LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM
HEWAN VERTEBRATA
\
Disusun Oleh :
Nama :
Syahirul Alim
Nim :
2017411019.P
Dosen :
Yunita Panca Putri, S.Si., M.Si
PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 2017
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dunia ini memiliki
begitu banyak keanekaragaman. Keanekaragaman itu sendiri tidaklah terlepaskan
dari berbagai jenis hewan dan tumbuhan yang ada di dunia ini.Keanekaragaman
yang ada pada tumbuhan begitu banyak jenisnnya, begitu pula dengan
keanekaragaman yang ada pada hewan. Hewan berdasarkan ada tidaknya tulang
belakang terbagi menjadi dua, yaitu hewan vertebrata dan invertebrata. Hewan
vertebrata merupakan hewan yang bertulang belakang sedangkan invertebrata
merupakan hewan yang tidak bertulang belakang. Beralih ke vertebrata, contohnya seperti
ikan(pisces).
Ikan
(pisces) merupakan hewan bertulang belakang
yang hidup di air, berdarah dingin, bernapas menggunakan insang, biasanya
tubuhnya bersisik, dan bergerak sertamenjaga keseimbangan badannya dengan
menggunakan sirip. Ikan (pisces) juga
merupakan hewan vertebrata yang mempunyai tiga klasifikasi, yaitu Agnatha
(Cyclostomata) atau tidak mempunyai rahang, Chondrichthyes atau
rahang/rangkannya rawan, dan Osteichthyesatau rahang bertulang sejati.
Contohnya saja seperti ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Ikan Nila atau yang bernama LatinOreochromis niloticus
merupakan ikan yang termasuk kedalam klasifikasi Osteichthyes atau rahang
bertulang sejati dan merupakan sumber protein hewani murah bagi konsumsi
manusia.
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan
yang mudahdipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di banyak
negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di berbagai daerah di Indonesia.Ikan ini
menjadi hama di seluruh sungai-sungai dan danau di Indonesia. Ketika di tebar
ke dalam sungai dan danau, ikan ini memakan banyak tumbuhan air . Untuk itu,
dikarenakan persebaran ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang mudah untuk
didapatkan, maka dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian dengan cara
melaksanakan pembedahan pada ikan Nila (Oreochromis
niloticus) untuk melakukan pengamatan terhadap struktur tubuh ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan mengetahui
apa saja fungsi dari masing – masing organ yang dimiliki oleh ikan tersebut,
serta untuk mengetahui morfologi dan anatomi tubuh hewan Vertebrata yang dalam
hal ini dikhususkan pada kelompok ikan (pisces) yaitu pada ikan Nila
(Oreochromis niloticus). Disamping itu, penelitian yang berupa pembedahan pada
ikan Nila (Oreochromis niloticus)
yang dilakukan oleh penulis ini juga bermaksud untuk mengetahui alat – alat
pernapasan serta organ – organ apa sIkan adalah anggota vertebrata
poikilotermik atau berdarah dingin yang hidup di air dan bernafas dengan
insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan
jumlah spesies lebih dari 27.000 di seluruh dunia. Secara taksonomi hewan ini
tergolong kelompok parafiletik yang hubungan kekerabatanya masih di
perdebatkan.Tubuhnya terdiri dari kepala, badan, dan ekor.
Ikan lele(Clarias gariepinus) adalah sejenis ikan
yang hidupnya di air tawar. tubuhnya yang licin agak pipih memanjang yang
dilengkapi dengan sungut disekitar bagian mulutnya berfungsi untuk bergerak di
air yang gelap. Lele juga memiliki alat pernafasan tambahan berupa modifikasi
dari busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam
pada sirip-sirip dadanya. Lele mudah dikenali, susunan morfologi dan anatominya
selain itu mudah didapatkan (Radiopoetro, 1997).
1.2
Tujuan paraktikum
Adapun
tujuan praktikum hewan vereteberata dianataranya yaitu :
a.
Mengeahui mafologi dan antomi ikan nila
(Oreochromis niloticus)
b.
Mengetahui marfologi dan anatomi ikan
lele (Clarias
gariepinus)
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
2.1.1.Morfologi Ikan Nila
Ikan nila memiliki bentuk tubuh pipih memanjang ke
samping, makin ke perut makin terang. Mempunyai garis vertikal 9-11 buah
berwarna hijau kebiruan. Pada sirip ekor
terdapat 6-12 garis melintang yang ujungnya berwarna kemerah-merahan, sedangkan
punggungnya terdapat garis-garis miring. Mata tampak menonjol agak besar dengan
bagian tepi berwarna hijau kebiru-biruan. Letak mulut ikan nila terminal,
posisi sirip perut terhadap sirip dada thorochis, garis susuk (linea lateralis)
terputus menjadi dua bagian. Jumlah sisik pada garis rusuk 34 buah dan tipe
sisik stenoid (ctenoid). Bentuk sirip ekor berpinggiran tegak (Kordi, 1997).
2.1.2.Macam-macam
Sisik
Bentuk, ukuran dan
jumlah sisik ikan dapat memberikan gambaran bagaimana kehidupan ikan tersebut.
Sisik ikan mempunyai bentuk dan ukuran yang beraneka macam, yaitu Sisik ganoid
merupakan sisik besar dan kasar Sisik sikloid berbentuk bulat, jika diamati akan
tampak lingkaran yang berbeda-beda, pinggiran sisik halus dan rata stenoid
bentuk seperti sikloid tetapi mempunyai pinggiran yang kasar Sisik placoid
merupakan sisik yang lembut Umumnya tipe ikan perenang cepat atau secara terus
menerus bergerak pada perairan berarus deras mempunyai tipe sisik yang lembut,
sedangkan ikan-ikan yang hidup di perairan yang tenang dan tidak berenang
secara terus menerus pada kecepatan tinggi umumnya mempunyai tipe sisik yang
kasar. sementara sisik stenoid mempunyai. Linealateralis adalah garis yang
dibentuk oleh pori-pori, sehingga LL ini terdapat baik pada ikan yang bersisik
maupun ikan yang tidak bersisik. Pada ikan yang tidak bersisik LL terbentuk
oleh pori-pori yang terdapat pada kulitnya, sedangkan pada ikan yang bersisik
LL terbentuk oleh sisik yang berpori. Pada umumnya ikan mempunyai satu buah
garis LL, namun demikian adapula ikan yan mempunyai beberapa buah LL. LL ini
berfungsi LL untuk mendeteksi keadaan linkungan, terutama kualitas air dan juga
berperan dalam proses osmoregulasi (Guinan, 2006).
2.1.3.
Macam-macam Caudal
Bentuk-bentuk utama
sirip ekor dari ikan adalah membulat, bersegi, sedikit cekung atau berlekuk,
bulat bulan sabit, bercegak, meruncing, loncet, bentuk membulat: apabila
pinggiran sirip ekor membentuk garis lengkung dari bagian dorsal hingga ventral
. Bentuk bersegi atau tegak: apabila pinggiran sirip ekor membentuk garis tegak dari bagian dorsal hingga ventral .
Bentuk sedikit cekung atau berlekuk tunggal: apabila terdapat lekukan dongkal
antara lembar dorsal dengan lembar ventral . Bentuk bulat sabit: apabila ujung
dorsal dengan ujung ventral sirip ekor melengkung keluar runcing, sedangkan
bagian tengahnya melengkung . Bentuk bercagak: apabila terdapat lekukan tajam
antara lembar dorsal dengan lemnbar ventraltuk meruncing: apabila pinggiran
sirip ekor berbentuk tajam (meruncing). Bentuk loncet: apabila pinggiran sirip
ekor pada pangkalnya melebar kemudian membentuk sudut di ujung. Beberapa ikan
ada yang memiliki satu atau dua sirip punggung pada ikan bersirip punggung
tunggal umumnya jari-jari bagian depan tidak bersekat dan mengeras sedangkan
jari-jari di belakangnya lunak atau bersekat dan umunya bercabang (Levi, 2005).
2.1.4. Anatomi dan Fisiologi Ikan Nila
Sistem ekskresi
adalah system pembuangan proses pembuangan metabolisme tubuh (berupa gas,
cairan, dan padatan) melalui kulit, ginjal dan melalui saluran pencernaan.
System reproduksi adalah system yang mempertahankan spesies dengan menghasilkan
keturunan yang fertile. Embriologi ialah urutan proses perkembangan dari zygot
sampai dengan anak ikan dan sampai seterusnya. Organ reproduksi diantaranya
adalah organ kelamin, yang menghasilkan sel gamet (kelamin) yaitu spermatozoa
(gonad jantan), biasanya sepanjang kiri dan kanan lalu menghasilkan pulu (gonad
betina) yaitu ovarium.Jenis dan bagian fungsi sisikKulit memproduksi sisik yang
menutupi permukaan tubuhnya, setiap sisik di bentuk dalam kantung epidermis.
Tumbuhnya terus menerus selama ikan tersebut masih hidup dan tidak mengalami
regenerasi, apabila mengalami kerusakan atau hilan, waktu pertumbuhannya
bergantung pada cadangan material baru di sekitar pinggir atau di insang,
sehingga ilmuwan dapat mengetahui umur ikan tersebut dengan lingkaran cincin
pada sisikPada ikan nila tersebut sisik yang melingkupi tubuhnya sisik pada
ikan ini termasuk pada tipe terost, yang tidak memiliki cnamel, dentin dan
lapisan pembuluh tulang, hanya memiliki berkas lama saja (Standring, 2005).
2.1.5.Habitat dan Kebiasaan Hidup
Ikan Nila
Ikan nila mempunyai habitat di perairan tawar,
seperti sungai, danau, waduk dan rawa. Tetapi karena toleransinya yang tinggi
terhadap salinitas, maka ikan dapat hidup dan berkembang biak di perairan payau
dan laut. Salinitas yang disukai antara 0 - 35 ppt. Ikan nila yang masih kecil
lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dibanding dengan ikan yang sudah
besar (Suyanto, 2003).
Menurut Panggabean (2009), kualitas air yang sesuai
dengan habitat ikan nila adalah pH optimal antara 7 - 8, suhu optimal antara 25
- 30oC, dan salinitas 0 - 35 ppt,
amoniak antara 0 - 2,4 ppm, dan DO berkisar antara 3 - 5 ppm.
2.1.6.Makanan dan Kebiasaan Makan
Ikan Nila
Ikan nila memakan makanan alami berupa plankton,
perifiton dan tumbuh tumbuhan lunak seperti hydrilla, ganggang sutera dan
klekap. Oleh karena itu, ikan nila digolongkan ke dalam omnivora (pemakan
segala). Untuk budidaya, ikan nila tumbuh lebih cepat hanya dengan pakan yang
mengandung protein sebanyak 20 - 25%. Dari penelitian lebih lanjut kebiasaan
makan ikan nila berbeda sesuai tingkat usianya. Benih-benih ikan nila ternyata
lebih suka mengkomsumsi zooplankton, seperti rototaria, copepoda dan cladocera.
Ikan nila ternyata tidak hanya mengkonsumsi jenis makanan alami tetapi ikan
nila juga memakan jenis makanan tambahan yang biasa diberikan, seperti dedak
halus, tepung bungkil kacang, ampas kelapa dan sebagainya. Ikan nila aktif
mencari makan pada siang hari. Pakan yang disukai oleh ikan nila adalah pakan ikan yang banyak mengandung
protein terutama dari pakan buatan yang berupa pelet.
2.1.7 Klasifikasi
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Berikut merupakan
klasifikasi dari ikan nila menurut (Khaw, 2004).
Kingdom
:Animalia
Filum :Chordata
Kelas :Osteichtyes
Ordo :Perciformes
Famili :Cichlidae
Genus :Oreochromis
Spesies :Oreochromis niloticus
2.2
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
2.2.1 Klasifikasi
Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil
persilangan antara C. batracus dengan C. fuscus dan merupakan ikan introduksi
yang pertama kali masuk Indonesia pada
tahun 1985. Klasifikasi ikan lele dumbo
(C. gariepinis) menurut Saanin (1989)
adalah sebagai berikut :
kingdom
:
Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Pisces
Ordo
: Ostariophysoidei
Family : Claridae
Genus
: Clarias
Spesies
: Clarias gariepinus
2.2.2 Morfologi
Sirip dada(patil) Lele dumbo memiliki kulit yang
licin, berlendir, dan sama sekali tidak memiliki sisik. Warnanya hitam keunguan atau kemerahan dengan
bintik-bintik yang tidak beraturan.
Warna kulit tersebut akan berubah menjadi mozaik hitam putih jika lele
sedang dalam kondisi stres, dan akan menjadi pucat jika terkena sinar matahari
langsung (Arifin, 2009).
Lele dumbo memiliki kepala yang panjang hampir
mencapai seperempat dari panjang
tubuhnya. Tanda yang khas dari lele
dumbo adalah tumbuhnya empat pasang sungut seperti kumis di dekat
mulutnya. Sungut tersebut berfungsi
sebagai alat penciuman serta alat peraba saat mencari makan (Najiyati, 2003).
Lele dumbo memiliki 3 buah sirip tunggal, yaitu
sirip punggung yang berfungsi sebagai alat berenang, serta sirip dubur dan
sirip ekor yang berfungsi sebagai alat bantu untuk mempercepat dan memperlambat
gerakan. Lele dumbo juga memiliki dua
sirip yang berpasangan yaitu sirip dada dan sirip perut. Sirip dada mempunyai jari-jari yang keras dan
runcing yang biasa disebut patil. Patil berfungsi sebagai senjata sekaligus
alat bantu gerak ke kanan dan ke kiri (Najiyati, 2003).
2.2.3 Habitat dan Kebisaan Hidup
Habitat atau tempat hidup lele dumbo adalah air
tawar. Air yang paling baik untuk
pertumbuhan lele dumbo adalah air sungai, air sumur, air tanah dan mata
air. Namun lele dumbo jaga dapat hidup
dalam kondisi air yang rendah O2 seperti dalam lumpur atau air yang memiliki
kadar oksigen yang rendah. Hal tersebut dapat dimungkinkan karena lele
dombo memiliki alat pernapasan tambahan yaitu arborescent. Alat tersebut memungkinkan lele mengambil O2
langsung dari udara sehingga dapat hidup di tempat beroksigen rendah. Alat tersebut juga memungkinkan lele dumbo
hidup di darat asalkan udara di sekitarnya memiliki kelembapan yang cukup
(Nugroho, 2007).
Salah satu sifat dari lele dumbo adalah suka
meloncat ke darat, terutama pada saat malam hari. Hal tersebut karena lele dumbo termasuk ikan
nokturnal, yaitu hewan yang lebih aktif beraktivitas dan mencari makan pada malam
hari. Sifat tersebut juga yang
menyebabkan lele dumbo lebih menyenangi tempat yang terlindung dari cahaya
(Khairuman, 2010).
Dilihat dari makanannya, lele dumbo termasuk hewan
karnivora atau pemakan daging. Pakan
alami lele dumbo adalah cacing, kutu air, dan bangkai binatang. ele dumbo
sangat agresif dalam memangsa makanan, karena apapun yang diberikan pasti
dilahapnya. Hal tersebut yang
menyebabkan lele dumbo sangat cepat pertumbuhannya Sirip anal Sirip kaudal mata
Di alam bebas, lele dumbo melakukan perkawinan pada bulan Oktober sampai April, yakni saat musim hujan
berlangsung. Pada musim hujan, air hujan menggenang. Kondisi tersebut merangsang lele dumbo untuk
melakukan pemijahan.
BAB
III
METEDOLOGI
PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
dilaksanakan pada hari jum’at, tanggal 10 November 2017 pukul 14:40-16:20 WIB.Bertempat di
laboratorium Terpadu Universitas PGRI
Palembang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan
untuk praktikum yaitu; Bak paravin, satu set alat beda dan sarung tangan.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan
yang digunakan untuk praktikum yaitu; ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan lele (Clarias gariepinus).
3.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini yaitu:
1.
Siapkanlah bahan-bahan yang akan di
gunakan
2.
Siapkan Bak paravin dan letakanlah
masing-masing bahan tersebut di atas Bak
paravin.
3.
Amatilah bagian-bagian morfologi dan
anatomi dari setiap hewan tersebut
4.
Gambar dan tulislah Keteranagan morfologi
dan anatomi hewan tersebut dengan baik dan benar.
4.2
Pembahasan
Hasil pengamatan
dalam praktikum anatomi ikan lele didapat bahwa pada bagian kepala ikan lele
mempunyai baiang-bagian yaitu organon visus (mata), cavum oris, lekuk hidung
dan empat pasang sungut atau barbels yang berfungsi sebagai indera peraba pada
saat terdapat rangsangan dan pada saat mencari makanan. Kepala ikan lele
berbentuk pipih, simetris dan dari kepala sampai punggung berwarna coklat
kehitaman, mulut lebar dan tidak bergigi, bagian badan bulat dan memipih ke
arah ekor dan memilik patil. Kepala ikan lele terdapat insang sebagai alat
pernafasan tetapi berbeda dengan ikn nilem, ikan lele memiliki alat pernafasan
tambahan yaitu organ arborescent yang berupa kulit tipis menyerupai spons.
Adanya alat pernafasan tambahan ini ikan lele dapat hidup pada air dengan
kondisi kadar oksigen rendah (Jasin, 1989).
Tubuh ikan lele
tidak memiliki sisik, memiliki kulit berlendir, mempunyai pigmen hitam yang
dapat berubah menjadi pucat apabila terkena cahaya matahari, tampak pula alat
keseimbangan yang berupa gurat sisi dibagian tengah sisi trunchusnya. Ikan lele
mempunyai sirip punggung dan sirip dubur yang memanjang sampai ke pangkal ekor
namun tidak menyatu dengan sirip ekor, mempunyai senjata berupa patil atau taji
untuk melindungi dirinya dari serangan atau ancaman dari luar yang
membahayakan, panjang maksimum mencapai 400 mm. Ikan lele mempunyai sirip
punggung (dorsal fin), sirip dubur (anal fin) dan sirip ekor (caudal fin) yang
disebut ekor tidak berpasangan. Sirip dada (pectoral fin) dan sirip perut
(abdominal fin) disebut sirip berpasangan. Ikan lele tidak mempunyai gelembung
renang (vesica metatoria) yang merupakan alat keseimbangan naik turun dalam
air, hal ini dikarenakan ikan lele lebih sering berada didasar perairan
(lumpur) (Jasin, 1989).
Sistem pencernan
pada ikan lele (Clarias gariepinus) dimulai dari mulut, rongga mulut, faring,
oesophagus, lambung, pilrus, usus, rectum dan anus. Struktur anatomi mulut ikan
lele erat kaitannya dengan caranya mendapatkan makanan. Sungut terdapat
disekitar mulut lele yang berperan sebagai alat peraba atau pendeteksi makanan
dan ini terdapat pada ikan yang aktif mencari makan pada malam hari
(nokturnal). Rongga mulut pada ikan lele diselaputi oleh sel-sel penghasil
lendir yang mempermudah jalannya makanan ke segmen berikutnya. Rongga mulut
ikan lele juga terdapat organ pengecap yang berfungsi untuk menyeleksi makanan.
Faring pada ikan berfungsi untuk menyaring makanan yang masuk, karena insang
mengarah pada faring maka material bukan makanan akan dibuang melalui celah
insang (Djuhanda, 1984).
Insang tidak saja
berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat
ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan
osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan
keatas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan
rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan O2
sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O2. Contoh ikan yang mempunyai
labirin adalah: ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan O2, selain
dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung
(Djuhanda, 1984).
Sistem ekskresi
organ utamanya adalah ginjal. Urin yang
dihasilkan ginjal, disalurkan melalui ureter yang berjalan di pinggiran
rongga-rongga abdomen sebelah dorsal menuju ke belakang. Ureter yang kiri dan
yang kanan bertemu di bagian belakang menjadi kantong urin dan dari urin
dikeluarkan melalui uretra yang bermuara
di porus urogenitalis (Kriswantoro,1986).
Organ-Organ
Ikan Berdasarkan dari hasil pengamatan
yang diperoleh organ-organ ikan terdiri atas air bladder, jantung, insang,
kelenjar kelamin, lambung, usus, hati, kantong empedu, limpa serta ginjal.
Organ penting ang berperan dalam sistim pernafasan ikan adalah insang, juga
berfungsi sebagai mengatur pertukaran air dan garam dan melepas nitrogen sisa
hasil metabolisme. Pertukaran oksigen adalah tujuan utama dari respirasi ikan.
Proses fisiologis pengambilan oksigen dari air jauh lebih sulit daripada
mengeluarkan oksigen dari udara. Air sekitar 800 kali lebih padat daripada
udara dan mengandung oksigen hanya sekitar 3%. Sedangkan udara mengandung
sekitar 20% oksigen. Proses respirasi memakan energi cukup tinggi dan sistem
hanya bekerja dengan baik jika ikan dalam kondisi fisik yang baik, dan
lingkungan mengandung oksigen terlarut yang memadai. Luas permukaan insang
hanya sekitar 6-10 kali lebih besar dari luas permukaan seluruh tubuh. Areal
ini relatif kecil dibandingkan dengan paru-paru sebagai organ pertukaran.
Sebaliknya, permukaan paru-paru bisa 100 kali lebih besar dari permukaan tubuh
mamalia. Pertukaran gas terjadi di lamellae sekunder dari insang dan sangat
efisien. Efisiensi ini dicapai dengan aliran lawan arus air dan darah. Darah
vena miskin oksigen bergerak berlawanan dengan aliran air yang relatif kaya
oksigen. Dalam mekanisme ini, air harus mengalir terus-menerus melalui insang
untuk menjaga respirasi efektif. Sekitar 80% dari oksigen lingkungan dilepaskan
selama respirasi. Pada manusia hanya 25% dari oksigen biasanya dilepas dari
udara selama respirasi. Pada ikan, anestesi dicapai dengan menggunakan
prinsip-prinsip ini. Agen anestesi dilarutkan dalam air dan anestesi
dipertahankan dengan menjaga air obat mengalir di insang, bahkan jika seluruh
tubuh ikan keluar dari air. Efektivitas ekstrim dari insang sebagai organ
pertukaran gas juga membuat mereka sangat rentan terhadap bahan beracun. Zat
beracun dapat terakumulasi dalam tubuh ikan hingga 1 juta kali konsentrasi zat
yang sama di dalam air (Standring, 2005).
Insang selain
sebagai organ pernafasan, juga salah satu organ ekskretori utama. Insang
mengeluarkan mayoritas amonia sedangkan sisanya dari produk limbah
diekskresikan melalui ginjal. Ekskresi produk sisa metabolisme hampir sama
untuk semua ikan, namun, ginjal dan insang memainkan peran signifikan berbeda
pada ikan air tawar dibandingkan dengan peran mereka dalam ikan air laut. Ikan
air tawar yang hipertonik dibandingkan dengan lingkungan. Sebagai konsekuensi
langsung, air terus memasuki tubuh ikan melalui insang dan pengenceran darah
(Levi, 2005).
Jantung ikan terdiri
dari dua bagian, satu atrium dan satu ventrikel. Jantung terdiri dari 4 bilik
yaitu sinus venosis, atrium, ventricle dan elastic bulbus arteriosis.
Sirkulasi, darah mengalir dari jantung ke ventral aorta, ke arteri branchial
afferent , ke insang untuk oxygenasi dan berlangsung melalui arteri efferent
arteries ke dorsal aorta. Bilik disusun secara linear dan darah bersirkulasi
dalam jalur peredaran darah tunggal. Jantung dapat diakses untuk proses
mengeluarkan darah, namun bagian yang lebih disukai adalah vena ekor. Jaringan
hematopoetic ikan terutama terdiri dari ginjal, tetapi juga mencakup limpa dan
hati. Darah ikan memiliki kemiripan dengan darah reptil dan burung (Khaw,
2004).
Parameter darah
normal pada hewan darat tidak dapat digunakan untuk ikan, karenaikan mengandung
sel-sel yang jauh lebih rendah. Oleh karena itu, tidak mungkin meramalkan
kondisi normal darah ikan menggunakan model hewan terestrial. Misalnya,
leucosit pada ikan hanya 10% dan normal bagi ikan. Ikan juga mengandung
haemoglobin rendah sehingga darahnya tampak pucat. Pembuluh getah bening ada
tetapi tidak ada kelenjar getah bening yang terpisah. Jantung terletak di caudo-ventral
ke insang. Jantung ikan terdiri dari 4 bilik yaitu; venosus sinous, satu
atrium, satu ventrikel dan bulbus arteriosus (Seeley, 2007).
Pada beberapa ikan
tertentu ditemukan gelembung berenang (vesica natatoria = pneumatocyst).
Gelembung berenang berfungsi sebagai alat hidrostatik, untuk menentukan tekanan
air sehubungan dengan kedalaman perairan. Pneumatocyst terdapat di bagian
dorsal rongga badan, yaitu di sebelah ventral dari ren, aorta abdominalis, dan
columna vertebralis. Umumnya berbentuk oval dengan warna keputih-putihan,
terdiri atas dua bagian yang tidak sama besar. Dari bagian anterior, tepat di
perbatasan antara bagian anterior dan bagian posterior, keluar sebuah saluran
yang menghubungkan pneumatocyst dengan esophagus. Saluran ini disebut ductus
pneumaticus dan berfungsi sebagai jalan keluar masuknya udara ke dalam
pneumatocyst (Jacob, 2008).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun simpulan yang
terdapat dalam penulisan karya tulis ini yaitu :
a.
Ikan
Nila (Oreochromis niloticus)
merupakan hewan dalam kelompok Pisces yang termasuk kedalam kelas Osteichtyes
atau rahang bertulang sejati.b.
b.
Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) memiliki sistem pencernaan yang terdiri dari mulut, rongga
mulut, faring, esofagus, lambung, pirolus, usus, rektum, dan anus.
c.
Insang
pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
berwarna pucat pada saat mati dikarenakan ikan mengalami kekurangan oksigen
yang mengganggu fisiologis tubuhnya, dan berwarna merah pada saat hidup karena
fisiologis tubuhnya tidak terganggu.
d.
Sirip dada(patil) Lele dumbo memiliki
kulit yang licin, berlendir, dan sama sekali tidak memiliki sisik. Warnanya hitam keunguan atau kemerahan dengan
bintik-bintik yang tidak beraturan.
e.
Lele dumbo memiliki 3 buah sirip
tunggal, yaitu sirip punggung yang berfungsi sebagai alat berenang, serta sirip
dubur dan sirip ekor yang berfungsi sebagai alat bantu untuk mempercepat dan
memperlambat gerakan.
f.
Lele dumbo memiliki kepala yang panjang
hampir mencapai seperempat dari panjang
tubuhnya. Tanda yang khas dari lele
dumbo adalah tumbuhnya empat pasang sungut seperti kumis di dekat mulutnya.
5.2 Saran
Saran untuk
praktikum ini adalah sebaiknya ketepatan waktu pelaksanaan praktikum perlu
diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda,T. 1984. Analisa
Struktur Vertebratae Jilid I. Bandung: Americo.
Finasaindri.2012.Anatomi Ikan Nila dalam http://finasaindri.blogspot.com/2012/03/anatomi-ikan-nila.html
(diakses tanggal 12 Novemeber 2017).
Hildebrand, M. 1974. Analisa
Struktur Vertebrata. Bandung: Americo.
Jasin. 1989. Sistematika Hewan
vertebrata dan invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Kriswantoro, M. 1986. MengenalIkan
Air Tawar. Jakarta: Karya Bani.
Radiopoetro. 1997. Zoologi.
Jakarta: Erlangga.
Smith, E. Frederick. 1963. General
zoology. London: Saunders Company WB.
Storer, T.I., Usinger, R. L. 1957. General Zoology. New York: Mc Graw
Hill.
Sukajiyah.2015. Mengenal Hewan Bertulang Belakang dalam http://sukasains.com/materi/mengenal-hewan-bertulang-belakang-vertebrata/ diakses
tanggal 12 Novemeber 2017).
Ville, C. A., W. F. Walker & R. D. Barries. 1988. Zoologi Umum. Jakarta: Erlangga.
No comments:
Post a Comment