)      Kelas  scaphoda
Contonya dentalium anggota dari kelas ini hidup dengan cara membenamkan diri  di pasir laut dangkal atau sewaktu0waktu di laut dalam. Bebrapa spesies lebih dari 3 inch panjangnya, tetapi fosil-fosil dapat mencapai dua kaki.  Makannya berupa hewan tau tubuhan yang bersipat mikroskopis. Struktur tubuah hewan ini di sebut juga cangkong gigi atau cangkong gading atau taring gajah, karena cangkonya terbullar sperti taring atau gading gajah. Tubuhnya bulat memanjang , di tutupi oleh mentel yang dapatmembentuk cangkok tubular dan keuda ujungnya terbuka. Kaki menonjol berbentuk kerucut, di dekat kaki terdapat mulut. Mulut memiliki radikula dan tentakel (bertindak sebagai organ sensoris dan berfungsi untuk memegang). Sistem sirkulasi dan respirasi di lalukan oleh mentel . sistem rastikula nya hanya terdiri dari atas sinus yang tersebar di antara organ tubuh. Sistem eksresi dilaikukan oleh buah kantung menyerupai ginjal dan mempunyai lubang terbuka keluar dekat anus. Sistem reproduksi jenis kelami terpisah, larvanya disebut trachopora (Rusyana, 2014).
d)       Kelas pelecypoda
Kelas ini mengikuti remis, tiran dan bangsa kapah lainnya. Habitatnya di air tawar dan di laut. Beberapa jenis membenamkan diri di pasir atau lumpur, da juga yang bergerak pelan atau menepel pada objek  tertentu, kelas ini terdiri dari lebih dari 7.000 spesies yang tersebar luas di seluruh dunia. Ukurannya berkisar mulai 1 mm hingga 1 m (kerang raksasa) tetapi kebayakan berukuran 1 inch hinga 2 inch. Contohnya Anodonta woodiana  strukturtubuhnya cangkong terdiri ats dua bagian , kedua cangkok tersebut di satukan oleh satu sandi elastis yang di sebut hinge  (terletak di permukaan dorsal). Bagaian dari cangkok yang membesar atau mengelembung dekat sendi disebut Umbo (bagian cangkok yang umurnya paling tua). Di sekitar Umbo  tersebut bergasris konsentris yang menjunjukan garis interval pertumbuhan. Sel epithel bagian luar dari mentel menghasilakan zat pembentuk cangkok.  Cangkok tersebut terdiri dari tiga lapisan yaitu 1. Periostrakum lapisan ini yang palng luar yang terbuat dari bahan organik konkiolin, seing tak ada pada bgia Umbo. 2. Prismatik  lapaisan bagian tengah yang terbuat dari kristal–kristal kapur (kalsium karbonat). 3. Nakreas lapisan bagian dalam yang terbuat dari kristal-kristal kalsium karbonat dan mengeluarkan bermacam-macam warna jika terkena  cahaya. Sering juga disebut lapisan mutiara. Lapisan nakreas dihasilkan oleh seluruh permukaan mantel, sedangkan lapisan periostakum dari lapisan prasmatik di hasilkan oleh bagian tepi mentel. Proses pembentukan mutiaran. Ketika substansi asing sepertihalnya butiran butiran pasir masuk kedalam batas antara mentel bagian tepi dan kutup (valvel), lapisan empitelum mentel mehasilkan lapisan mutiara  dan membungkus subtansi asing tersebut. Lapisan mutiran yang berbentuk kemudian dapat saja memecahkan mentel emptelium dan masuk kedalam rongga mantel atau pada katup (valve) (Rusyana, 2014).
Kerang Darah (Anadara granosa)  Cangkang kerang darah memiliki belahan yang sama melekat satu sama lain pada batas cangkang. Rusuk pada kedua belahan cangkangnya sangat menonjol. Cangkang berukuran sedikit lebih panjang dibanding tingginya tonjolan (umbone). Setiap belahan Cangkang memiliki 19-23 rusuk. Dibanding kerang hijau, laju pertumbuhan kerang darah relatif lebih lambat. Laju pertumbuhan 0,098 mm/hari. Untuk tumbuh sepanjang 4-5 mm, kerang darah memerlukan waktu sekitar 6 bulan. Presentase daging terbesar dimiliki oleh A. granola, yaitu sebesar 24,3%. Kerang darah memijah sepanjang tahun dengan puncaknya terjadi pada bulan Agustus/September. Hewan ini termasuk hewan berumah dua (diocis). Kematangan gonad terjadi pada saat kerang darah mencapai ukuran panjang 18-20 mm dan berumur kurang dari satu tahun. Adapun pemijahan mulai terjadi pada ukuran 20 mm.
Kerang Darah Kerang ini hidup dalam cekungan-cekungan di dasar perairan di wilayah pantai pasir berlumpur. Jenis kekerangan ini menghendaki kadar garam antara 13-28 g/kg, kecerahan 0,5-2,5 m, dan pH 7,5-8,4. Klasifikasi kerang darah adalah sebagai berikut ;
Kingdom         : Animalia 
Phylum            : Mollusca 
Class               : Bivalvia 
Ordo                : Arcioda 
Family             : Arcidae        
Genus              : Anadara 
Spesies             : Anadara granosa 

e)      Kelas chepalapoda
Kelas ini meliputi cumi-cumi, sotong, nauttilus (satu-satunya kelas chepalopoda yang mempunyai cangkok luar). Octopus (gurita) mempunyai ukuran yang sangat besar. Berdasarkan struktur anatomi cumi-cumi lebih maju dari kepah. Struktur tubuhnya beradaptasi terhadap kehidupan yang dapat berenang bebas. Cephalopoda kakinya terletak di bagian kepala, mengalami modifikasi dan berfungsi untuk memegang (ber-sucker), sedangkan mentel beradaptasi untuk berenang. Contonya loligo peali struktur tubuh terdiri dari (1). Kepala (2). Dan bdan yang di bubungkan oleh leher (Rusyana, 2014).
2.3.1 Cumi-Cumi (Loligo Peali).
Tinta cumi-cumi bersifat alkaloid, sehingga tidak disukai oleh predator, terutama ikan.  Alkaloid merupakan kelompok terbesar dari metabolit sekunder yang beratom nitrogen dan bersifat basa, beberapa alkaloid dilaporkan ada yang memiliki manfaat  dalam pengobatan (Mukholik, 1995). Tinta cumi-cumi ini mengandung butir-butir melanin atau pigmen hitam. Melanin alami adalah melanoprotein yang mengandung 10-15%  protein, sehingga menjadi salah satu sumber protein yang baik karena sama baiknya dengan kandungan protein pada dagingnya (Astawan, 2008). Selama ini banyak masyarakat yang menganggap tinta cumi-cumi tidak bermanfaat sehingga jika mengolah cumi-cumi, cangkang dan kantong tintanya dibuang. Padahal tinta memiliki banyak manfaat dan khasiat. Tinta cumi-cumi sudah banyak dikenal dalam dunia kuliner. Di Jepang, tinta cumi-cumi dipakai sebagai bahan peningkat cita rasa, selain itu tinta cumicumi juga memiliki khasiat untuk kesehatan (Sasaki, 1997). Tinta cumi-cumi dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan dalam proses diversifikasi produk. Salah satu produk yang perlu dilakukan diversifikasi adalah mi. Mi merupakan produk yang sangat digemari oleh masyarakat indonesia, baik anak–anak, orang dewasa maupun lanjut usia. Namun kandungan gizi dalam mi belum menunjang  nilai gizi yang diperlukan oleh manusia, terutama anak–anak yang sangat membutuhkan asupan gizi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Mi sangat digemari mulai anakanak hingga lanjut usia, karena rasanya enak, praktis, dan mengenyangkan. Mi basah yang beredar dipasaran nutrisinya kurang baik, yaitu kadar airnya tinggi, protein rendah, vitamin rendah. Selain itu, mi basah kurang elastis dan agak lengket. Hal ini mendorong para pengusaha untuk menggunakan berbagai bahan tambahan yang memungkinkan terjadinya proses gelatinisasi pati-protein sempurna (Agusandi, 2013).
Selain itu para produsen mi juga sering memberikan bahan tambahan yang dlarang untuk makanan. Bahan Tambahan Makanan (BTM) terbagi kedalam bahan tambahan makanan yang memang digunakan untuk makanan (food grade) seperti asam benzoat, asam propionat, asam sorbat, kalium benzoat, sedangkan bahan tambahan yang tidak boleh digunakan untun makanan (non food grade) diantaranya adalah dulcin, kalsium klorat, formalin, asam borat (Agusandi, 2013).
Pada mi basah bahan non food grade yang biasa ditemukan adalah asam borat atau biasa disebut boraks, menurut beberapa produsen mi basah, penggunaan boraks pada pembuatan mie akan menghasilkan tekstur  yang lebih kenyal sedangkan pemberian pewarna agar mi basah lebih menarik, namun seringkali yang digunakan adalah pewarna kimia yang dapat berisiko toksik bagi tubuh, hal ini  jika digunakan secara berlebihan akan menyebabkan terjadinya akumulasi didalam tubuh manusia sehingga menimbulkan efek toksik seperti formalin yang dapat menyebabkan muntah dan diare (Widyaningsih, 2006). Untuk itu diperlukan alternatif lain yang bersifat aman, ekonomis dan dapat meningkatkan kualitas nutrisi. Selama ini tinta cumi cumi belum banyak dikenal padahal didalam tinta cumi-cumi mengandung protein sekitar 10,88%, protein ini sama baik dengan protein yang ada pada daging cumi-cumi, kadar abu tinta cumicumi adalah 2,74% (Mukholik, 1995), sedangkan Anonymous (1972), menyatakan bahwa kadar air tinta cumi-cumi (Loligo sp.) rata-rata 78,46%. Dalam industri jasa boga, seperti Italia telah memanfaatkan tinta cumi cumi sebagai sebagai salah satu bumbu masakan pasta. Di Jepang, kantong tinta cumi-cumi  (Loligo sp.) yang berwarna hitam dipakai untuk meningkatkan flavor dan cita rasa, selain itu warna yang dihasilkan dari pigmen juga dapat meningkatkan manfaat bahan pangan, setiap warna yang terdapat pada bahan makanan dapat menunjukkan adanya senyawa fitokimia tertentu yang memiliki khasiat untuk mencegah berbagai penyakit (Astawan, 2008). Dengan penambahan tinta cumi-cumi ini diharapkan mi yang dikonsumsi akan memiliki kualitas fisik dan nutrisi yang baik sehingga aman, sehat dan bergizi untuk dikonsumsi (Agusandi, 2013).




BAB III
METEDOLOGI PRAKTIKUM

3.1  Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari jum’at, tanggal 3 November  2017 pukul 14:40-16:20 WIB.Bertempat di laboratorium Terpadu Universitas PGRI  Palembang.


3.2  Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan untuk praktikum yaitu; Bak paravin, jarum penusuk dan sarung tangan.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan untuk praktikum yaitu; cacing tanah (Lumbricus terestis), cumi-cumi (loligo peali),  kerang (Anadara sp) dan Udang (Penaeus sp)

3.3  Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini yaitu:
1.      Siapkanlah bahan-bahan yang akan di gunakan
2.      Siapkan Bak paravin dan letakanlah masing-masing bahan  tersebut di atas Bak paravin.
3.      Amatilah bagian-bagian morfologi dari setiap hewan tersebut
4.      Gambar dan tulislah Keteranagan morfologi hewan tersebut dengan baik dan benar.


4.2  Pembahasan
Dari pengamatan yang telah dilakukan telah diketahui bentuk morfologi dari cacing tanah (L. terestrisspesies kelas oligochaeta .   pengamatan terhadap tubuhnya ditutupi oleh katikula dan bersegmen-segmen.  Mulut terdapat pada segmen tubuh yang pertama dan anus terdapat pada segmen terakhir. Manfaat Cacing Tanah Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa cacing tanah merupakan makrofauna tanah yang berperan penting sebagai penyelaras dan keberlangsungan ekosistem yang sehat, baik bagi biota tanah lainnya maupun bagi hewan dan manusia. Aristoteles mengemukakan pentingnya cacing tanah dalam mereklamasi tanah dan menyebutnya sebagai “usus bumi” (intestines of the earth) (Suwignyo, 2005).
Cacing tanah selama ini diketahui sebagai makhluk yang berguna untuk menyuburkan tanah dan makanan ternak. Cacing tanah memiliki manfaat yang sangat besar, seperti di Korea selatan dan Taiwan cacing telah dikonsumsi oleh manusia untuk sumber protein hewani dan pengobatan tradisional, yang sangat di kenal sebagai Negara yang banyak mengekspor cacing tanah (Suwignyo, 2005).
Pada pengamatan cacing tanah  (L. terestris)   nampak bentuk morfologinya yaitu prostomium, klitelum, setae, mulut, segmen, dan anus. Menurut Suwignyo dkk. (2005) bahwa bagian-bagian tersebut memiliki fungsi masing-masing diantaranya mulut berfungsi untuk membantu menangkap mangsa.  Prostomium berfungsi sebagai tempat melekatnya organ tubuh bagian luar.  Klitelum merupakan epidermis yang menebal dan menutupi ruas-ruas reproduktif, terutama bagian dorsal sehingga bentuknya seperti pelana kuda yang berfungsi sebagai pembungkus telur pada saat terjadi perkawinan/pembuahan.  Anus berfungsi sebagai tempat keluarnya zat sisa atau kotoran-kotoran yang sudah tidak dibutuhkan lagi di dalam tubuh cacing tersebut.  Pada cacing tanah bergerak menggunakan setae untuk mencengkram atau membantu proses perkawinan.
 marfologi lumbricius terrestis , tubunya bulat memanjang, warna bagian dorsal lebih gelap di bandingkan ventral. Segmen tubuhnya lebih dari 115 buah yang masing-masing. Dengan 4 pasangg rambut. Pada ujung depan (anterior) ada  suatu bagian atau tonjolan dagin yang di sebut prostomium (bukan merupakan segmen). Dinding tubuh terdiri kutikula, epidermis, dan otot memanjang. Bgaian selom memisahkan dinding tubuh dengan intestin antara segmen yang satu dengan segmen yang lain di pisahkan oleh sekat pemisah vertikal. Selaput yang membatasi dinding tubuh sebelah dalam disebut peritomium. Cairan-cairan  yang terdapat di  bagian selom membatu di dalam eksresi (Rusyana, 2014).
Gerak tubuh cacing tanah , pergerakan lambat, segmen dapat memanjang dan memendekan hingga cacing bergerak. Segmen dapat memnajang dan menendek karena dua sel pada dinding badannya terdapat otot lingkaran dan otot membujur. Bergerak secara berlawanan, apa bila otot  lingkaran mengkerut,  otot bujur akan memundur dan segmen pada badan ccacing mengecil dan memanjang. Cacing tanah ini memiliki kutikula, yang pada pengamtan terletak pada segmen ke 10. Memiliki prosmotium yang merupakan tonjolan daging yang berada pada bagian ujung depan dekat segmen ke 1. Memiliki lubanag genital yang terletak antara segmen prosmotonium dan klitelium memilki bagian-bagian lain seperti amanialis anus, septum, seta, L. Terestis berkelamin hemaflodit dan memiliki sistem peredran darah dan sistem pencernaan.
Pada pengamtan loligo peali atau di kenal dengan cumi-cumi, struktur tubunya terdiri atsa bagian kepala,  dan badan yang di hubungkan dengan leher. Pada kelapa terdapat mulut yang di kelilingi oleh kaki. Kakinya terdiri dari 10 jerait, yang terdiri dari 8 lengan dan dua tenkakel. Tentakel lebih panjang dari pada lengannya . pada permukaaan sebelah dalam jerait terdapat alat pengisap agar mangsa dapat melekat di dalam tubuh , mulutnya terdapat lidah yang mempunyai gigi yang tajam. Fungsinya ini sebagai penangkap mangsa dan alat gerak. Di bawah dari kepalah terdapat cerobong menyemprot yang berfungsi untuk mengalirkan air pada waktu bernafas atau untuk berenag dengan cepat.
Pada bagaian badan loligo peali seruh badanya di tutupi oleh mentel. Pada bagian dorsal melekat pada badan m sedangkan pda bagian  perut tidak sehingga terdapat rongga mentel, di sebelah kanan kiri tubuh terdapat sirip  yang berfungsi sebagai pendayung untuk bergerak ke depan dan kebelakang. Berdasarkan pratikum yang talah dilaksanakan dapat diperoleh data sebagai berikut :
1)      Achatina fulica
a.  Morfologi Tubuh terdiri atas kepala, leher dan kaki dan masa jerohan, pada kepalanya terdapat ua tentakel yaitu sepasang berukurang pendek terletak di anterior dan mengandung saraf pembau serta sepasanfg kedua lebih pangjang mengandung mata. Mulut achanita terletak dibagian anterior kepala diventral tentakel tepat dibawah terdapat lubang yang berhubungan dengan kelenjar mukosa kaki (pedal).
b.  Anatomi Alat pencernaan terdiri atas mulut, masa bukal, esophagus, kelenjar ludah tombolok, lambung kelenjar, pencernaan, usus rectum, dan anus dan kelenjar ludah yang terletak dikanan kiri tembolok. Esophagus bermuara ke dalam tembolok serta terdapat ureter yang merupakan saluran dari ginjal terletak disis sepangjang rectum dan bermuara dekat anus (Jasin, 1992).
c. Fisiologi
1.      System refroduksi Spermatozoa dihasilkan oleh ovotestis, keluar menuju saluaran hermaproditin kemudian saluran sperma menuju kkeselanjutnya menuju ke vas deverens, dan menhasilkan suatu sel overium yang dibungkus dalm cankung yang dihasilkan oleh epitel saluran (Anonim, 2012).
2.      System pernapasan System pernapasan nya adalah darah tidak berwarana dan terdiri dari plasma darah, dan butir butir darah. Fungsi darah adalah mengedarkan O2 keseluruh tubuh mengambil dan mengankut sisa  sisa pembakaran (Jasin, 1992).
3.      System pencernaan Alat pencernaan pada hewan ini meliputi rongga mulut, eshophgus, kelenjar ludah, krop lambung, kelnjar pencernaan usus rectum dan anus (Jasin, 1992).
d.      Habitat hewan ini dapat hidu[p didarat khususnya daerah      daerah lembab dan berair.


2.        Lologo peali
a.      Morfologi Cumi-cumi memiliki bentuk tubuh panjang, langsing dan bagian belakang meruncing (rhomboidal). Terdiri atas kepala, leher dan badan. Kepala memiliki dua mata besar dan tidak berkelopak, Leher pendek dan badan berbentuk tabung mempunyai sirip di setiap sisinya. Pada kepala terdapat 8 tangan dan 2 tentakel panjang yang ujungnya terdapat batil isap. Di posterior kepala terdapat sifon atau corong berotot yang berfungsi sebagai kemudi. Di bagian perut, terdapat cairan tinta berwarna hitam yang mengandung pigmen melanin. Pada anterior badan terdapat endoskeleton yang berbentuk pen atau bulu. Endoskeleton tersebut (cangkang) terletak di dalam rongga mantel berwarna putih transparan, tipis dan terbuat dari bahan kitin. Mantel berwarna putih dengan bintik-bintik merah ungu sampai kehitaman dan diselubungi selaput tipis  berlendir (Muhammad, 2012).
Kelas crustacea yang hidupnya menepati di perairan dan air tawar maupun laut. Bernaafapas dengan menggunakan ingsang, tubunya terbagi menjadi kepala, dada dan perut kadang-kadang kepala dan dada bersatu membentuk cephalothorax. Kepala bisaya terdiri dari emapat segmen yang bersatu, pada bagian kepala terdapat dua pasang anteana, satu pasang mandibula (rahang pertama) dan dua pasang makila (rahang kedua). Bagian dada mempunyai embelan  dengan jumlah yang berbeda-beda yang di natranya ada yang berfungsi sebagai alat gerak. Segmen perut umunya sempit dan lebih mudah di gerakan disebandingkan dengan bagian kepala dan dada. Contohnya yaitu pada udang, dan kepiting.
Berdasarkan tubuh bagian dalam, mulut kepiting terbuka dan terletak pada bagian bawah tubuh. Beberapa bagian yang terdapat di sekitar mulut berfungsi dalam memegang makanan dan juga memompakan air dari mulut ke insang. Kepiting memiliki rangka luar yang keras sehingga mulutnya tidak dapat dibuka lebar. Hal ini menyebabkan kepiting lebih banyak menggunakan sapit dalam memperoleh makanan. Makanan yang diperoleh dihancurkan dengan menggunakan sapit, kemudian baru dimakan (Shimek, 2008). 

Kerang Kerang  adalah salah satu hewan lunak (Mollusca) kelas Bivalvia atau Pelecypoda. Secara umum bagian tubuh kerang dibagi menjadi lima, yaitu (1) kaki (foot byssus), (2) kepala (head), (3) bagian alat pencernaan dan reproduksi (visceral mass), (4) selaput (mantle) dan cangkang (shell). Pada bagian kepala terdapat organ-organ syaraf sensorik dan mulut. Warna dan bentuk cangkang sangat bervariasi tergantung pada jenis, habitat dan makanannya.  Kerang biasanya simetri bilateral, mempunyai sebuah mantel yang berupa daun telinga atau cuping dan cangkang setangkup. Mantel dilekatkan ke cangkang oleh sederetan otot yang meninggalkan bekas melengkung yang disebut garis mantel. Fungsi dari permukaan luar mantel adalah mensekresi zat organik cangkang dan menimbun kristal-kristal kalsit atau kapur. Cangkang terdiri dari tiga lapisan, yakni (Rina Hudaya, 2010): 
a.       Lapisan luar tipis, hampir berupa kulit dan disebut periostracum, yang melindungi.
b.      Lapisan kedua yang tebal, terbuat dari kalsium karbonat; dan
c.       Lapisan dalam terdiri dari mother of pearl, dibentuk oleh selaput mantel dalam bentuk lapisan tipis. Lapisan tipis ini yang membuat cangkang menebal saat hewannya bertambah tua.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Dilihat dari hasil pengamatan bahwa morfologi pada cacing tanah (L.terestris)  Gerak tubuh cacing tanah , pergerakan lambat, segmen dapat memanjang dan memendekan hingga cacing bergerak. Segmen, Bergerak secara berlawanan, apa bila otot  lingkaran mengkerut,  otot bujur akan memundur dan segmen pada badan ccacing mengecil dan memanjang.
Kelas crustacea yang hidupnya menepati di perairan dan air tawar maupun laut. Bernaafapas dengan menggunakan ingsang, Kepala bisaya terdiri dari emapat segmen yang bersatu, pada bagian kepala terdapat dua pasang anteana, satu pasang mandibula (rahang pertama) dan dua pasang makila (rahang kedua). Contohnya yaitu pada udang.
filum Mollusca adalah cumi-cumi (Loligo sp) memiliki bentuk tubuh panjang, langsing dan bagian belakang meruncing (rhomboidal). Terdiri atas kepala, leher dan badan. Kepala memiliki dua mata besar dan tidak berkelopak, Leher pendek dan badan berbentuk tabung mempunyai sirip di setiap sisinya. Pada kepala terdapat 8 tangan dan 2 tentakel panjang yang ujungnya terdapat batil isap.
Kerang Darah (Anadara granosa)  Cangkang kerang darah memiliki belahan yang sama melekat satu sama lain pada batas cangkang. Rusuk pada kedua belahan cangkangnya sangat menonjol. Cangkang berukuran sedikit lebih panjang dibanding tingginya tonjolan (umbone). Setiap belahan Cangkang memiliki 19-23 rusuk
5.2 Saran       
Sebagai praktikan sangat mengharapkan kepada teman-teman agar pada saat kita melakukan pengamatan semuanya terfokus pada apa yang diamati, dan melaksanakan kegiatan sesuai yang ditentukan. 



DAFTAR PUSTAKA


Agusandi.  2013. Pengaruh Penambahan Tinta Cumi-Cumi (Loligo Sp) Terhadap Kualitas Nutrisi Dan Penerimaan Sensoris Mi Basah. Vol II NO I. Di akses hari Senin 2 April 2016. Pukul 07.00 Wib.

Aslan, dkk., 2005.  Bahan Ajar Avertebrata air.  Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo.  Kendari.

Brotowidjojo. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga

Edwards, C. A. and j . R. Lofty. 1977. Biology of Earthworm. Chapman and Hall, New York.

Gaddie,  R.  E. and  D.E. Douglas. 1975. Earthworms for Ecology and Profit. Volume I. Bookworm Publising Company. Ontario. Calofornia.

Jasin. 1992. Zoologi InvertebrataSurabaya : Sinar Wijaya.

Nontji. A. 2007.  Laut Nusantara. Penerbit Djambatan : Jakarta

Prianto, E. 2007.  Peran Kepiting sebagai Spesies Kunci (Keystone Spesies) pada Ekosistem Mangrove. Prosiding Forum Perairan Umum Indonesia IV. Balai Riset Perikanan Perairan Umum. Banyuasin.

Radiopoetro, 1996. Zoologi. Penerbit Erlangga. Jakarta

Riyanto. 2003. Aspek- Aspek Biologi Keong Mas . Vol. 8 No. 1. Di akses hari jum,at 29 april 2016. Pukul 16.00 WIB.

Rusyana, 2014. Zoologi Inverteberta. Bandung :Alfabeta

Shimek, R.L. 2008. Crabs, (Online). Website : www.reefkeeping.com. Diakses pada tanggal 15 Mei 2016 pukul 15.30 wib 

Sihombing, D.T.H. 1999. Satwa Harapan I. Pengantar  Ilmu dan Teknologi Budidaya; Cacing Tanah, Bekicot, Keong Mas, Kupu-kupu, Ulat Sutera. Pustaka Wira Usaha Muda, Bogor.

Suwignyo, S. dkk.  2005.  Avertebrata air.  Penebar Swadaya.  Jakarta.

No comments:

Post a Comment

LAPORAN PRAKTIKUM II PENGAMATAN KOLENKIM PADA BATANG DAN APERTURA PADA BIJI

LAPORAN PRAKTIKUM II PENGAMATAN KOLENKIM PADA BATANG DAN   APERTURA PADA BIJI Oleh : Dimas Lukito Agung   (1522220029) ...