LAPORAN
PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM
HEWAN
INVERTEBERATA

Disusun
Oleh :
Nama : Syahirul Alim
Nim : 2017411019.P
Dosen : Yunita Panca Putri, S.Si., M.Si
PROGRAM
STUDI BIOLOGI
FAKULTAS
MIPA
UNIVERSITAS
PGRI PALEMBANG
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Biasanya
cacing bersegmen atau beruas-ruas, tubuhnya terdiri dari deretan segmen sama (matameri), artinya tiap segmen tersebut
mempunyai organ tubuh seperti alat reprpduksi, otot, pembuluhb darah dan
sebagainya yangtersendiri tetapi segmen
tersebut tetap berhubungan satu sama lain tetap terkordinasi. Terdapat selom
yang besar dan jelas, beberapa sistem organ seperti peredaran darah, sistem
syaraf telah berkembang dengan baik (Rusyana, 2014)
Bagian
kepala terdiri atas prostomium dan bersegmen pertama (Periostomium). Pada prostomium terdapat sepasang tentakel kecil dan
sepang palp (embelan yang berguna sebagai alat peras dan membatu ketika makan).
Peristomium mempunyai 4 pasang tentakel yang panjang. Segmen-segmen berikutnaya
memiliki sepang parapodia (semacam kaki berdanging) dengan rambut yang banyak.
Alat pencernaan makanan terdiri atas: mulut, faring, esofagus, usus, anus.
Antara dinging tubuh dan intestin terdapat salom yang berisi alat ekskresi
(nepridium) dan alat kelamin. Sistem peredaran darah terdiri atas pembuluh
darah dorsal yang memompa darah kedepan, pembeku darah pentrasl yang
mengalirkan darah kebagian belakang. Pembuluh darah lateral adalah yang
menghubungan kepala organ-organ yang lainnya. Dinding tubuh disusun oleh
kutikula, epidermis, otot melingkr dan otot memanjang (Rusyana, 2014).
Arthropoda
(dalam bahasa latin, Arthra = ruas ,
buku, segmen ; podos = kaki) merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas,
berbuku, atau bersegmen.Segmen tersebut juga terdapat pada tubuhnya.Tubuh
Arthropoda merupakan simeri bilateral dan tergolong tripoblastik selomata.
Arthropoda adalah hewan dengan kaki beruas-ruas dengan sistem saraf tali dan
organ tubuh telah berkembang dengan baik. Tubuh artropoda terbagi atas
segmen-segmen yang berbeda dengan sistem peredaran darah terbuka. Contoh :
laba-laba, lipan, kalajengking, jangkrik, belalang, caplak, bangsat, kaki
seribu, udang, lalat atau laler, kecoa. Ukuran tubuh Arthropoda sangat beragam,
beberapa diantaranya memiliki panjang lebih dari 60 cm., namun kebanyakan
berukuran kecil.Begitu pula dengan bentuk Arthropoda pun beragam. Hewan
arthropoda memiliki bentuk tubuh simetri bilateral, triploblastik selomata, dan tubuhnya bersegmen. Tubuh
ditutupi lapisan kutikula yang merupakan rangka luar (eksosketelon). Ketebalan kutikula
sangan bervariasi, tergantung dari spesies hewannya. Kutikula dihasilkan oleh epidermis yang terdiri atas protein dan
lapisan kitin. Pada waktu serangga mengadakan pertumbuhan, kutikula akan
mengalami pengelupasan (Karmana, 2007).
Anggota dari
filum antropoda ini merupakan hewan yang kakinya bersegmen-segmen, tubuhnya
simetris bilateral yang juga biasnya
darigemn deran segmen. Pada setiap segmen atau segmen terdapat pasangan
appedage atau embelan (bagian tubuh yang menonjol dan mempunyai ujung bebas
misalnya anggota tubuh). Terdapat rangkaian luar dari kitin yang fleksibel
untuk memudahkan pergerakan bagian segmen tubuhnya. Sistem syaraf yang dimiliki
annelida. Selain sistem saraf banyak hal-hal lain yang mempuyai sipat-sipat
sama dengan annelida misalnya anggota gerak, alat ekskresi dan sebaagianya,
sehingga di anggap filum kekerabatan denagan filum Annelida. Umumnya Arthopoda
memiliki mata mejemuk, suatu tipe organ penglihatan yang berbeda dengan
Iverterberta atau verteberat lainya (Rusyana, 2014).
Mollusca (dalam
bahasa latin, molluscus = lunak) merupakan hewan yang bertubuh
lunak. Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak
bercangkang. Hewan ini tergolong triploblastik selomata. Ukuran dan bentuk mollusca
sangat bervariasi. Misalnya siput yang panjangnya hanya beberapa milimeter
dengan bentuk bulat telur. Namun ada yang dengan bentuk torpedo bersayap yang
panjangnya lebih dari 18 m seperti cum-cumi raksasa. Mollusca hidup secara
heterotrof dengan memakan ganggang, udang, ikan ataupun sisa-sisa organisme.
Habitatnya di air tawar, di laut dan didarat. Beberapa juga ada yang hidup
sebagai parasit (Maskoeri, 1992).
Mollusca
merupakan filum terbesar dari kingdom animalia. Mollusca dibedakan menurut tipe
kaki, posisi kaki, dan tipe cangkang, yaitu Gastropoda, Pelecypoda, dan
Cephalopoda. Yang pertama yaitu, Gastropoda (dalam bahasa latin, gaster =
perut, podos = kaki) adalah kelompok hewan yang menggunakan perut
sebagai alat gerak atau kakinya. Misalnya, siput air (Lymnaea), remis
(Corbicula javanica), dan bekicot (Achatiafulica) (Mukayat,
1989).
Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih
pada bagian ventrel tubuhnya. Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya.
Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel
pendek. Pada ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk
mengetahui gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai
alat peraba dan pembau. Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan
Gastropoda darat bernapas menggunakan rongga mantel (Mukayat, 1989).
Coelenterata Filum
Mollusca merupakan salah satu anggota hewan invetebrata. Anggota filum ini
antara lain remis, tiram, cumi-cumi, octopus, dan siput. Berdasarkan kelimpahan
spesiesnya Mollusca memiliki kelimpahan spesies terbesar di samping arthropoda. Ciri umum yang
dimiliki Mollusca adalah, tubuhnya bersimetris bilateral, tidak bersegmen,
kecuali Monoplacopora, memiliki kepala yang jelas dengan organ reseptor kepala
yang bersifat khusus. Pada permukaan ventral dinding tubuh terdapat kaki
berotot yang secara umum digunakan untuk begerak, dinding tubuh sebelah dorsal
meluas menjadisatu pasang atau sepasang lipatan yaitu mantel atau pallium.
Fungsi mantel adalah mensekresikan cangkang dan melingkupi rongga mantel yang
di dalamnya berisi insang. Lubang anus dan eksketori umumnya membuka ke dalam
rongga mantel. Saluran pencernaan berkembang baik. Sebuah rongga bukal yang
umumnya mengandung radula berbentuk seperti proboscis. Esophagus merupakan
perkembangan dari stomodeum yang umumnya merupakan daerah khusus untuk
menyimpan makanan dan fragmentasi. Pada daerah pertengahan saluran pencernaan
terdapat ventrikulus (lambung) dan
sepasang kelenjar pencernaan yaitu hati. Sedangkan daerah posterior saluran
pencernaan terdiri atas usus panjang yang terakhir dengan anus. Memiliki sistem
peredaran darah dan jantung. Jantung dibedakan atas aurikel dan ventrikel.
Meskipun memiliki pembuluh darah namun darah biasanya mengalami srkulasi ruang
terbuka (Rusyana, 2014).
1.2 Tujuan pratikum
Adapun
tujan dari praktikum hewan invverteberata dianataranya yaitu :
a)
Mengetahui marfologi cacing tanah (Lumbricus terestis)
b)
Mengetahui
marfologi cumi-cumi (loligo peali)
c)
Mengetahui
marfologi kerang (Anadara sp)
d)
Mengetahui
marfologi udang (Penaeus sp)
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Morfologi cacing
tanah (Lumbricus terestis)
Bentuk morfologi pada cacing laut sangat
beragam. Umumnya berukuran 5-10 cm dengan diameter 2-10 mm. Pada
tiap sisi lateral ruas tubuhnya kecuali kepala dan bagian ujung posterior,
terdapat sepasang parapodia dengan sejumlah besar setae yang terdiri atas
notopodium dan neuropodium, masing-masing disangga oleh sebuah batang khitin
yang disebut acicula. Pada notopodium terdapat cirrus dorsal dan pada
neuropodium terdapat cirrus ventral. Bentuk parapodia dan setae pada
setaip jenis tidak sama. Pada prostomium terdapat mata, antena dan
sepasang palp (Suwigny, 2005).
2.1.1 Cacing tanah (L. terestris)
Pada
umumnya jumlah ruas tidak tetap, bervariasi sekitar 25%. Ruas-ruas tubuh cacing dewasa dapat di katakan sama bentuk dan ukurannya,
kecuali bagian anterior dan poterior Setengah dari ruas
ujung paling anterior merupakan prostomium , yang adakalanya
memanjang seperti belali. Jumlah ruas atau somit pada cacing dewasa
antara 115-200 buah, ruas pertama adalah prostomium yang mengandung mulut, dan
ruas terakhir terdapat anus. Pada tiap ruas terdapat 4 rumpun setae, 2
rumpun pada dorso-lateral dan 2 rumpun pada ventro-lateral (Aslan. 2007).
Sihombing (1999), menyatakan kotoran atau feses cacing tanah yang
bertekstur halus dan subur disebut eksmecat
(casting) cacing tanah. Istilah eksmecat pada casting, karena yang
dimaksudkan dengan kasting oleh sebagian besarmenahan air sebesar 40-60%. Hal
ini karena struktur kasting memiliki ruangan-ruangan yang mampu menyerap dan
menyimpan air, sehingga mampu mempertahankan kelembaban (Venter dan Reinecke,
1988) Kualitas kasting ditentukan oleh beberapa parameter fisik, kimiawi dan
biologis. Tingkat kematangan kasting secara fisik dapat ditentukan dari bau,
warna, tekstur (ukuran partikel), temperatur dan kelembaban. Kelembaban mempunyai peranan yang sangat
penting di dalam memdeteksi keaktifan cacing tanah, karena hal ini sangat
berhubungan dengan struktur fisik dan proses kehidupan cacing tanah yang serupa
dengan hewan perairan dibandingkan dengan hewan terrestrial.
2.1.2
Habitat dan Penyebaran
Cacing tanah (L. terestris) kebanyakan terdapat di air tawar, beberapa di
air tawar , di laut, air payau dan darat. Jenis akuatik umumnya terdapat
pada daerah dangkal yang kurang dari 1 m, beberapa membuat lubang dalam lumpur,
atau sebagai aufwuchus pada tumbuhan air yang tenggelam, adapula yang membuat
selubung menetap atau yang dapat dibawa-bawa (Suwignyo, 2005).
2.1.3
Reproduksi dan Daur Hidup
Reproduksi pada Cacing laut (Nereis sp.), terjadi baik secara
aseksul maupun seksual. Reproduksi seksual terjadi dengan cara pertunasan
dan pembelahan, namun kebanyakan hanya melakukan reproduksi secara
seksual saja dan biasanya pada dioecious. Pada dasarnya hampir
semua menghasilkan gamit, namun pada beberapa jenis hanya beberapa ruas
saja. Pada beberapa jenis cacing dengan gamit yang telah matang akan
berenang menjadi cacing pelagis, setelah tubuhnya koyok-koyok dan gamit
berhamburan di air laut maka cacing tersebut mati, pembuahan terjadi di air
laut (Suwignyo, 2005).
Cacing tanah adalah hermafrodit dengan alat kelamin jantan dan betina pada
bagian ventral atau ventro lateral. Cacing dewasa kelamin ditandai dengan
adanya klitelium (seperti cincin atau pelana berwarna muda mencolok melingkari
tubuh sepanjang segmen tertentu) pada umur 2,5 bulan. Untuk menghasilkan
telur fertil, cacing harus mencari pasangan dansalng menukar sperma yang
akan membuahi sel telur. Pembuahan akan terjadi dalam masing-masing
lubang kelamin betina. Setelah pembuahan, sepanjang permukaan klitelium
akan mengeluarkan lendir yang akan mengeras dan bergerak ke belakang terdorong
oleh gerak maju cacing. Pada saat melewati lubang kelamin betina,
telur-telur yang sudh dibuahi akan masuk ke dalam selubung kokon
tersebut. Kokon yang diletakkan pada kondisi lingkungan yang cocok akan
menetas dalam 14-21 hari. Jumlah telur dalam kokon beragam, biasanya
lebih dari 10butir. Tergantung spesies, cacing dewasa mampu
menghasilkan lebih dari 2 kokon setiap 5-10 hari. Perhitungan kasar
menunjukkan setiap 100 cacing dewasa dalam kurun waktu satu tahun dapat
menghasilkan 100.000 cacing (Suwignyo, 2005)
2.1.4 Makanan dan Kebiasaan Makan
Umumnya Cacing tanah (L. terestris) mendapat makanan dengan cara menelan substrat,
dimana bahan organik yang melalui saluran pencernaan akan dicerna,
kemudian tanah beserta sisa pencernaan dibuang melalui anus. Adakalanya
makanan itu terdiri dari ganggang filamen, detritus atau diatom (Aslan, 2007).
2.1.5 Nilai
Ekonomis
Dalam bidang pertanian, cacing menghancurkan bahan organik sehingga
memperbaiki aerasi dalam struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur
dan penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah
akan menigkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman. Selan
itu juga cacing tanah dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak karena
kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi. Cacing juga
merupakan sumber protein yang berpotensi untuk dimasukkan sebagai bahan makanan
manusia seperti halnya daging sapi atau ayam, Cacing dapat diolah untuk
digunakan sebagai pelembab kulit dan bahan baku pembuat lipstik (Suwignyo,
2005).
2.1.6 Ekologi Cacing Tanah
Populasi cacing tanah sangat erat hubungannya dengan
keadaan lingkungan dimana cacing tanah itu berada. Lingkungan yang dimaksud
disini adalah kondisi-kondisi fisik,
kimia, biotik dan makanan yang secara bersamasama dapat mempengaruhi populasi
cacing tanah. Faktor-faktor ekologis yang memengaruhicacing tanah meliputi: (a)
keasaman (pH), (b) kelengasan, (c) temperatur, (d) aerasi dan CO2, (e) bahan
organik, (f) jenis, dan (g) suplai nutrisi (Suwignyo, 2005) .
Cacing tanah umumnya memakan serasah daun dan juga
materi tumbuhan lainnya yang telah mati, kemudian dicerna dan dikeluarkan
berupa kotoran. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera UtaraKemampuan
hewan ini dalam mengonsumsi serasah sebagai makanannya bergantung pada
ketersediaan jenis serasah yang disukainya, disamping itu juga ditentukan oleh
kandungan karbon dan nitrogen serasah. (Edwards dan Lofty, 1977).
Cacing tanah yang tersebar di seluruh dunia
berjumlah sekitar 1.800 spesies. Cacing tanah yang terdapat di Indonesia
tergolong ke dalam famili Enchytraeidae,
Glassocolicidae, Lumbricidae, Moniligastridae, Megascolicidae. Genus yang
pernah ditemukan ialah Enchytraeus,
Fridericia, Drawida, Dichogaster, Eudichaster,Pontoscolex, Pheretima,
Megascolex, Perionyx dan Allolobophora. Dari hasil penelitian Sudarmi
(1999) diketahui tiga spesies cacing tanah yang karakteristik hidup pada
tumpukan sampah organik pasar yaitu spesies Megascolex sp, Peryonix sp dan
Drawida sp. Dari hasil penelitian
(Arlen, dkk 1994), telah didapatkan tujuh spesies cacing tanah pada tempat
pembuangan akhir (TPA) sampah dan di timbunan sampah rumah tangga pada beberapa
kecamatan Kotamadya Medan, yaitu Megascolex sp1, Megascolex sp2, Peryonix sp,
Fridericia sp, Drawida sp, Pontoscolex corethrurus dan Pheretima sp (Suwignyo,
2005).
2.2 filum arthopoda
Antropoda ini di bagi menjdai enam kelas yaitu crustacea, onycphora,
aracholdea, olilopoda, diplipoda, dan inseta. Tetapi kdang-kadang kelas
Chilopoda dan Diplopoda.
a) Kelas
crustacea
Merupakan
kelas dari Arthropoda yang hidupnya menepati perairan baik di air tawar dan air
laut.bernafas dengan mwnggunakan insang. Tubunya terbagi menjadi: kepala (cephalo), dada (thorax) dan perut (abdomen) atau kadang-kadang kepala dan perut
bersatu cephalothorax. Kepala
biasanya terdiri dari empat segmen bersatu, pada bagaian kepalah terdapat dua
pasang antena, satu pasang mandibula
(rahang pertama) dan dua pasang maxila (rahang
kedua). Bagian dada mempunyai embelan dengan jumlah yang berbeda yang di
antaranya ada yang berfungsi sebagai alat gerak. Segmen baagian perut umumnya
sempit dan lebih mudah di gerakan di bandingkan dengan bagian kepala dan dada
bagian perut pun mempunyai embelan yang dalam ukuranya mengalami pengurangan.
Sistem peredaran darah terbuka, pernafasan ummumnya di lakukan oleh ingsang.
Pada gologan udang-udang rendah kdang-kdang pernapsan berlangsung dengan
terjadinya tukran gas oleh seluruh tubuh. Sistem syaraf terdapat pengumpulan
dan peraturan ganglia yang mana dari sana keluar syaraf-syaraf yang menujukan
ke tepi. Karena begitu banta jenis dari crustacea
ini yang sudah tentu memiliki perbedaaan-perbedaaan di
samping beberpa persamaannya, maka crustacea
ini dapat di bedakan beberapa
sub kelas. Umumnya dari kelas crustacea ini yang paling banyak di
kenal adalah jenis yang mempunyai arti
ekonomi bagi manusia seperti udang, kepiting dan sebagainya (Rusyana, 2014).
Kelas ini
sebagian besar anggotanya hidup di air, bernapas dengan insang. Tubuhnya
terdiri dari bagian kepala-dada yang bersatu (sefalotorak) dan perut (abdomen).
Crustacea eksoskeleton keras, terdiri
dari zat kitin yang berlendir. Pada bagian sefalotorak terdapat lima pasang
kaki besar yang berfungsi untuk berjalan (kaki jalan) di mana sepasang kaki
pertama berukuran lebih besar disebut keliped. Adapun di bagian abdomen
terdapat 5 pasang kaki berukuran kecil yang berfungsi untuk berenang (kaki
renang). Bagian depan sefalotorak terdapat sepasang antena panjang dan sepasang
antenule pendek. Crustacea dibedakan menjadi 2, yaitu Entomostraca (mikrocrustacea), misalnya Daphnia sp, Cyclops sp, yang merupakan komponen penting dari zooplankton.
Malacostraca (makro-crustacea),
misalnya Pinnaeus monodon (udang windu), Cancer sp (kepiting), Panulirus sp
(lobster) (Rusyana, 2014).
b) Kelas
onychopora
Kela ini
begitu tidak dikenal sehinnga tidak akan di bahasa secara panjang lebar. Hewan ini meiliki kutikulah
yang tipis, tidak bersegmen, dinding tubuh berotot, terdapat sepasang rahang
dan sebatris lubang nepridium, panjang tubuh lebih kurang 5 cm. Contohnya peripatus (Rusyana, 2014).
c) Kelas
archnoidea
Archnoidea di ambil
dari kata yunani. Yaitu archane= laba-laba. Beberapa jenis yang termasuk archnoidea ialah kalajenking, laba-laba,
caplak dan sebgainya. Tubunya terdiri dari 2 bgaian yaitu cephalothorax dan perut, terdapat 6 pasang embelan pada cephalothorax, anetna tidak ada (Rusyana, 2014).
d) Kelas
Insecta
Insekta merupakan
kelas terbesar dalam Arthropoda, bahkan anggota insekta merupakan bagian
terbesar dari filum Animalia. Lebih dari satu juta spesies Insekta hidup di
bumi ini. Dari jumlah itu setengahnya telah diuraikan secara tertulis dan
diterbitkan (Radiopoetro, 1996).
1)
Ciri-ciri Insecta
Tubuh insekta terdiri dari tiga
bagian, yaitu kepala (caput), dada (toraks), dan perut (abdomen). Di kepala terdapat bermata tunggal (oceli), mata majemuk (faset),
alat-alat mulut, mungkin juga antena. Dada terdiri dari tiga ruas, yaitu
protoraks, mesotorak dan metatoraks. Kaki dan sayap terdapat di bagian dada
(Radiopoetro, 1996).
Insekta memiliki tiga pasang kaki (heksapoda), bersayap sepasang atau dua
pasang, meski ada sebagian insekta yang tidak bersayap. Habitat di darat, air
tawar (terutama pada stadium muda), dan beberapa jenis hidup di laut. Ukuran
tubuhnya mulai dari beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter (insekta
terpanjang, Pharmacia serratipes, panjangnya mencapai 26 cm). Tipe mulut
insekta bermacam-macam (mengisap, menusuk dan mengisap, menggigit, mengunyah).
Bernapas dengan trakea yang bercabang-cabang dan terbuka pada sepasang
spirakulum pada sisi-sisi tubuh. Insekta mengalami metamorfosis, baik
metamorfosis sempurna maupun tidak sempurna (beberapa golongan serangga tidak
mengalami metamorfosis). Mempunyai sistem saraf tangga tali. Peredaran darah
terbuka, darah tidak mengandung pigmen darah (hemoglobin) sehingga hanya
berfungsi mengedarkan zat makanan saja. Pengangkutan dan peredaran gas
pernapasan (O2 dan CO2) pada insekta dilaksanakan oleh sistem trakea.
Berdasarkan metamorfosisnya insekta dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
Ametabola: serangga yang tidak mengalami metamorfosis, misalnya Lepisma sp (kutu buku). Hemimetabola: serangga yang mengalami
metamorfosis tidak sempurna, misalnya capung, belalang. Telur menetas menjadi
nimfa (miniatur serangga dewasa) lalu tumbuh menjadi serangga dewasa. Holometabola: serangga yang mengalami
metamorfosis sempurna, misalnya nyamuk, lalat, kupu-kupu. Telur menetas menjadi
larva, larva berkembang menjadi pupa (kepompong),
akhirnya menjadi serangga dewasa (Radiopoetro, 1996).
2)
Klasifikasi Insecta
Insecta terdiri dari dua subkelas, yaitu: Apterygota (serangga tidak bersayap).
Pembagian segmen tubuh Apterygota
meliputi: kepala, dada, dan perut kurang tegas. Umumnya hewan ini tidak
mengalami metamorfosis. Pterygota
(serangga bersayap). Pembagian segmen tubuh Pterygota meliputi: kepala,
dada, dan perut sudah jelas. Mengalami metamorfosis sempurna atau tidak
sempurna. Berikut contoh beberapa ordo dalam kelas Insecta: (Radiopoetro,
1996).
a) Subkelas
Apterygota
1) Ordo Protura
Protura memiliki tubuh sangat kecil
(panjang sekitar 1,5 mm), hidup di darat, tidak bersayap, tidak punya mata,
tanpa antena, tipe mulut mengisap, kaki pendek. Hewan ini hidup di sampah yang
membusuk, di bawah kulit batang membusuk. Contoh: Acerentulus sp. (Radiopoetro, 1996).
2) Ordo Thysanura
Thysanura memiliki tubuh kecil
(panjang sekitar 30 mm), hidup di darat, tidak bersayap, antena panjang, kaki
2-3 ruas, bagian belakang abdomen terdapat 3 alat tambahan panjang. Hewan ini
merupakan pemakan selulosa pada kertas. Contoh: Lepisma saccharina (kutu buku) (Radiopoetro, 1996).
3) Ordo
Collembola
Collembola tubuh kecil (panjang 2 –
5 cm), tidak bersayap, antena sedang (terdiri empat ruas), kaki terdiri atas
satu ruas. Pada bagian abdomen terdapat alat tambahan untuk meloncat (furcula).
Tipe mulutnya mengunyah, mata majemuk, tidak mengalami metamorfosis. Hewan ini
hidup di bawah dedaunan, lumut, kulit kayu, dan batu. Contoh: Entomobrya laguna (ekor loncat), Papirus
fuscus (kutu kebun) (Radiopoetro, 1996).
b) Subkelas Pterygota
1) Ordo Orthoptera
Orthoptera merupakan insekta
peloncat, femur kaki berukuran besar. Sayapnya dua pasang, sayap depan lurus,
kaku dan menyempit, adapun sayap belakang (dalam) tipis seperti membran. Saat
tidak terbang terlipat berlapis-lapis. Hewan ini memiliki mata tunggal atau
majemuk, antena berukuran sedang atau panjang. Mulut hewan ini berfungsi untuk
menggigit. Orthoptera mengalami metamorfosis tidak sempurna. Contoh: Valanga nigricornis (belalang), Gryllus sp
(jangkrik), Periplaneta americana sp (kecoa) (Radiopoetro, 1996).
2) Ordo
Dermaptera
Ukuran tubuh Dermaptera bervariasi,
dari ukuran kecil sampai cukup besar. Antena cukup panjang dan ramping. Hewan
ini bersayap dua pasang, sayap depan mengeras (disebut elytra), sayap belakang seperti selaput (disebut tegmina). Saat istirahat sayap belakang
tertutup oleh tegmina. Bagian belakang abdomen Dermaptera terdapat penonjolan
seperti capit, terutama pada Dermaptera jantan. Tipe mulutnya mengunyah. Hewan
ini mengalami metamorfosis tidak sempuna. Hidupnya bersembunyi di celah-celah
bebatuan, memakan dedaunan atau insekta lain.Contoh: Forficula auricularia (Radiopoetro, 1996).
3) Ordo Isoptera
Isoptera memiliki tubuh lunak,
bagian kepala besar dan berkitin, berukuran kecil sampai sedang. Hewan ini
hidup dalam koloni besar, terdapat polimorfisme (koloni dengan beberapa bentuk
dan tugas yang berbeda-beda). Rahangnya besar dan menonjol, mempunyai sayap dua
pasang berukuran sama panjang. Setelah dewasa, Isopter menanggalkan sayapnya.
Hewan ini mengalami metamorfosis tidak sempurna. Contoh: Reticuli termes
(rayap kayu dan tanah), Kolotermes sp
(rayap kayu kering), Zootermes sp (rayap kayu basah), Amitermes sp (rayap tanah kering), Macrotermes sp (rayap pembentuk rumah tanah/termitarium)
(Radiopoetro, 1996).
4) Ordo Anoplura
Anoplura berupa serangga kecil
(sekitar 6 mm), tak bersayap, ektoparasit pada mamalia, tubuh agak pipih. Kaki
pendek, kuat, tipe mulut mengisap. Antena pendek, tak ada mata, dada bersatu,
tarsi pendek (1 ruas), Anoplura metamorfosis sempurna. Contoh: Pediculus humanus capitis (kutu rambut kepala), Pediculus humanus corporis (kutu rambut
badan) (Radiopoetro, 1996).
5) Ordo
Homoptera
Homoptera serangga kecil atau
sedang, sayap dua pasang, dasar sayap tidak pernah mengeras. Tipe mulut
mengisap karena makanan berupa cairan tumbuhan. Homoptera mengalami
metamorfosis tidak sempurna. Jika dalam keadaan terlipat panjang sayapnya
melebihi tubuhnya. Contoh: Aphis
medicaginis (kutu daun).
6) Ordo
Hemiptera
Hemiptera termasuk serangga kecil
sampai sedang, sayap dua pasang atau tanpa sayap. Tipe mulutnya menusuk dan
mengisap, makanan berupa cairan tumbuhan atau hewan lain. Bagian depan sayapnya
menebal, bagian distal tipis seperti membran. Bagian protoraks hewan ini bebas
dan besar. Hemiptera mengalami metamorfosis tidak sempurna. Contoh Nilavarpata lugens (wereng), Laptocarixa
acuta (walang sangit), Ranatra sp (kalajengking air), Cimex lectularius (kutu
busuk) (Rusyana, 2014).
7) Ordo
Odonata
Odonata termasuk insekta besar, tubuh memanjang,
kepala dapat digerakkan bebas. Odonata mempunyai mata faset berukuran besar,
terdiri dari 30.000 omatidia. Sayapnya dua pasang, memanjang, transparan dengan
venasi yang jelas. Ujung abdomen kecil memanjang seperti ekor, hewan ini
mengalami metamorfosis tidak sempurna. Fase nimfa hidup di air, setelah dewasa
dapat terbang. Contoh: Aeshna sp
(capung) (Radiopoetro, 1996).
8) Ordo Neuroptera
Neuroptera merupakan Insekta
berukuran kecil sampai besar, tubuh memanjang, antena panjang. Neuroptera
adalah predator yang mempunyai tipe mulut untuk mengunyah. Mata besar, Abdomen
sempit dan panjang. Sayap besar, dua pasang, bervenasi seperti jala. Neuroptera
mengalami metamorfosis sempurna. Contoh: Chrysopa
oculata (lalat bermata emas), Myrmeleon frontalis (undur-undur) (Radiopoetro,
1996).
9) Ordo
Lepidoptera
Tubuh Lepidopetera berukuran kecil
sampai sangat besar (3 – 250 mm). Sayap dua pasang, besar, dilapisi sisik atau
semacam serbuk, memiliki pola warna beraneka ragam. Antenanya panjang,
tergulung rapi di bawah kepala. Lepidoptera mempunyai tipe mulut pengisap,
maksila (rahang atas) bersatu
membentuk proboscis untuk mengisap madu. Hewan ini mengalami metamorfosis
sempurna, larva berupa ulat dengan kelenjar sutera untuk membentuk
kokon. Contoh Bombyx mori
(kupu-kupu, kokonnya menghasilkan ulat sutera), Attaus atlas (kupu-kupu ulat
sutera), Potoparce sexta (kupu tomat) (Radiopoetro, 1996).
10) Ordo
Diptera
Diptera berupa insekta berukuran
kecil sampai sedang dan termasuk hewan diurnal (aktif malam hari). Sayap
sepasang (2 buah), transparan, berpangkal pada mesotorak. Sayap pada metatoraks mengalami modifikasi menjadi
semacam pemukul/halter. Tipe mulut menusuk, mengisap, dan menjilat, berbentuk
semacam proboscis.
Diptera mengalami metamorfosis sempurna.Contoh Musca domestica (lalat rumah), Drosophyla melanogaster (lalat buah),
Tabanus sp (lalat kandang), Anopheles
sp (nyamuk Malaria), Aedes aygepti
(nyamuk demam berdarah), Culex sp (Radiopoetro, 1996).
11) Ordo
Siphonoptera
Siphonoptera termasuk insekta kecil,
tidak bersayap, pandai melompat. Abdomennya besar, kepala dan dada kecil. Tipe
mulut menusuk dan mengisap. Hewan ini bersifat ektoparasit pada burung,
mamalia, reptilia. Siphonopetera mengalami metamorfosis sempurna, pupa dalam
kokon. Contoh: Pulex iritans (pinjal
manusia), Ctenocephalus canis (pinjal anjing), Ctenocephalus felis (pinjal
kucing), Xenopyllacheopsis (pinjal tikus) (Radiopoetro, 1996).
12) Ordo
Coleoptera
Coleoptera berupa serangga kecil
sampai besar. Tubuhnya keras. Sayap dua pasang, sayap depan keras (elytra), sayap belakang tipis seperti
membran. Sayap Coleoptera terlipat ke dalam saat istirahat. Coleoptera
mengalami metamorfosis sempurna, larva seperti cacing. Contoh: Necrophorus sp (kumbang sampah), Coccinela
sp, Hippodamia sp (kumbang predator hama tumbuhan), Lytta vesicatoria (kumbang
Spanyol) (Rusyana, 2014)
13) Ordo
Hymenoptera
Hymenoptera berupa serangga
berukuran kecil sampai besar, hidup berkoloni meski ada yang soliter. Sayap dua
pasang, seperti membran. Tipe mulutnya mengunyah dan menjilat, mata besar.
Hymenoptera mengalami metamorfosis sempurna, larva dalam kokon. Contoh: Apis indica, Apis mellifera (lebah madu),
Monomorium sp (semut hitam), Vespula maculate (Jawa: tawon endas)
(Radiopoetro, 1996).
e) Myriapoda
Hewan yang tergolong kelas Myriapoda memiliki banyak segmen tubuh, dapat
mencapai 100 – 200 ruas. Tubuh terdiri dari kepala yang kecil, berada pada ruas
pertama, dan perut yang pada tiap ruasnya memiliki sepasang atau dua pasang
kaki. Habitatnya di darat, bernapas dengan paru-paru buku. Pada bagian kepala
hewan ini terdapat sepasang mandibula
dan dua pasang maksila.
Kelas ini terdiri dua, yaitu: (Radiopoetro, 1996).
a) Chilopoda
Tubuh Chilopoda agak pipih (gepeng),tubunya bersegmen-segmen atau
beruas, tiap ruas tubuh terdapat
sepasang kaki. Di bagian kepala terdapat sepasang antena panjang dan semacam
cakar yang berbisa. Chilopoda merupakan hewan karnivora.Contohnya Scolopendra sp (kelabang) (Rusyana,
2014).
b) Diplopoda
Diplopoda tubuh bulat, tiap ruas tubuh terdapat dua pasang kaki. Hewan ini
menyukai tempat yang lembap. Bila menemui bahaya membela diri dengan cara
menggulung tubuhnya, Diplopoda merupakan herbivoraContoh: Spirobolus sp (luwing) (Rusyana, 2014).
f) Arachnida
Arachnida tubuh terdiri dari bagian kepala-dada yang menyatu (sefalotorak) dan perut (abdomen) yang bulat. Kepala kecil, tanpa
antena, terdapat beberapa mata tunggal (oceli).
Habitatnya di darat, bernapas dengan paru-paru buku. Mempunyai kaki empat
pasang yang terdapat pada sefalotorak. Pada sefalotorak terdapat alat tambahan
berupa sepasang kelisera yang beracun dan sepasang palpus. Pada ujung posterior
abdomen, sebelah ventral anus terdapat sutera dan bermuara pada alat serupa
pembuluh yang disebut spinneret.
Makanannya berupa cairan tubuh hewan lain dan diisap melalui mulut dan
esofagus. Jenis kelamin terpisah, fertilisasinya terjadi secara internal. Telur
yang telah dibuahi diletakkan dalam kokon-kokon sutera yang dibawa ke mana-mana
oleh hewan betina. Contoh: kalajengking, laba-laba (Rusyana, 2014).
2.3 Filum Mollusca
Berdasarkan bidang simetri, kaki , cangkok, mentel,
insang, dan sistem syaraf mollusca terdiri dari liam kelas yaitu : (1.) Ampineura (2)Gastropoda (3) scaphoda ( 4)
cephalapoda dan (5) pelycepoda
a)
Kelas Ampineura
Contohya
chiton. Tubuhnya seperti elips. Dengan bagian kepala tereduksi, bilateral
simetri, mempunyai radula bagian dorsal tubuhnya terdiri atas delapan segmen ,
kaiknya pipih dan terletak di permukaan ventral, sistem syaraf terdiri atas, cicin syaraf yang mengelilingi
syaraf dengan dua pasang jala syaraf yang menuju kebagian ventral jen9s kelamin
terpisah, larvsnys yang disebut trochopora.
Chiton menyerap perlahan di dasar laut, pada batu-batuan yang lunak.
Bagaian dorsal tubuhnya terdiri dari keping-keping kapur. Sandi antar
keping-keping kapur dapat di bengkokan sedemikian rupa sehingga tubuhnya dapat
dibulatkan seperti bola. Mulut dan anus terletak pada bagian ujung yang
berlawanan. Pada bagian kepala terdapat mulut yang belum sempurna . tidak
mempunyai tentakel dan tidak mempunyai
mata. Sistem syaraf terdiri atas cincin sirkum esafagus, dan dua cabang syaraf
(mensyarafi kaki dan mentel). Sismtem pencernaan makanan melaluidari mulut dan
berahir dengan anus. Pencernaan makan terhadap kelenjar ludahdan kelenjar hati.
Sistem peredaran darah dibagian posterior terapat jantung, aorta, dan sebuah
sinus darah mendapat O2 dari insang. Sistem ekresinya menggunakan
sepasang ginjal. Yang salaruan yang bermura kebagian pasterior. Sistem
reproduksi kelamin terpisah larvanya di sebut ctrochopora (Rusyana, 2014).
b)
Kelas Gastropoda
Gastropoda merupakan kelas mollusca yang terbesar dan populer.
Ada sekitar 50.000 spesies gastropoda yang amasih hidup dan 15.000
yang telah menjasi fosil. Oleh karena itu banyak jenis gastropoda maka hewan ini baynyak di temukan. Sebagian besar gastropoda menpunyai cankok (rumah) dan berbentuk kerucut terpilin (spiral). Bentuh tubunya sesuai dengan cangkok. Pada hal waktu
larva, bentuk tubunya simetri bilateral. Anamun ada pula gastropoda yang tidak
memiliki cangkok sehingga sering di sebut dengan siput telanjang (vaginula). Hewan ini terdapat di lautdan
ada pula yang hidup di darat. Pernapasan gastropoda
yang hidup di darat menggunakan
paru-par, ssedangkan yang hidup di laut atau di air bernafas dengan insang. Gastropoda mempunyai sistem reproduksi jantan dan betina
atau gabungan yang di sebut juga ovotestes.
Gastropoda adalah hewan yang hemaprodit, tapi tidak mampu melakukan
autofetilisasi. Adalt ekresinya berubah sebuah ginjal yang terletak pada
jantung. Hasil ekresi di keluarkan dalam rongga metel sistem peredaran darah
adalah peredaran darah terbuka. Jatung terdiri dari serabi dan bilik (vetrikel) yang terletak dalam rongga
tubuh (Rusyana, 2014).
c)
Kelas scaphoda
Contonya
dentalium anggota dari kelas ini hidup dengan cara membenamkan diri di pasir laut dangkal atau sewaktu0waktu di
laut dalam. Bebrapa spesies lebih dari 3 inch panjangnya, tetapi fosil-fosil
dapat mencapai dua kaki. Makannya berupa
hewan tau tubuhan yang bersipat mikroskopis. Struktur tubuah hewan ini di sebut
juga cangkong gigi atau cangkong gading atau taring gajah, karena cangkonya
terbullar sperti taring atau gading gajah. Tubuhnya bulat memanjang , di tutupi
oleh mentel yang dapatmembentuk cangkok tubular dan keuda ujungnya terbuka.
Kaki menonjol berbentuk kerucut, di dekat kaki terdapat mulut. Mulut memiliki
radikula dan tentakel (bertindak sebagai organ sensoris dan berfungsi untuk
memegang). Sistem sirkulasi dan respirasi di lalukan oleh mentel . sistem
rastikula nya hanya terdiri dari atas sinus yang tersebar di antara organ
tubuh. Sistem eksresi dilaikukan oleh buah kantung menyerupai ginjal dan
mempunyai lubang terbuka keluar dekat anus. Sistem reproduksi jenis kelami
terpisah, larvanya disebut trachopora (Rusyana,
2014).
d)
Kelas pelecypoda
Kelas
ini mengikuti remis, tiran dan bangsa kapah lainnya. Habitatnya di air tawar
dan di laut. Beberapa jenis membenamkan diri di pasir atau lumpur, da juga yang
bergerak pelan atau menepel pada objek
tertentu, kelas ini terdiri dari lebih dari 7.000 spesies yang tersebar
luas di seluruh dunia. Ukurannya berkisar mulai 1 mm hingga 1 m (kerang raksasa) tetapi kebayakan
berukuran 1 inch hinga 2 inch. Contohnya Anodonta
woodiana strukturtubuhnya cangkong
terdiri ats dua bagian , kedua cangkok tersebut di satukan oleh satu sandi
elastis yang di sebut hinge (terletak
di permukaan dorsal). Bagaian dari cangkok yang membesar atau mengelembung
dekat sendi disebut Umbo (bagian
cangkok yang umurnya paling tua). Di sekitar Umbo tersebut bergasris
konsentris yang menjunjukan garis interval pertumbuhan. Sel epithel bagian luar
dari mentel menghasilakan zat pembentuk cangkok. Cangkok tersebut terdiri dari tiga lapisan
yaitu 1. Periostrakum lapisan ini yang palng luar yang terbuat dari bahan
organik konkiolin, seing tak ada pada bgia Umbo.
2. Prismatik lapaisan bagian tengah
yang terbuat dari kristal–kristal kapur (kalsium
karbonat). 3. Nakreas lapisan bagian dalam yang terbuat dari
kristal-kristal kalsium karbonat dan mengeluarkan bermacam-macam warna jika
terkena cahaya. Sering juga disebut
lapisan mutiara. Lapisan nakreas dihasilkan oleh seluruh permukaan mantel,
sedangkan lapisan periostakum dari lapisan prasmatik di hasilkan oleh bagian
tepi mentel. Proses pembentukan mutiaran. Ketika substansi asing sepertihalnya
butiran butiran pasir masuk kedalam batas antara mentel bagian tepi dan kutup (valvel), lapisan empitelum mentel
mehasilkan lapisan mutiara dan
membungkus subtansi asing tersebut. Lapisan mutiran yang berbentuk kemudian
dapat saja memecahkan mentel emptelium dan masuk kedalam rongga mantel atau
pada katup (valve) (Rusyana, 2014).
Kerang Darah (Anadara granosa) Cangkang
kerang darah memiliki belahan yang sama melekat satu sama lain pada batas
cangkang. Rusuk pada kedua belahan cangkangnya sangat menonjol. Cangkang
berukuran sedikit lebih panjang dibanding tingginya tonjolan (umbone). Setiap belahan
Cangkang memiliki 19-23 rusuk. Dibanding kerang hijau, laju pertumbuhan kerang
darah relatif lebih lambat. Laju pertumbuhan 0,098 mm/hari. Untuk tumbuh
sepanjang 4-5 mm, kerang darah memerlukan waktu sekitar 6 bulan. Presentase
daging terbesar dimiliki oleh A. granola, yaitu sebesar 24,3%. Kerang darah
memijah sepanjang tahun dengan puncaknya terjadi pada bulan Agustus/September.
Hewan ini termasuk hewan berumah dua (diocis). Kematangan gonad terjadi pada
saat kerang darah mencapai ukuran panjang 18-20 mm dan berumur kurang dari satu
tahun. Adapun pemijahan mulai terjadi pada ukuran 20 mm.
Kerang Darah Kerang ini hidup dalam
cekungan-cekungan di dasar perairan di wilayah pantai pasir berlumpur. Jenis
kekerangan ini menghendaki kadar garam antara 13-28 g/kg, kecerahan 0,5-2,5 m,
dan pH 7,5-8,4. Klasifikasi kerang darah adalah sebagai berikut ;
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Mollusca
Class : Bivalvia
Ordo : Arcioda
Family :
Arcidae
Genus :
Anadara
Spesies :
Anadara granosa
e)
Kelas chepalapoda
Kelas ini meliputi cumi-cumi, sotong, nauttilus
(satu-satunya kelas chepalopoda yang mempunyai cangkok luar). Octopus (gurita) mempunyai ukuran yang sangat besar. Berdasarkan struktur
anatomi cumi-cumi lebih maju dari kepah. Struktur tubuhnya beradaptasi terhadap
kehidupan yang dapat berenang bebas. Cephalopoda kakinya terletak di bagian
kepala, mengalami modifikasi dan berfungsi untuk memegang (ber-sucker), sedangkan mentel beradaptasi untuk berenang. Contonya loligo peali struktur tubuh terdiri dari
(1). Kepala (2). Dan bdan yang di bubungkan oleh leher (Rusyana, 2014).
2.3.1 Cumi-Cumi (Loligo Peali).
Tinta cumi-cumi
bersifat alkaloid, sehingga tidak disukai oleh predator, terutama ikan. Alkaloid merupakan kelompok terbesar dari
metabolit sekunder yang beratom nitrogen dan bersifat basa, beberapa alkaloid
dilaporkan ada yang memiliki manfaat
dalam pengobatan (Mukholik, 1995). Tinta cumi-cumi ini mengandung
butir-butir melanin atau pigmen hitam. Melanin alami adalah melanoprotein yang
mengandung 10-15% protein, sehingga
menjadi salah satu sumber protein yang baik karena sama baiknya dengan
kandungan protein pada dagingnya (Astawan, 2008). Selama ini banyak masyarakat
yang menganggap tinta cumi-cumi tidak bermanfaat sehingga jika mengolah
cumi-cumi, cangkang dan kantong tintanya dibuang. Padahal tinta memiliki banyak
manfaat dan khasiat. Tinta cumi-cumi sudah banyak dikenal dalam dunia kuliner.
Di Jepang, tinta cumi-cumi dipakai sebagai bahan peningkat cita rasa, selain
itu tinta cumicumi juga memiliki khasiat untuk kesehatan (Sasaki, 1997). Tinta
cumi-cumi dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan dalam proses diversifikasi
produk. Salah satu produk yang perlu dilakukan diversifikasi adalah mi. Mi
merupakan produk yang sangat digemari oleh masyarakat indonesia, baik
anak–anak, orang dewasa maupun lanjut usia. Namun kandungan gizi dalam mi belum
menunjang nilai gizi yang diperlukan
oleh manusia, terutama anak–anak yang sangat membutuhkan asupan gizi untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Mi sangat digemari mulai anakanak hingga
lanjut usia, karena rasanya enak, praktis, dan mengenyangkan. Mi basah yang beredar
dipasaran nutrisinya kurang baik, yaitu kadar airnya tinggi, protein rendah,
vitamin rendah. Selain itu, mi basah kurang elastis dan agak lengket. Hal ini
mendorong para pengusaha untuk menggunakan berbagai bahan tambahan yang
memungkinkan terjadinya proses gelatinisasi pati-protein sempurna (Agusandi,
2013).
Selain itu para
produsen mi juga sering memberikan bahan tambahan yang dlarang untuk makanan.
Bahan Tambahan Makanan (BTM) terbagi kedalam bahan tambahan makanan yang memang
digunakan untuk makanan (food grade) seperti asam benzoat, asam propionat, asam
sorbat, kalium benzoat, sedangkan bahan tambahan yang tidak boleh digunakan
untun makanan (non food grade) diantaranya adalah dulcin, kalsium klorat,
formalin, asam borat (Agusandi, 2013).
Pada mi basah bahan
non food grade yang biasa ditemukan adalah asam borat atau biasa disebut
boraks, menurut beberapa produsen mi basah, penggunaan boraks pada pembuatan
mie akan menghasilkan tekstur yang lebih
kenyal sedangkan pemberian pewarna agar mi basah lebih menarik, namun
seringkali yang digunakan adalah pewarna kimia yang dapat berisiko toksik bagi
tubuh, hal ini jika digunakan secara
berlebihan akan menyebabkan terjadinya akumulasi didalam tubuh manusia sehingga
menimbulkan efek toksik seperti formalin yang dapat menyebabkan muntah dan
diare (Widyaningsih, 2006). Untuk itu diperlukan alternatif lain yang bersifat
aman, ekonomis dan dapat meningkatkan kualitas nutrisi. Selama ini tinta cumi
cumi belum banyak dikenal padahal didalam tinta cumi-cumi mengandung protein
sekitar 10,88%, protein ini sama baik dengan protein yang ada pada daging
cumi-cumi, kadar abu tinta cumicumi adalah 2,74% (Mukholik, 1995), sedangkan
Anonymous (1972), menyatakan bahwa kadar air tinta cumi-cumi (Loligo sp.)
rata-rata 78,46%. Dalam industri jasa boga, seperti Italia telah memanfaatkan
tinta cumi cumi sebagai sebagai salah satu bumbu masakan pasta. Di Jepang,
kantong tinta cumi-cumi (Loligo sp.)
yang berwarna hitam dipakai untuk meningkatkan flavor dan cita rasa, selain itu
warna yang dihasilkan dari pigmen juga dapat meningkatkan manfaat bahan pangan,
setiap warna yang terdapat pada bahan makanan dapat menunjukkan adanya senyawa
fitokimia tertentu yang memiliki khasiat untuk mencegah berbagai penyakit
(Astawan, 2008). Dengan penambahan tinta cumi-cumi ini diharapkan mi yang
dikonsumsi akan memiliki kualitas fisik dan nutrisi yang baik sehingga aman,
sehat dan bergizi untuk dikonsumsi (Agusandi, 2013).
BAB
III
METEDOLOGI
PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
dilaksanakan pada hari jum’at, tanggal 3 November 2017 pukul 14:40-16:20 WIB.Bertempat di
laboratorium Terpadu Universitas PGRI
Palembang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan
untuk praktikum yaitu; Bak paravin, jarum penusuk dan sarung tangan.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang
digunakan untuk praktikum yaitu; cacing tanah (Lumbricus terestis), cumi-cumi
(loligo peali), kerang (Anadara
sp) dan Udang (Penaeus sp)
3.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini yaitu:
1.
Siapkanlah bahan-bahan yang akan di
gunakan
2.
Siapkan Bak paravin dan letakanlah
masing-masing bahan tersebut di atas Bak
paravin.
3.
Amatilah bagian-bagian morfologi dari
setiap hewan tersebut
4.
Gambar dan tulislah Keteranagan morfologi
hewan tersebut dengan baik dan benar.
4.2
Pembahasan
Dari pengamatan yang telah
dilakukan telah diketahui bentuk morfologi dari cacing tanah (L. terestris) spesies kelas oligochaeta . pengamatan terhadap tubuhnya ditutupi oleh
katikula dan bersegmen-segmen. Mulut terdapat pada segmen tubuh yang
pertama dan anus terdapat pada segmen terakhir. Manfaat
Cacing Tanah Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa cacing tanah merupakan
makrofauna tanah yang berperan penting sebagai penyelaras dan keberlangsungan
ekosistem yang sehat, baik bagi biota tanah lainnya maupun bagi hewan dan
manusia. Aristoteles mengemukakan pentingnya cacing tanah dalam mereklamasi
tanah dan menyebutnya sebagai “usus bumi” (intestines of the earth) (Suwignyo,
2005).
Cacing tanah selama ini diketahui sebagai makhluk
yang berguna untuk menyuburkan tanah dan makanan ternak. Cacing tanah memiliki
manfaat yang sangat besar, seperti di Korea selatan dan Taiwan cacing telah
dikonsumsi oleh manusia untuk sumber protein hewani dan pengobatan tradisional,
yang sangat di kenal sebagai Negara yang banyak mengekspor cacing tanah (Suwignyo,
2005).
Pada pengamatan cacing tanah (L. terestris) nampak bentuk
morfologinya yaitu prostomium, klitelum, setae, mulut, segmen, dan anus.
Menurut Suwignyo dkk. (2005) bahwa bagian-bagian tersebut memiliki
fungsi masing-masing diantaranya mulut berfungsi untuk membantu menangkap
mangsa. Prostomium berfungsi sebagai tempat melekatnya organ tubuh bagian
luar. Klitelum merupakan epidermis yang menebal dan menutupi ruas-ruas
reproduktif, terutama bagian dorsal sehingga bentuknya seperti pelana kuda yang
berfungsi sebagai pembungkus telur pada saat terjadi
perkawinan/pembuahan. Anus berfungsi sebagai tempat keluarnya zat sisa
atau kotoran-kotoran yang sudah tidak dibutuhkan lagi di dalam tubuh cacing
tersebut. Pada cacing tanah bergerak menggunakan setae untuk mencengkram
atau membantu proses perkawinan.
marfologi
lumbricius terrestis , tubunya bulat memanjang, warna bagian dorsal lebih gelap
di bandingkan ventral. Segmen tubuhnya lebih dari 115 buah yang masing-masing.
Dengan 4 pasangg rambut. Pada ujung depan (anterior) ada suatu bagian atau tonjolan dagin yang di
sebut prostomium (bukan merupakan segmen). Dinding tubuh terdiri kutikula,
epidermis, dan otot memanjang. Bgaian selom memisahkan dinding tubuh dengan
intestin antara segmen yang satu dengan segmen yang lain di pisahkan oleh sekat
pemisah vertikal. Selaput yang membatasi dinding tubuh sebelah dalam disebut
peritomium. Cairan-cairan yang terdapat
di bagian selom membatu di dalam eksresi
(Rusyana, 2014).
Gerak tubuh cacing tanah , pergerakan lambat, segmen
dapat memanjang dan memendekan hingga cacing bergerak. Segmen dapat memnajang
dan menendek karena dua sel pada dinding badannya terdapat otot lingkaran dan
otot membujur. Bergerak secara berlawanan, apa bila otot lingkaran mengkerut, otot bujur akan memundur dan segmen pada
badan ccacing mengecil dan memanjang. Cacing tanah ini memiliki kutikula, yang
pada pengamtan terletak pada segmen ke 10. Memiliki prosmotium yang merupakan
tonjolan daging yang berada pada bagian ujung depan dekat segmen ke 1. Memiliki
lubanag genital yang terletak antara segmen prosmotonium dan klitelium memilki
bagian-bagian lain seperti amanialis anus, septum, seta, L. Terestis berkelamin hemaflodit dan memiliki sistem peredran
darah dan sistem pencernaan.
Pada pengamtan loligo peali atau di kenal dengan
cumi-cumi, struktur tubunya terdiri atsa bagian kepala, dan badan yang di hubungkan dengan leher.
Pada kelapa terdapat mulut yang di kelilingi oleh kaki. Kakinya terdiri dari 10
jerait, yang terdiri dari 8 lengan dan dua tenkakel. Tentakel lebih panjang
dari pada lengannya . pada permukaaan sebelah dalam jerait terdapat alat
pengisap agar mangsa dapat melekat di dalam tubuh , mulutnya terdapat lidah
yang mempunyai gigi yang tajam. Fungsinya ini sebagai penangkap mangsa dan alat
gerak. Di bawah dari kepalah terdapat cerobong menyemprot yang berfungsi untuk
mengalirkan air pada waktu bernafas atau untuk berenag dengan cepat.
Pada bagaian badan loligo peali seruh badanya di tutupi
oleh mentel. Pada bagian dorsal melekat pada badan m sedangkan pda bagian perut tidak sehingga terdapat rongga mentel,
di sebelah kanan kiri tubuh terdapat sirip
yang berfungsi sebagai pendayung untuk bergerak ke depan dan kebelakang.
Berdasarkan
pratikum yang talah dilaksanakan dapat diperoleh data sebagai berikut :
1) Achatina fulica
a. Morfologi Tubuh terdiri atas kepala, leher dan kaki dan masa
jerohan, pada kepalanya terdapat ua tentakel yaitu sepasang berukurang pendek
terletak di anterior dan mengandung saraf pembau serta sepasanfg kedua lebih
pangjang mengandung mata. Mulut achanita terletak dibagian anterior kepala
diventral tentakel tepat dibawah terdapat lubang yang berhubungan dengan
kelenjar mukosa kaki (pedal).
b. Anatomi Alat pencernaan terdiri atas mulut, masa bukal, esophagus, kelenjar ludah tombolok,
lambung kelenjar, pencernaan, usus rectum, dan anus dan kelenjar ludah yang
terletak dikanan kiri tembolok. Esophagus bermuara ke dalam tembolok serta
terdapat ureter yang merupakan saluran dari ginjal terletak disis sepangjang
rectum dan bermuara dekat anus (Jasin, 1992).
c. Fisiologi
1. System refroduksi Spermatozoa dihasilkan oleh ovotestis, keluar menuju
saluaran hermaproditin kemudian saluran sperma menuju kkeselanjutnya menuju ke
vas deverens, dan menhasilkan suatu sel overium yang dibungkus dalm cankung
yang dihasilkan oleh epitel saluran (Anonim, 2012).
2. System pernapasan System pernapasan nya adalah darah tidak berwarana dan
terdiri dari plasma darah, dan butir butir darah. Fungsi darah adalah
mengedarkan O2 keseluruh tubuh mengambil dan mengankut sisa sisa
pembakaran (Jasin, 1992).
3. System pencernaan Alat pencernaan pada hewan ini meliputi rongga mulut,
eshophgus, kelenjar ludah, krop lambung, kelnjar pencernaan usus rectum dan
anus (Jasin, 1992).
d. Habitat hewan ini dapat hidu[p didarat
khususnya daerah daerah lembab dan berair.
2. Lologo peali
a. Morfologi Cumi-cumi memiliki bentuk tubuh panjang, langsing dan
bagian belakang meruncing (rhomboidal).
Terdiri atas kepala, leher dan badan. Kepala memiliki dua mata besar dan tidak
berkelopak, Leher pendek dan badan berbentuk tabung mempunyai sirip di setiap
sisinya. Pada kepala terdapat 8 tangan dan 2 tentakel panjang yang ujungnya
terdapat batil isap. Di posterior kepala terdapat sifon atau corong berotot
yang berfungsi sebagai kemudi. Di bagian perut, terdapat cairan tinta berwarna
hitam yang mengandung pigmen melanin. Pada anterior badan terdapat endoskeleton
yang berbentuk pen atau bulu. Endoskeleton tersebut (cangkang) terletak di dalam rongga mantel berwarna putih
transparan, tipis dan terbuat dari bahan kitin. Mantel berwarna putih dengan
bintik-bintik merah ungu sampai kehitaman dan diselubungi selaput tipis berlendir (Muhammad, 2012).
Kelas
crustacea yang hidupnya menepati di
perairan dan air tawar maupun laut. Bernaafapas dengan menggunakan ingsang,
tubunya terbagi menjadi kepala, dada dan perut kadang-kadang kepala dan dada
bersatu membentuk cephalothorax.
Kepala bisaya terdiri dari emapat segmen yang bersatu, pada bagian kepala
terdapat dua pasang anteana, satu pasang mandibula (rahang pertama) dan dua
pasang makila (rahang kedua). Bagian dada mempunyai embelan dengan jumlah yang berbeda-beda yang di
natranya ada yang berfungsi sebagai alat gerak. Segmen perut umunya sempit dan
lebih mudah di gerakan disebandingkan dengan bagian kepala dan dada. Contohnya
yaitu pada udang, dan kepiting.
Berdasarkan
tubuh bagian dalam, mulut kepiting terbuka dan terletak pada bagian bawah tubuh.
Beberapa bagian yang terdapat di sekitar mulut berfungsi dalam memegang makanan
dan juga memompakan air dari mulut ke insang. Kepiting memiliki rangka luar
yang keras sehingga mulutnya tidak dapat dibuka lebar. Hal ini menyebabkan
kepiting lebih banyak menggunakan sapit dalam memperoleh makanan. Makanan yang
diperoleh dihancurkan dengan menggunakan sapit, kemudian baru dimakan (Shimek,
2008).
Kerang Kerang adalah salah satu hewan lunak (Mollusca) kelas
Bivalvia atau Pelecypoda. Secara umum bagian tubuh kerang dibagi menjadi lima,
yaitu (1) kaki (foot byssus), (2) kepala (head), (3) bagian alat pencernaan dan
reproduksi (visceral mass), (4) selaput (mantle) dan cangkang (shell). Pada
bagian kepala terdapat organ-organ syaraf sensorik dan mulut. Warna dan bentuk
cangkang sangat bervariasi tergantung pada jenis, habitat dan makanannya. Kerang biasanya simetri bilateral, mempunyai
sebuah mantel yang berupa daun telinga atau cuping dan cangkang setangkup.
Mantel dilekatkan ke cangkang oleh sederetan otot yang meninggalkan bekas
melengkung yang disebut garis mantel. Fungsi dari permukaan luar mantel adalah
mensekresi zat organik cangkang dan menimbun kristal-kristal kalsit atau kapur.
Cangkang terdiri dari tiga lapisan, yakni (Rina Hudaya, 2010):
a.
Lapisan luar tipis, hampir berupa kulit
dan disebut periostracum, yang melindungi.
b.
Lapisan kedua yang tebal, terbuat dari
kalsium karbonat; dan
c.
Lapisan dalam terdiri dari mother of
pearl, dibentuk oleh selaput mantel dalam bentuk lapisan tipis. Lapisan tipis
ini yang membuat cangkang menebal saat hewannya bertambah tua.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Dilihat dari
hasil pengamatan bahwa morfologi pada cacing tanah (L.terestris) Gerak
tubuh cacing tanah , pergerakan lambat, segmen dapat memanjang dan memendekan
hingga cacing bergerak. Segmen, Bergerak secara berlawanan, apa bila otot lingkaran mengkerut, otot bujur akan memundur dan segmen pada
badan ccacing mengecil dan memanjang.
Kelas
crustacea yang hidupnya menepati di perairan dan air tawar maupun laut.
Bernaafapas dengan menggunakan ingsang, Kepala bisaya terdiri dari emapat segmen
yang bersatu, pada bagian kepala terdapat dua pasang anteana, satu pasang
mandibula (rahang pertama) dan dua pasang makila (rahang kedua). Contohnya
yaitu pada udang.
filum Mollusca adalah cumi-cumi (Loligo sp)
memiliki bentuk tubuh panjang, langsing dan bagian belakang meruncing (rhomboidal). Terdiri atas kepala, leher
dan badan. Kepala memiliki dua mata besar dan tidak berkelopak, Leher pendek
dan badan berbentuk tabung mempunyai sirip di setiap sisinya. Pada kepala
terdapat 8 tangan dan 2 tentakel panjang yang ujungnya terdapat batil isap.
Kerang
Darah (Anadara granosa) Cangkang kerang darah memiliki belahan yang
sama melekat satu sama lain pada batas cangkang. Rusuk pada kedua belahan
cangkangnya sangat menonjol. Cangkang berukuran sedikit lebih panjang dibanding
tingginya tonjolan (umbone). Setiap belahan Cangkang memiliki 19-23 rusuk
5.2 Saran
Sebagai praktikan sangat mengharapkan kepada teman-teman agar pada saat
kita melakukan pengamatan semuanya terfokus pada apa yang diamati, dan
melaksanakan kegiatan sesuai yang ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Agusandi. 2013. Pengaruh Penambahan Tinta Cumi-Cumi (Loligo Sp) Terhadap
Kualitas Nutrisi Dan Penerimaan Sensoris Mi Basah. Vol II NO I. Di akses hari Senin 2 April 2016. Pukul
07.00 Wib.
Aslan, dkk.,
2005. Bahan Ajar Avertebrata air. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari.
Brotowidjojo.
1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga
Edwards, C.
A. and j . R. Lofty. 1977. Biology of
Earthworm. Chapman and Hall, New York.
Gaddie, R. E.
and D.E. Douglas. 1975. Earthworms for
Ecology and Profit. Volume I. Bookworm Publising Company. Ontario. Calofornia.
Jasin. 1992. Zoologi
Invertebrata. Surabaya : Sinar Wijaya.
Nontji. A. 2007.
Laut Nusantara. Penerbit
Djambatan : Jakarta
Prianto, E.
2007. Peran Kepiting sebagai Spesies Kunci (Keystone Spesies) pada Ekosistem
Mangrove. Prosiding Forum Perairan Umum Indonesia IV. Balai Riset Perikanan
Perairan Umum. Banyuasin.
Radiopoetro, 1996.
Zoologi. Penerbit Erlangga. Jakarta
Riyanto. 2003. Aspek-
Aspek Biologi Keong Mas . Vol. 8 No. 1. Di akses hari jum,at 29 april 2016.
Pukul 16.00 WIB.
Rusyana,
2014. Zoologi Inverteberta. Bandung
:Alfabeta
Shimek, R.L.
2008. Crabs, (Online). Website :
www.reefkeeping.com. Diakses pada tanggal 15 Mei 2016 pukul 15.30 wib
Sihombing,
D.T.H. 1999. Satwa Harapan I.
Pengantar Ilmu dan Teknologi Budidaya;
Cacing Tanah, Bekicot, Keong Mas, Kupu-kupu, Ulat Sutera. Pustaka Wira Usaha
Muda, Bogor.
Suwignyo, S. dkk.
2005. Avertebrata air. Penebar Swadaya. Jakarta.
No comments:
Post a Comment