LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
LAJU PERNAPASAN IKAN
![]() |
Disusun Oleh :
Nama :
Syahirul Alim
Nim :
2017411019.P
Dosen : Yunita
Panca Putri, S.Si., M.Si
PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 2018
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses respirasi ikan
menggunakan pertukaran lawan arus (countercurent exchange), pertukaran zat-zat
atau panas diantara dua cairan yang mengalir ke arah yang berlawanan. Pada
insang ikan, proses ini memaksimalkan efisiensi pertukaran gas. Karena darah
mengalir ke arah yang berlawanan dengan air yang melewati insang, pada setiap
titik dalam jalur yang di lewati, darah mengandung lebih sedikit Oksigen
daripada air yang di jumpainya. Sewaktu memasuki kapiler insang darah bertemu
dengan air yag sedang menempuh perjalanan melalui insang. Meskipun banyak
Oksigen terlarutnya sudah hilang, air ini tetap memiliki PO2 yang lebih tinggi
daripada darah yang datang, dan transfer Oksigen pun berlangsung. Sewaktu darah
meneruskan perjalanannya, PO2 nya terus meningkat begitu pula dengan PO2 air
yang di temuinya, karena setiap posisi yang mengikuti perjalanan darah terkait
dengan posisi sebelumnya di dalam aliran ir di dalam insang. Dengan demikian
terdapat gradien tekanan parsial yang mendukung difusi oksigen dari air ke
darah di sepanjang kapiler (Campbell, 2004).
Suhu tubuh hewan
poikilotermik ditentukan oleh keseimbangannya dengan kondisi suhu lingkungan,
dan berubah-ubah seperti berubah-ubahnya kondisi suhu lingkungan. Pada hewan
poikilotermik air, misalnya kerang, udang dan ikan, suhu tubuhnya sangan
ditentukan oleh keseimbangan konduktif dan konvektif dengan air mediumnya, dan
suhu tubuhnya mirip dengan suhu air. Hewan memprodukdi panas internak secara
metabolik, dan ini mungkin meningkatkan suhu tubuh di atas suhu air. Namun air
menyerap panas begitu efektif dan hewan poikilotermik tidak memiliki insulasi
sehingga perbedaan suhu hewan dengan air sangat kecil (Soewolo, 2000).
Respirasi eksternal
sangat dipengaruhi oleh kadar oksigen
didalam lingkunga organisme yang bersangkutan. Untuk lingkungan air,
kadar oksigen dipengaruhi oleh kelarutan oksigen dalam air. Kelarutan oksigen
dalam cairan secara umum dipengaruhi oleh: Tekanan parsial oksigen (O2) di atas
permukaan cairan. Makin tinggi tekanan O2 di atas permukaan cairan, makin
tinggi pada kelarutan oksigen di dalam cairan. Suhu cairan atau medium. Makin
tinggi suhu cairan atau medium, makin rendah kelarutan oksigen dalam cairan
atau medium. Kadar garam di dalam cairan. Makin tinggi kadar garam, makin
rendah kelarutan oksigen di dalam cairaN.
Oksigen terlarut
(Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan,
proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk
pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk
oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama
oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas
dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin,
2005).
1.2 Tujuan praktikum
Adapun
Tujuan praktikum yaitu untuk mengetahui serta pengaruh suhu air dan laju
pernapasan ikan emas ( Crypnus carpio).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pernapasan pada ikan
Proses pernapasan dapat
dibagi menjadi 4 tahap, yakni: (1) pertukaran udara melalui permukaan alat
pernapasan, (2) difusi oksigen dan karbondioksida antara insang dan darah, (3)
transpor oksigen dan karbondioksida di dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari
sel, dan (4) pengaturan pernapasan. Proses ini dapat berlangsung karena adanya
perbedaan tekanan parsial gas (Fujaya, 2008).
Proses pernapasan pada
ikan adalah dengan cara membuka dan menutup mulut secara bergantian dengan
membuka dan menutup tutup insang. Pada waktu mulut membuka, air masuk ke dalam
rongga mulut sedangkan tutup insang menutup. Oksigen yang terlarut dalam air
masuk berdifusi ke dalam pembuluh kapiler darah yang terdapat dalam insang. Dan
pada waktu menutup, tutup insang membuka dan air dari rongga mulut keluar
melalui insang. Bersamaan dengan keluarnya air melalui insang, karbondioksida
dikeluarkan. Pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi pada lembaran
insang.
Insang pada ikan
dibedakan menjadi dua macam yaitu insang dengan tutup insang (operkulum) dan
insang tanpa operkulum. Insang dengan operkulum dimiliki oleh ikan bertulang
sejati sedangkan insang tanpa operkulum dimiliki oleh ikan bertulang rawan.
Ikan bertulang sejati umumnya memiliki empat pasang insang pada masing-masing
sisi faring dan terlindungi oleh operkulum. Masing-masing insang terdirri dari
sebuah lengkung insang (arkus brankhialis) dan tersusun atas tulang rawan
Selain insang atau
paru-paru, beberapa jenis ikan memiliki alat pernapasan tambahan yang dapat
mengambil oksigen secara langsung dari udara, seperti insang tambahan yang
dimiliki oleh ikan lele (claria sp.) bebentuk pohon di bagian atas lengkung
insang kedua dan ketiga disebut arborescent organ, kulit yang dimiliki oleh
ikan blodok (Periopthalmus dan Boleopthalmus) selain penutup insang yang
berkembang berlipat-lipat dan bagian dalamnya terdapat banyak pembuluh darah.
Ikan-ikan yang memiliki alat pernapasan tambahan mampu bertahan hidup dalam
kondisi hipoxia, bahkan anoxia (Soesono, 1983).
Oksigen sebagai bahan
pernapasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh karena
itu, kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh kemampuannya memperoleh
oksigen yang cukup dari lingkungannya. Berkurangnya oksigen terlarut dalam
perairan tentu saja akan mempengaruhi fisiologi respirasi ikan dan hanya ikan
yang memiliki sistem respirasi yang sesiuai dapat bertahan hidup (Fujaya,
2001).
Insang merupakan
komponen penting dalam pertukaran gas. Insang terbentuk dari lengkungan tulang
rawan yang mengeras dengan beberapa lamella primer insang didalamnya. Tiap-tiap
lamella primer insang terdiri atas banyak lamella sekunder yang merupakan
tempat pertukaran gas. Tugas ini ditunjang oleh struktur lamella sekunder yang
tersusun atas sel-sel epitel tipis pada bagian luar. Membran dasar dan sel-sel
tiang sebagai penyangga pada bagian dalam. Pinggiran lamella sekunder yang
tidak menempel pada lengkung insang sangat tipis, ditutupi oleh epitelium dan
mengandung jaringan pembuluh darah kapiler, Fujaya (1999).
Insang mempunyai
peranan yang sangat penting sebagai organ yang mampu dilewati air maupun
mineral serta tempat dibuangnya atau diekskresikannya sisa metabolisme, Affandi dan Tang (2002).
Fujaya (2001),
menyatakan bahwa insang yang rusak dapat mengurangi pertukaran gas-gas
pernapasan antara insang dengan lingkungan sekitarnya dan ini dapat menyebabkan
busung udara pada ikan uji tersebut.
Salah satu penyebab
rendahnya konsentrasi oksigen dalam air adalah masuknya bahan pencemar. Jika
konsentrasi oksigen dalam perairan jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan
keadaan jenuh dapat diartikan telah terjadi pencemaran (Kusnoputranto, 2000).
Pencemaran
didefenisikan sebagai dampak negatif (pengaruh yang membahayakan) bagi
kehidupan biota, sumber daya, kenyamanan ekosistem, serta kesehatan manusia,
dan nilai guna lainnya dari ekosistem, baik disebabkan secara langsung maupun
secara tidak langsung oleh pembuangan bahan-bahan atau limbah ke dalam perairan
yang berasal dari kegiatan manusia. (Dahuri, 2002)
Pencemaran dapat
disebabkan oleh padatan ataupun cairan. Pencemaran dalam bentuk padatan
misalnya pasir, tanah, tinja, sampah dan sebagainya. Sedangkan pencemaran dalam
bentuk cairan ditentukan oleh tersusupensi atau bahan terlarut didalamnya
(Klein, 2003).
Di lingkungan perairan,
pencemaran air oleh pestisida (termasuk deterjen) terutama terjadi melalui
aliran air dari tempat-tempat kegiatan manusia yang menggunakan pestisida dalam
usaha menaikkan produksi pertanian/peternakan. Di dalam air kadar atau jumlah
pestisida yang tinggi dapat menimbulkan kematian organisme air secara tidak
langsung yakni sebagai akibat pengendapan dan berkumpulnya pestisida didalam
tubuh ikan/organisme air. Pada kadar yang rendah kemungkinan yang besar
menyebabkan kematian organisme (Klein, 1962).
Deterjen termasuk bahan
pencemar di perairan, dimana bahan pencemar (polutan) merupakan bahan-bahan
yang bersifat asing bagi alam atau bahan yang berasal dari alam itu sendiri
yang memasuki suatu tatanan ekosistem sehingga mengganggu peruntukan ekosistem
tersebut. Berdasarkan sifat toksiknya deterjen termasuk pada polutan toksit
yang dapat mengakibatkan kematian (lethal) maupun bukan kematian (sub-lethal),
misalnya terganggunya pertumbuhan, tingkah laku dan karakteristik morfologi
berbagai organisme akuatik, Simaeremare (2008).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 26 Maret
2018 pukul 10:00-12:00 WIB. Bertempat di laboratorium Terpadu
Universitas PGRI Palembang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
. Adapun alat-alat
yang dibutuhkan dalam praktikum ini Ember dan Stopwatt.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan bahan yang
digunakan dalam praktikum ini yaitu Ikan, dan air.
3.3
Prosedur
Kerja
a.
Siapkan alat dan
bahan di atas meja.
b.
Ambil ember,
air, ikan dan stopwatt.
c.
Kemudian ambil
air dengan suhu kamar, lalu masukan ikan ke dalam ember, kemudian hitung
operkulum dengan waktu 5 menit setiap ikan yang
di masukan. Begitu pun ikan yang lain selanjutnya dengan
d.
Kemudian catat
hasilnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Tabel
1 hasil pengamatan laju pernapasan ikan
No
|
Air
|
P1
|
P2
|
1
|
Suhu kamar
|
82
|
92
|
2
|
Hangat
|
124
|
140
|
3
|
Panas
|
13
|
15
|
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan
ikan pertama yang di masukan di suhu
kamar biasa pada ikan pertama membuka dan menutup operkulum yaitu 82 dalam 5
menit. Pada ikan peratama dengan suhu
biasa adaptasi atau ikan sudah terbiasa dengan di habitat nya, ikan yang ke dua
dengan suhu kamar berbeda yaitu, 92 membuka dan menutup operkulum, karena suhu
kamar biasa itu sudah terbiasa habitat nya.
Respirasi pertukaran
gas adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida antara sel-sel yang aktif
dengan lingkungan luarnya atau antara cairan tubuh hewan dengan lingkungan
tempat hidupnya. Definisi respirasi juga meliputi proses biokimia yang
berlangsung di dalam sel berupa perombakan molekul-molekul makanan dan transfer
energi yang dihasilkan (respirasi seluler). Proses respirasi erat kaitannya
dengan laju metabolisme (metabolit rate) yang didefinisikan sebagai unit energi
yang dilepaskan per unit waktu. Laju respirasi pada hewan tergantung pada
aktivitas metabolisme total dari organisme tersebut. Fungsi utama respirasi
adalah dalam rangka memproduksi energi melalui metabolisme aerobik dan hal
tersebut terkait dengan konsumsi oksigen (Santoso, 2009).
Pada air hangat ikan
pertama membukan dan menutup overculum 124
dan ikan kedua membuka dan menutup 140, di karenakan suhu hangat
sehingga banyak membutuhkan oksigen.
Pergantian suhu air
mengakibatkan oksigen yang terlarut di dalam air menjadi berkurang jika suhu di
berikan semakin tinggi atau rendah, maka akan mengakibatkan overcullum semakin
bergerak cepat dikarenakan oksigen terlarut semakin rendah sehingga ikan harus
berusaha keras untuk mendapatkan oksigen berada di dalam air tersebut, disini
ikan akan semakin membutuhkan oksigen ketika oksigen terlarut turun. Menurut
Salmin (2005) kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya
oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik, pada
kondisi aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini
digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari
proses oksidasi.
Pada air panas
ikan yang di masukan ke dalam air panas
hanya 13 dan 15 kali membuka overculum pada ikan peertama dan kedua, sehingga
belum sampai menit 5 ikan yang di amati sudah mati.
Stickney (1979)
menyatakan salah satu penyesuaian ikan terhadap lingkungan ialah pengaturan
keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya, karena sebagian hewan
vertebrata air mengandung garam dengan konsentrasi yang berbeda dari media
lingkungannya. Ikan harus mengatur tekanan osmotiknya untuk memelihara
keseimbangan cairan tubuhnya setiap waktu.
Insang tidak saja
berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat
ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan
osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan
ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan
rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan 02
sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan 02. Contoh ikan yang mempunyai
labirin adalah: ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan 02, selain
dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat
punggung.
Pada praktikum kali ini kita dapat memahami bahwa
sebenarnya suhu air pada media beaker glass ini dalam suhu 28° C lebih tinggi
dari pada suhu kamar yng ada di ruangan yaitu 25° C, sehingga pada waktu
dipindahkan ke dalam beaker galss ikan tersebut akan mengalami stress.
Sedangkan ukuran ikan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu ikan ukuran
benih yang sangat rentan dan juga mudah stress sehingga agak juga untuk melihat
mekanisme membuka serta menutupnya overculum ikan tersebut.
Klasifikasi
ilmiah
Kerajaan :Animalia
Filum :Chordata
Kelas :Actinopterygii
Ordo :Cypriniformes
Famili :Cyprinidae
Genus :Cyprinus
Spesies :C.
carpio
Nama
binomial Cyprinus carpio (Linnaeus,
1758)
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari praktikum diatas
tersebut dapat kami simpulkan bahwa perubahan suhu lingkungan pada ikan itu
sangat mempengaruhi laju konsumsi oksigen pada ikan tersebut, dalam suhu kamar
kebutuhan oksigen lebih optimal sehingga gerakan membuka serta menutupnya
operculum stabil.
a.
Kenaikan suhu
pada suatu peraiaran menyebabkan kelarutan oksigen (DO) Dissolve Oksigen di
peraiaran tersebut akan menurun, sehingga akan kebutuhan organisme air terhadap
oksigen semakin bertambah dengan pergerakan operculum yang semakin cepat,
penurunan suhu pada suatu perairan dapat menyebabkan kelarutan oksigen dalam
perairan itu meningkat sehingga kebutuhan organisme dalam air terhadap oksigen
semakin berkurang, hal ini menyebabkan jarangnya frekuensi membuka serta menutupnya
overculum pada ikan tersebut.
b.
Terdapat
hubungan antara peningkatan temperature dengan laju metabolisme biasanya 2 – 3
kali lebih cepat pada setiap peningkatan suhu 10° C, aklimasi pada ikan
dilakukan agar ikan tidak mengalami stress pada saat berlangsungnya pengamtan
tersebut.
5.2 Saran
Dari praktikum diatas
tersebut dapat kami saran bahwa dalam melakukan praktikum harus lebih teliti
lagi dan lebih pokus lagi sehingga tidak terjadi kesalahan dalm penghitungan
overculum.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R dan U. M. Tang. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press. Pekanbaru.
Dahuri, R. 2002.
Keanekaragaman Hayati Laut Aset
Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Fujaya, Y. 2001.
Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan.
Rineka Cipta. Bogor.
Klein, L. 2000.
Reser Pollution II. Causes and Effectens.
Butterwort and Cl. Ltd. Surabaya.
Kordik, M.G.H.
2005. Budidaya Ika Patin, Biologi,
Pembenihan dan Pembesaran. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
Kusnoputranto,
H. 2002. Air Limbah dan Eksrets Manusia.
Aspek Kesehatan Masyarakat dan Pengelolaannya. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. UI Press.
Simaremare,
Riko. J. E. 2008. Struktur Histologi Ikan
Mas yang Dipaparkan Pada Air Deterjen Rinso.Skripsi MSP FAPERIKA Unri.
No comments:
Post a Comment