Friday, 5 April 2019

STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN GASTRULASI DAN ORGANOGENESIS


STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN
GASTRULASI DAN ORGANOGENESIS
 








      Oleh  Kelompok 2:
1.      Amalia Utami              (1522220027)
2.      Laila Kartini               (1522220037)
3.      Hanifah Kusumawati (1522220030)
4.      Dimas Lukito              (1522220029)


Dosen Pembimbing :
Nur fadhilah, M.Pd



            

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Gastrulasi yaitu proses pembentukan gastrula yang ditandai dengan perubahan susunan yang sangat besar dan sangat rapi dari sel-sel embrio. Gastrulasi akan menghasilkan suatu embrio yang mempunyai tiga lapisan lembaga yaitu lapisan endoderm disebelah dalam, mesoderm disebelah tengah dan ektoderm disebelah luar. Dalam perkembangan selanjutnya, ketiga lapisan lembaga akan membentuk jaringan-jaringan khusus dan organ-organ tubuh, dimana proses ini disebut organogenesis.
Dalam pembentukan organ tubuh mahluk hidup dikenal adanya istilah organogenesis. Organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk hidup (hewan dan manusia). Bukti pertama pembentukan organ adalah adanya tiga jenis perubahan morfogenik yaitu pelipatan, pemisahan, dan pengelompokan padat (kondensasi) sel. Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase gastrula. Ciri utama dari fase gastrula adalah terbentuknya tiga lapisan germinal embrio yaitu lapisan ektoderm, mesoderm dan endoderm, yang nantinya akan berkembang menjadi turunan organ tertentu.
Lapisan-lapisan tersebut berkembang menjadi turunan jaringan dan organ masing-masing pada saat dewasa. Misalnya  lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf), integumen (kulit), rambut dan alat indera. Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon), alat reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo. Imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam pembentukan satu organ tubuh pada makhluk hidup.



1.2    Rumusan Masalah
1.         Apa itu gastrulasi ?
2.         Apa tahapan Fase Gastrula dan Gerakan Gastrulasi ?
3.         Apa tahapan Gastrulasi pada Mammalia ?
4.         Apa tahapan Gastrulasi pada Aves ?
5.         Apa tahapan Gastrulasi pada Amphibi ?
6.         Apa Pengertian Organogenesis ?
7.         Apa Tahapan Organ Mulai Berfungsi ?
8.         Apa saja Organ Sementara ?
9.         Apa saja Kajian Organogenesis ?
10.     Apa Asal Mula Pembentukan Organ ?

1.3    Tujuan
1.         Bagaimana pengertian gastrulasi ?
2.         Bagaimana tahapan Fase Gastrula dan Gerakan Gastrulasi ?
3.         Bagaimana tahapan Gastrulasi pada Mammalia ?
4.         Bagaimana tahapan Gastrulasi pada Aves ?
5.         Bagaimana tahapan Gastrulasi pada Amphibi ?
6.         Bagaimana Pengertian Organogenesis ?
7.         Bagaimana Tahapan Organ Mulai Berfungsi ?
8.         Bagaimana saja Organ Sementara ?
9.         Bagaimana saja Kajian Organogenesis ?
10.     Bagaimana Asal Mula Pembentukan Organ ?




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gastrulasi
Gastrulasi ialah proses pembentukan tiga daun kecambah, yaitu lapisan luar atau endosderm kemudian lapisan tengah atau mesoderm dan lapisan dalam atau endoderm. Gastrulasi merupakan saat yang paling kritis pada pertumbuhan embrio, karena pada saat inilah terjadi rentetan pergerakan sel-sel embrional yang diarahkan kepada pembentukan dari bagian-bagian tubuh.

2.2  Fase Gastrula dan Gerakan Gastrulasi
Setelah gastrula terus mengalami pembelahan dan pertambahan jumlah sel. Kutup animal akan berusaha membungkus kutub vegetal dengan bergerak dan melakukan invaginasi, yang sering disebut sebagai proses gastrulasi.gastrulasi ini berlangsung dengan urutan kronologis sebagai berikut:
1.      Pembentukan blastopore (saluran invaginasi)
2.      Pembentukan lapisan ektoderm,mesoderm, dan endoderm
3.      Selanjutnya sel bermigrasi dan berkohesi dengan bantuan senyawa
chaderin dan integrin.
Tahap gastrula merupakan tahap yang paling kritis, sebab selama gastrulasi terjadi perpindahan blastomer menuju keposisi untuk melakukan gerakan morfogenetik, sehingga terjadi reorganisasi susunan sel-sel yang membangun suatu embrio.

Tabel 2.1.1. Gerakan morfogenetik selama perkembangan embrio
Macam gerakan
Keterangan
contoh
Invaginasi
Pelekukan suatu lapisan sel ke arah dalam
Pembentukan arkenteron pada Amphioxus
Evaginasi
penonjolan  suatu lapisan sel kea rah luar
ekogastrulasi
Epiboli
Gerakan suatu lapisan sel (blastomer) ke lapisan dalam embrio
Gerakan sel yang akan menuju ke blastoporus
Involusi
Gerakan masuk sel (blastomer) ke lapisan dalam embrio
Gerakan sel melewati bibir blastoporus
Ingresi
Gerakan sel secara individual dari permukaan ke dalam embrio
Pembentukkan mesenkim primer blastula sea urchin
Delaminasi
Pemisahan lapisan sel menjadi dua yang pararel
Pembentukkan hipoblas pada gastrula aves
Amuboid
Gerakan sel secara individual dari suatu bagian ke bagian lain
Gerakkan sel-sel pial neural, sel bakal kelamin
         
Hasil gerakan morfogenetik selama gastrulasi adalah perubahan susunan blastomer selama tahap blastula menjadi suatu tahap yang khas setelah terbentuk tiga lapisan lembaga yaitu, endoderm, mesoderm, dab ectoderm. Lapisan sel-sel yang tersusun perkembangan selanjutnya yaitu organogenesis.
Peta nasib menggambarkan topografi bagian tertentu embrio awal yang kemudian akan mengalami perkembangan, sehingga memungkinkan ditelusuri asal satu lapisan tembaga dan gerakan morfogenetik yang terjadi. Teknik penandaan dengan agar-agar berwarna dipelopori oleh vogt. Penandaan dilakukan dengan menempelkan agar-agar berwarna di permukaan wilayah/bagian tertentu suatu blastula. Pengamatan dengan cara mengikuti bagian mana yang terwarna kemudian, sehingga dapat direkronstruksi suatu peta nasib yang menggambarkan nasib masing-masing bagian embrio awal. Istilah prosprektif atau bakal digunakan untuk menyatakan suatu wilayah akan menjadi apa pada embrio tahap lanjut.

2.3 Gastrulasi pada Mammalia
Formatif area dari blastokis mammalia terletak pada satu kutub yang disebut cakram embrional. Cakram ini terdiri dari dua lapis yaitu lapis atas disebut epiblas dan lapis bawah disebut hipoblas. Kedua lapis tersebut dihubungkan oleh sel-sel trofoblas (nonformatif cell).
Epiblas merupakan primordial dari ektoderm sedangkan hipoblas adalah primodial dari mesoderm dan notochord. Hipoblas atau lapis endoderm berperan dalam pembentukan garis primitif. Rentetan pergerakan sel-sel embrional pada embrio mamalia terjadi secara delaminasi dan involusi.
Perkembangan selanjutnya dari lapis kecambah adalah differensiasi ektoderm membentuk epidermis dan sistem saraf. Endoderm berdifferensiasi membentuk sistem pencernaan dan pernafasan, sel-sel kelenjar yang berhubungan dengan hati dan pankreas. Mesoderm berdifferensiasi membentuk otot polos, jaringan ikat, pembuluh darah, sel-sel darah, sum-sum tulang, otot skelet, serta sistem reproduksi dan ekskretorius.
Pembentukan garis primitif diawali dengan pergerakan sel-sel epiblas ke arah posteriod dan mediad. Sel-sel mesoderm juga mulai tampak diantara epiblas dan akumulasi pada suatu area akhirnya membentuk garis primitif yang memanjang. Dibagian tengah garis primitif terjadi proses invaginasi membentuk alur yang disebut primitif groove, dan keduanya mengalami involusi membentuk penebalan yang disebut primitif fold atau primitif ridge. Di bagian anterior garis primitif sel-sel aktif berproliferasi dan berakumulasi membentuk primitif knot. Di bagian tengah garis primitif juga terbentuk alur yang dalam yang disebut primitif pit.
Setelah terbentuk garis primitif embrio yang lengkap, maka sudah dapat diidentifikasi bagian- bagian tubuh yang akan berkembang menjadi bagian kaudal, kranial, dorsal, ventral, dextra, sinistra, dan sebagainya.
Pembentukan korda dorsalis atau notocord (sumbu primitif embrio) diawali oleh pembentukan sel-sel mesenkhim di daerah primitif knot.sel-sel masenkhim ini mengadakan perpindahan ke bagian kranial dan membentuk proses yang disebut notochordal processus. Proses ini selanjutnya menjulur ke primitif pit membentuk notochordal canal. Setelah melaui perkembangan lanjut seperti penggabungan dengan lapis endoderm, pembentukan notochordal plate dan akhirnya terbentuklah notochord yang sempurna. Dengan terbentuknya notochord, maka proses gastrulasi dapat dikatakan telah sempurna. Garis primitive selanjutnya mulai kurang aktivitasnya, berdegenerasi, dan struktur mengecil.


2.4 Gastrulasi pada Aves
Telur yang keluar dari kloaka kalau terjadi pembuahan berada dalam status diskoblastula. Sel-sel blastoderm terdiri dari epiblas (primordia ektoderm) dan hipoblas (primodia endoderm). Perubahan blastula menjadi gastrula terjadi kira-kira satu jam setelah telur dikeluarkan dari kloaka. Pada telur yang diinkubasi 7-8 jam, sebagian dari area pellusida mengalami penebalan karena sel-sel epiblas berproliferasi, kemudian mengadakan konfergensi (mengumpul ditengah), terbentuklah garis primitif. Daerah penebalan tersebut kemudian menjadi bagian kaudal embrio.
Sel-sel permukaan epiblas lainnya mengadakan delaminasi membentuk lapis mesoderm di antara  epiblas dan hipoblas. Dengan demikian terbentuklah tiga lapis geminal embrio, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Di sebelah sentral kuning telur terbentuk ruangyang disebut archenteron.
Sebagaiman gastrulasi pada mammalia, proses gastrulasi pada burung juga membentukprimitif groove, primitif fold, hansens node, primitif pit, dan primitif knot. Ke ektoderm di atas notochord melakukan poliferasi, menebal membentuk neural plate.
Sel-sel mesoderm juga berproliferasi ke segala arah membentuk segmen-segmen yang disebut somit (terjadi kira-kira 18 jam masa inkubasi). Selanjutnya sel-sel neural plate berproliferasi, invaginasi membentuk alur yang disebut neural groove. Dinding yang membatasi alur ini disebut neural fold.
Telur yang keluar dari kloaka kalau terjadi pembuahan berada dalam status diskoblastula. Sel-sel blastoderm terdiri dari epiblas (primordia ektoderm) dan hipoblas (primodia endoderm). Perubahan blastula menjadi gastrula terjadi kira-kira satu jam setelah telur dikeluarkan dari kloaka. Pada telur yang diinkubasi 7-8 jam, sebagian dari area pellusida mengalami penebalan karena sel-sel epiblas berproliferasi, kemudian mengadakan konfergensi (mengumpul ditengah), terbentuklah garis primitif. Daerah penebalan tersebut kemudian menjadi bagian kaudal embrio.
Sel-sel permukaan epiblas lainnya mengadakan delaminasi membentuk lapis mesoderm di antara  epiblas dan hipoblas. Dengan demikian terbentuklah tiga lapis geminal embrio, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Di sebelah sentral kuning telur terbentuk ruangyang disebut archenteron.
Sebagaiman gastrulasi pada mammalia, proses gastrulasi pada burung juga membentukprimitif groove, primitif fold, hansens node, primitif pit, dan primitif knot. Ke ektoderm di atas notochord melakukan poliferasi, menebal membentuk neural plate.
Sel-sel mesoderm juga berproliferasi ke segala arah membentuk segmen-segmen yang disebut somit (terjadi kira-kira 18 jam masa inkubasi). Selanjutnya sel-sel neural plate berproliferasi, invaginasi membentuk alur yang disebut neural groove. Dinding yang membatasi alur ini disebut neural fold.

2. 5 Gastrulasi pada Amphibi
Pada dasarnya gastrulasi pada amphibi sama dengan yang terjadi pada proses pembelahan sel telur tipis isolesital. Sel telurnya mengandung banyak kuning telur di kutub vegetal.
Epiboli berlangsung pada ektoderm serentak dengan terjadinya berbagai proses emboli, sehingga ektoderm selalu menyelubungi seluruh embrio. Invaginasi hipoblas terjadi di celah (bibir) blastofor. Sel-sel notochor yang terletak di bibir lateral blastofor bergerak secara konfergensi menuju bibir dorsal.
Mesoderm primodial yang terletak di kedua sisi notochord mengadakan konvergensi ke bibir dorsal,lalu mengadakan involusi ke celah antara ektoderm dan endoderm di kedua sisi embrio. Pada waktu proses emboli dan epiboli berlangsung, terjadi pemutaran gastrula di daerah bakal kantong kuning telur, sehingga kuning berpindah dari bagian posterior ke daerah ventral.


2.6 Pengertian Organogenesis
Organ adalah bagian tubuh individu yang tersusun atas beberapa jenis sel. Terkemas dalam jaringan, melakukan suatu fungsi tertentu atau beberapa fungsi. Contoh : paru-paru tersusun dari sel alveolus untuk fungsi pernafasan. Testis tersusun dari sel-sel spermatogenik dan sel Leydig sebagai pembentuk spermatozoa dan hormon testosteron. Organ interna di dalam tubuh, dan organ eksterna ada di luar tubuh.
Organogenesis adalah proses pembentukan organ dari bakal calon organ, kemudian menjadi calon organ, sampai akhirnya menjadi struktur dasar dan posisi anatomiknya tetap, yakni di dalam atau di luar tubuh. Proses pembentukan organ meliputi migrasi sel, morfogenesis dan histogenesis. Semula organ sebagai organ primer memiliki 2 lapis benih dan berbentuk sebagai kuntum. Sebagai contoh : kuntum anggota badan (limb bud) terdiri dari lapis ektoderm dan mesoderm. Kuntum ini tumbuh dan berkembang, susunannya menjadi semakin kompleks dan akhirnya dapat berfungsi setelah bentuk definitifnya tercapai. Rentang kajian organogenesis dimulai dari PRA ORGAN, organ primer, sampai pembentukan organ pada fetus. Organogenesis pada mencit terjadi pada hari ke 6 – 13 kebuntingan, pada ayam pada hari ke 2 – 10 masa pengeraman dan pada manusia yaitu pada minggu ke 3 – 39 kehamilan.

2.7 Tahapan Organ Mulai Berfungsi
Semua calon organ dibentuk pada waktu perkembangan embrio, tetapi mulai berfungsinya bervariasi. Jantung embrio ikan karper mulai berdenyut pada 20 jam setelah fertilisasi. Jantung embrio ayam mulai berdenyut pada jam ke 29 dalam masa pengeraman. Jantung manusia mulai berdenyut pada minggu ke 3 kehamilan. Dalam hal ini jantung meskipun secara struktur belum sempurna, namun sudah mulai berfungsi sejak awal sekali.
Organ-organ dan sistem syaraf terbentuk awal, tetapi mulai berfungsi pada waktu yang lebih akhir. Demikian juga dengan sistem reproduksi, mulai berfungsinya bahkan pada waktu yang paling akhir.

2.8 Organ Sementara
Kehidupan embrio atau larva perlu dukungan organ yang sesuai dengan
lingkungan hidupnya. Embrio ada yang berkembang di dalam uterus, telur dan air. Embrio hewan Amniota (hewan yang memiliki amnion pada penggal perkembangan awalnya), dilengkapi dengan khorion, amnion sebagai perangkat perlindungan fisik. Saccus vitellinus sebagai organ pencernaan dan allantois sebagai tempat eksresi (kantung kencing embrio). Organ-organ tadi bersifat sementara, fungsinya akan berakhir pada waktu individu anakan lahir atau menetas. Embrio burung memiliki gigi embrio yang berfungsi untuk memecah cangkang saat akan menetas.
Larva katak memiliki insang eksternal sebagai organ respirasi, ekor sebagai organ gerak dan sucker sebagai organ pelekat. Organ-organ tadi akan diresorbsi pada waktu metamorfosis. Ada sisa organ embrio yang tetap berada pada individu dewasa, seperti : appendix, yaitu bekas calon usus belakang (hind gut). Fistula (pusar yang tumbuh) sebagai bekas taki pusat, karena sisa organ itu ada pada munusia.

2.9 Kajian Organogenesis
Ada pertanyaan mendasar, dari manakah asal-usul organ? Bagaimana proses pembentukannya? Mengapa organ terbentuk tepat waktu, tepat struktur dan tepat fungsi? Apa yang terjadi seandainya ada penyimpangan ? Dalam hal kajian organogenesis, maka basis pengkajiannya didasarkan pada pendekatan deskriptif, eksperimental dan molekular.
Asal mula organ dapat ditelusuri pada telur Drosophyla. Di bagian mikrofil yang mengandung gen BICOID akan menjadi bagian kepala, sedang ujung telur yang lain akan menjadi bagian ekor. Pembelahan pada telur Caenorhabditis elegans menunjukkan sel AB akan menjadi kulit dan otot, sedang sel P akan menjadi gonade.
Bagian polus vegetativus pada telur katak yang mengandung GERM PLASM akan menjadi gonade. Telur mammalia belum dapat ditelusur bagian yang akan menjadi organ tertentu. Organogenesis dapat dipelajari secara sederhana dengan mengamati seri
perkembangan embrio pada stadium yang berurutan (Stadiasi / Staging). Contoh : embrio ikan mengikuti seri perkembangan menurut Openhaimer (Std. 1 – 40), embrio katak menurut Neukoop (Std. 1 – 46), embrio ayam menurut Hamilton-Hamburger (Std. 1 – 46), embrio tikus menurut Theler (Std. 1 – 26) dan sebagainya. Pada dasarnya seri perkembangan itu didasarkan pada hasil pengamatan bentuk dan struktur organ yang timbul pada setiap tahapan yang teridentifikasi. Untuk mengamati struktur calon organ dibuat preparat irisan dengan metode paraffin. Irisan diamati di bawah mikroskop transmisi cahaya secara seri dari awal perkembangan hingga akhir. Rekonstruksi bentuk dan struktur organ dapat dibangun dari irisan tersebut. Organogenesis dapat dipelajari dengan metode percobaan experimental. Contoh: percobaan memberi sekat pada calon jantung katak yang baru berupa sepasang pembuluh darah. Jantung yang terjadi ternyata tidak sempurna, tetapi ada kemiripan dengan struktur normalnya. Pada embrio ayam yang dilakukan pemecahan bersatunya pembuluh darah calon jantung pada umur inkubasi 24 jam pengeraman, yang terjadi adalah cardia bifida (jantung yang terbentuk 2 buah, kanan dan kiri). Pemutaran 180° calon kaki katak, hasilnya polaritas kaki bisa berubah tergantung saat pemutaran. Eksperimen dapat dilakukan pada berbagai jenis embrio. Stadium organogenesis termasuk saat-saat yang labil karena terjadi perubahan sel yang terusmenerus.
Organogenesis dikaji secara molekuler, yaitu dengan mengamati ekspresi gen atau sintesis protein baru yang terjadi pada setiap tahap perkembangan. Untuk mengamati gen yang aktif (mRNA) dengan metode in situ hibridization, sedangkan untuk protein yang baru terbentuk dengan metode immuno staining. Contoh pada irisan calon sistem syaraf (canalis neuralis dan crista neuralis) tampak bahan fibronectin di sekitar sel crista neuralis yang mengalami migrasi.




2.10 Asal Mula Pembentukan Organ
Inisiasi pembentukan organ tampak pada stadium blastula. Sel embrional belumjelas dapat dibedakan satu dengan lainnya, dan disebut dengan blastoderm. Pada embrio katak, perbedaan ukuran sel menyebabkan terjadinya mikromer, medomer dan makromer. Beda lokasi menyebabkan penyebutan bagian yang berbeda seperti : sentroblast, periblast, epiblast, hypoblast dan sebagainya pada embrio burung.
Pada tingkat gastrula awal, bagian-bagian yang disangka akan menjadi organ dapat dibuat peta nasib (fate map). Gastrula katak terdapat 6 daerah calon pembentuk organ : epidermal (kulit), neurooptodermal (syaraf), mesodermal (mesoderm), sentrodermal (entoderm), dan germinal (gonade). Gastrula burung dan mammalia bentuknya mirip, yaitu sebagai dataran. Bagian yang akan membentuk badan embrio disebut dengan embryoblast (discoblast). Pada dataran itu terbentuk stria primitiva sebagai sumbu panjang embrio.
Pada tingkat neurula terbentuk lamina neuralis (neural plate) sebagai awal organogenesis. Karena sumbu panjang embrio sudah jelas, maka ada bagian anteriorposteriorbadan embrio. Di bagian anterior timbul lipat kepala, bagian badan dan somit, dan di bagian posterior ada sisa stria primitiva.
Pada tingkat neurula, bentuk dan struktur embrio ikan, katak, kadal, burung dan tikus tampak sama. Ini disebut stadium filotipic. Struktur luar terdiri dari bagian kepala dengan mata, bagian leher dengan arches visceralis (5 buah), bagian badan dengan somit (segmen mesoderm), sedangkan calon anggota badan belum muncul.
Pada stadium fetus, semula calon organ sudah terbentuk dan bentuk bangun embrio sudah seperti tatanan sesuai spesies masing-masing. Calon organ tumbuh dan berkembang menjadi semakin kompleks, namun belum berfungsi sepenuhnya.




Lapis Benih (Germ Layer)
Tiga lapis benih dibedakan menjadi ekto-, meso- dan endoderm. Sel ektodermberbentuk kubus, sel rapat, penanda molekul adalah keratin atau melanin pada embrio katak. Sel mesoderm berbentuk stellat, polygonal, antar sel-selnya longgar, penanda molekulnya adalah laminin. Sel endoderm berbentuk kubus, sel rapat dan penanda molekulnya adalah gastrin.
Adanya molekul penanda berarti sudah terjadi diferensiasi, tetapi belum bersifat akhir. Semua masih bisa berubah secara struktural (trans differentiation). Proses organogenesis sangat dinamis, lapis satu dengan yang lain bisa terjadi interaksi, induksi, separasi, kondensasi dan sebagainya. Lapis ektoderm bisa masuk ke dalam embrio yang jauh dari asal lapisannya. Ke tiga lapis itu akan mengalami diferensiasi dan membentuk organ primer, kemudian berkembang menjadi organ fungsional, baru setelah itu individu muda akan lahir atau menetas.

Jaringan Embrio
Jaringan terdiri dari sel dan substansi antar sel. Ada 4 macam jarignan pada embrio, yaitu: epithelium, mesenkhim, endothelium dan neural, serta produk antar sel. Epithelium, misalnya neuroepithelium pada canalis neuralis, mesothelium pada somit dan epithelium pada entoderm/endoderm. Mesenkhim merupakan perkembangan mesoderm somit di semua bagian embrio yang akan menjadi calon tulang, otot, darah dan berbagai calon organ mesodermal lainnya. Sel mesenkhim akan menjadi berbagai sel : endothelium, hipoblast, chondoblast, fibroblast, osteoblast, dan myoblast. Mesenkhim juga menjadi hemositoblast yang menjadi eritrosit, monosit, trombosit, leucosit dan makrofage.
Substansi antar sel baru berupa molekul yang dihasilkan oleh sel sebagai Cell Adhession Molecule (CAM). Berbagai jenis CAM yaitu neural cell adhession molecule (NCAM). Cadhrin, substansi yang mengandung ion Ca2+ integrasi sebagai media untuk menyatukan CAM dengan substrat antar sel (MAS). Laminin adalah glikoprotein.
Fibronektin yang berupa glikoprotein berfungsi sebagai media untuk migrasi calon sel syaraf. Semua protein antar sel berfungsi untuk proses morfogenesis. Sel embrio tidak pernah berhenti dalam proses perkembangan, selalu dinamis. Sel mengeluarkan substansi untuk menginduksi sel lain agar dapat tumbuh dan berkembang. Bila sel fibroblast dikultur mensekresikan growth factor (FGF), maka dia dapat menstimulasikan perkembangan sel yang lain. Sel epithel mengeluarkan platelate epidermal growth factor (PEGF).
Pada embrio katak, jaringan khorda mesoderm, atau khorda dorsalis
mensekresikan khordin (nogin) yang dapat menginduksi lamina neuralis untuk berkembang menjadi canalis neuralis. Proses pembentukan canalis neuralis sebagai induksi primer. Terbentuknya canalis neuralis juga disebut sebagai neurula primer, juga sebagai organ primer. Sel darah tidak terikat satu dengan lainnya, bebas bergerak naum ada molekul di membrannya, yaitu lectin.

Model Pembentukan Organ
Pada awalnya organ terbentuk secara sederhana, yaitu: melekuk, menonjol, melipat, menebal, den membentuk kuncup. Kemudian terjadi interaksi, induksi antar 2 lapis benih untuk membentuk struktur organ.
Calon organ Ektoderm
a. Melekuk (invaginasi). Epitel atau epidermis melekuk selanjutnya berinteraksi dalam mesenkhim, akhirnya membentuk struktur organ. Contoh: pembentukan rambut, kelenjar keringar, kelenjar mammae, gigi dll.
b. Menonjol (evaginasi). Epidermis menonjol dan melipat, kemudian membentuk struktur organ. Contoh: pembentukan bulu, sisik dll.
c. Menonjol dengan jaringan di bawahnya (kompleks). Epidermis dan dermis, serta mesenkhim tumbuh. Diikuti oleh tumbuhnya syarat. Contoh: pada pembentukan anggota badan, kaki, sayap dan karapak.
Calon organ dari Mesoderm
Model pembentukan struktur organ (morfogenesis) dari mesenkhim meliputi :
a. Kondensasi. Mesenkhim yang semula merenggang kemudian merapat membentuk sentrum. Contoh: pada pembentukan kartilago.
b. Pembelahan sel yang terus-menerus. Sel mesenkhim proliferasi terus-menerus dan tumbuh memanjang. Contoh: pada pertumbuhan anggota badan.
c. Migrasi sel. Sel bergerak menuju lokasi tempat pembentukan organ yang jauh dari asalnya. Contoh: mesenkhim pembentuk jantung.
d. Sel mesenkhim mengeluarkan substansi tertentu. Extra Cellular Matrix (ECM) disekresikan oleh sel mesenkhim. Contoh: mesenkhim yang akan menjadi kartilago.
e. Melipat membentuk saluran. Dinding coelom di bagian dorsal terbentuk 1 pasang saluran yang akan menjadi saluran kelamin. Contoh: pada terjadinya ductus Mulleri.
Calon organ dari Entoderm
a. Melekuk dan meninggi. Di bagian pharynx terjadi 5 pasang arches visceralis (celah insang).
b. Membentuk kuntum atau diverticulum. Penonjolan entoderm calon paru, pancreas, hari, empedu dari calon usus depan (fore gut).
c. Membentuk tonjolan kantung vitellus.
d. Membentuk tonjolan allantois.

Perkembangan Lapis Benih
Awal tubuh vertebrata, khususnya mammalia terdiri dari 3 lapis, berkembang menjadi 12 sistem organ, kemudian mempunyai calon organ sejumlah ± 48 jenis, diferensiasi menjadi ± 200 jenis sel dan jumlah sel yang belum bisa dihitung. Sebagai gambaran: jumlah sel pada jenis cacing cutera Chaenorhabditis elegans, pada waktu memutus: panjang 1 mm, sel badan 959 buah, sel kelamin 1050 buah, sel syaraf 30211 buah, sel dalam program kematian 105. Tubuh C. elegans tidak kompleks seperti halnya tubuh vertebrata, tapi pola dasarnya serupa.
Ringkasan perkembangan calon pembentuk organ pada Blastula-Gastrula adalah sebagaiberikut :
Epiderm berkembang menjadi :
a. Epidermis berkembang menjadi rambut, bulu, sisik, kuku, cakar, tanduk dlsb.
b. Lensa mata, organ dalam telinga, alat sensoris pada hidung, organ pada kulit, organ sensoris pada kulit.
c. Stomodaeum (calon mulut) berkembang menjadi rongga mulut, adenohipofise, gigi, dan kelenjar-kelenjar di dalam mulut.
d. Proctodaeum (calon anus) mengembangkan lapisan epitel anus.

Neuroektoderm berkembang menjadi:
a. Canalis neuralis (neural tube).
b. Nervus opticus dan lensa mata.
c. Syaraf perifer dan ganglion.
d. Kromatofora, jaringan kromafin seperti sel pigmen pada kulit, peritoneum seperti sel kromafin pada supra renalis.
e. Mesenkhim di kepala, neuroglia.
f. Otot halus pada iris.

Mesoderm berkembang menjadi:
a. Epimer, mesomer, hipomer dan tubus mesoderm.
b. Epimer penginduksi canalis neuralis.
c. Otot sadar dan tidak sadar.
d. Mesenkhim, jaringan ikat, tulang rawan dan tulang keras.
e. Darah dan organ limfatik.
f. Gonade (selain sel kelamin), saluran reproduksi, kelenjar asesoris alat reproduksi.
g. Ginjal, ureter, otot-otot kandung kemih, otot-otot uterus, vagina dan urethra.

Calon Khordadorsalis berkembang manjadi:
a. Membentuk khordadorsalis (batang punggung) sebagai sumbu anterior-posterior.
b. Sebagai penginduksi pembentukan medulla spinalis.
c. Sebagai khorda dorsalis permanen pada Amphioxus atau batang punggung sebagai skeleton hewan chordata rendah.
d. Sisa khordadorsalis terdapat di antara vertebrae chordata tinggi.

Calon entoderm berkembang menjadi:
a. Lapisan epitel calon usus (gut) meliputi epitel pharynx, epitel saluran eustachius, epitel telinga dalam, parateroid dan timus, epitel kelenjar tiroid, epitel larynx, trachea dan paru-paru, epitel usus, pankreas, hepar dan kelenjar-kelenjar pencernaan.
b. Epitel kandung kemih, vagina, urethra dan keslenjar asesoris alat genital.
c. Epitel kantung Seasel (head gut).
d. Epitel appendix.

Daerah germinal (mengandung calon sel kelamin) berkembang menjadi:
a. Primordia sel kelamin atau pada hewan-hewan di bawah mammalia akan menjadi sel kelamin langsung.
b. Primordial sel kelamin menjadi sel kelamin jantan atau betina pada mamalia.













BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam pembentukan organ tubuh mahluk hidup dikenal adanya istilah organogenesis. Organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk hidup (hewan dan manusia). Bukti pertama pembentukan organ adalah adanya tiga jenis perubahan morfogenik yaitu pelipatan, pemisahan, dan pengelompokan padat (kondensasi) sel. Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase gastrula. Ciri utama dari fase gastrula adalah terbentuknya tiga lapisan germinal embrio yaitu lapisan ektoderm, mesoderm dan endoderm, yang nantinya akan berkembang menjadi turunan organ tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A. 2004. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Putra, Ramadhani E,  2002. Anatomi Dan Fisiologi Hewan. Jakarta: Erlangga,



No comments:

Post a Comment

LAPORAN PRAKTIKUM II PENGAMATAN KOLENKIM PADA BATANG DAN APERTURA PADA BIJI

LAPORAN PRAKTIKUM II PENGAMATAN KOLENKIM PADA BATANG DAN   APERTURA PADA BIJI Oleh : Dimas Lukito Agung   (1522220029) ...